BETA
Mengapa Berdoa ?
Sumber: telaga
Id Topik: 890

Abstrak:

Salah satu hak terbesar yang dianugerahkan Tuhan kepada kita anak-anak-Nya adalah hak untuk berdoa. Ternyata lebih dari sekadar bercakap-cakap dengan Tuhan, doa memunyai begitu banyak makna dan tujuan antara lain ketika berdoa kita diarahkan kembali kepada Tuhan, ketika berdoa kita memeroleh kekuatan dan hikmat yang kita butuhkan untuk dapat melakukan kehendak Allah, ketika berdoa kita membawa kehadiran Allah di dalam hidup kita, ketika berdoa bagi orang lain; kita akan lebih menyadari kebutuhan orang lain, ketika kita berdoa untuk pelayanan yang kita lakukan; kita mengundang berkat Tuhan untuk turun atas pekerjaan-Nya.

Transkrip:

Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Mengapa Berdoa ?". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.

GS : Rasanya semua agama mengajarkan kita untuk berdoa, Pak Paul. Kita seringkali melakukan doa itu sebegitu rutinnya sehingga seolah-olah menjadi suatu kebiasaan. Kadang-kadang kita sendiri kehilangan maknanya berdoa itu, karena begitu rutinnya, mau makan ya berdoa, mau tidur berdoa sehingga makna doa itu sendiri kadang-kadang terasa hambar sampai-sampai kita lupa, "Apakah tadi sudah berdoa atau belum?" dan kemudian kita berdoa lagi sebelum makan itu, karena menjadi kebiasaan. Sebenarnya bagaimana ini, Pak Paul ?

PG : Memang berdoa adalah sebuah sarana yang Tuhan anugerahkan kepada kita untuk dapat berkomunikasi dengan Dia. Ini sebetulnya adalah sebuah kehormatan besar bayangkan Tuhan Pencipta alam semesta, Raja segala raja dan adalah Juruselamat yang telah mengasihi dan berkorban bagi kita, berkenan membuka diri-Nya untuk kita bisa datang kepada-Nya, menyampaikan isi hati kita. Ini adalah sebuah kehormatan besar, namun mesti kita juga akui bahwa karena terlalu sering kita melakukannya, akhirnya doa itu menjadi kehilangan maknanya. Dengan kata lain, kita mulai tidak begitu memerhatikan tujuan dari doa itu sendiri.

GS : Tadi Pak Paul mengatakan bahwa doa itu suatu hak. Ada banyak orang yang malah merasakan bahwa ini suatu kewajiban dan bukan hak lagi.

PG : Sayangnya ada yang menganggap ini kewajiban, saya harus berdoa, tapi bukankah bila kita tempatkan orang tua kita dalam hidup kita, waktu kita berbicara dengan orang tua kita, ini bukanlah kewajiban tetapi sebuah kehormatan, sebuah hak yang mulia diberikan kepada kita. Tuhan juga menginginkan kita agar melihat doa dari sudut pandang itu, bahwa ini adalah hak yang penuh dengan kehormatan, yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita.

GS : Sebenarnya apa saja makna doa itu bagi kita, Pak Paul ?

PG : Ada beberapa Pak Gunawan, yang pertama adalah waktu kita berdoa sesungguhnya kita tengah diarahkan kembali kepada kehendak Tuhan. Saya teringat akan sebuah kisah di Perjanjian Lama sewaktu bangsa Israel bersiap memasuki tanah yang dijanjikan Tuhan. Mereka mengirimkan 12 orang pengintai, sekembalinya 12 pengintai ini ternyata 10 pengintai mengecilkan hati umat Israel. Mereka berkata, "Jangan ke sana, banyak raksasa, banyak bahayanya, kita pasti kalah di sana" tetapi ada 2 pengintai yaitu Kaleb dan Yoshua yang justru membesarkan hati mereka. Sebab mereka melihat Tuhan, dan bukan problemnya sedangkan 10 pengintai yang lain melihat problem dan tidak melihat Tuhan. Di Bilangan 14:8-9, Yoshua dan Kaleb berkata, "Jika Tuhan berkenan kepada kita maka Dia akan membawa kita masuk ke negeri itu. Tuhan menyertai kita, janganlah takut kepada mereka". Jadi benar-benar kita bisa melihat, kita perlu berdoa supaya bisa melihat dari kacamata Tuhan dan sekaligus melihat Tuhan di dalam situasi kehidupan kita. Jika kita tidak berdoa, kita hanya melihat manusia dan situasi dan problem sebaliknya ketika kita berdoa, kita melihat Tuhan dan waktu kita melihat Tuhan kita pun melihat situasi dari kacamata Tuhan. Sewaktu kita berdoa sesungguhnya kita tengah menyediakan diri untuk mendengarkan Tuhan. Itu sebabnya lewat doa seringkali Tuhan membelokkan kembali langkah hidup kita agar seturut dengan kehendak-Nya.

GS : Biasanya kita berdoa tatkala kita menghadapi problem, Pak Paul. Setelah tidak menemukan jalan untuk kita bisa mengatasinya sendiri, kemudian kita berdoa. Seolah-olah ini pilihan yang terakhir. Sikap yang seperti ini bagaimana, Pak Paul ?

PG : Saya kira sikap ini tidak tepat sebab dari awal sebelum bahkan kita merencanakan atau bertindak, kita seharusnyalah sudah berdoa, meminta pimpinan Tuhan. Dan waktu kita berdoa meminta pimpinan Tuhan, kita mesti meyakini bahwa Dia mendengarkan doa kita dan mulai memimpin kita waktu sampai ke tempat tujuan yaitu sampai kepada kehendak-Nya. Tadi contoh yang saya berikan memerlihatkan kalau kita tidak berdoa, kita luput melihat Tuhan sehingga dalam hidup itu kita menjadi orang yang sangat mudah terombang-ambingkan oleh situasi. Tapi orang yang berdoa orang yang melihat Tuhan berarti melihat Tuhan yang kokoh, Tuhan yang menguasai mengendalikan semuanya. Tuhan yang memunyai kehendak dan tidak ada yang dapat menghalangi kehendak Tuhan. Jadi waktu kita berdoa kita kembali diingatkan bahwa ada Tuhan dan kita kembali diarahkan untuk kembali melihat dan melakukan segalanya seturut dengan kehendak Dia.

GS : Jadi di sini erat sekali kaitannya antara doa dengan iman orang itu kepada Tuhan, begitu Pak Paul ?

PG : Betul sekali Pak Gunawan, jadi kalau kita sering berdoa, kita sering melihat Tuhan berarti kita juga akan bertumbuh dalam iman. Kita tahu bahwa Tuhan itu layak dipercaya, bahwa Tuhan itu akan sanggup melakukan apa yang kita minta. Dengan doalah iman kepada Kristus makin hari makin bertambah kuat.

GS : Makna yang lain, apa Pak Paul ?

PG : Ketika kita berdoa, kita juga memeroleh kekuatan dan hikmat yang kita butuhkan untuk dapat melakukan kehendak Tuhan. Jadi yang saya akan tekankan di sini adalah memeroleh kekuatan dan hikmat lewat doa. Saya berikan sekali lagi contoh dari kehidupan Musa. Adakalanya Musa menjadi terlalu letih memimpin bangsanya yang tegar tengkuk itu. Misalnya kita bisa melihat keluhannya di Bilangan 11:14, "Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggungjawab atas seluruh bangsa ini sebab terlalu berat bagiku", ini keluhan Musa kepada Tuhan. Setelah berdoa, setelah mengeluhkan itu kepada Tuhan, Tuhan menjawab, Tuhan menyediakan jalan keluar bagi Musa, yakni memintanya, mengangkat 70 tua-tua untuk membantunya dan menyediakan daging sesuai dengan permintaan mereka. Dengan kata lain sebelum Musa datang kepada Tuhan, Musa buntu tidak punya hikmat tidak tahu apa yang harus dilakukan, dia hanya tahu terlalu letih mengurus bangsa ini. Kemudian Tuhan memberi dia hikmat, meminta dia mengangkat 70 tua-tua dan Tuhan juga menyediakan kebutuhannya, jadi kita selalu mesti menyadari bahwa pergumulan kita bukan hanya melawan keletihan jasmaniah tetapi juga keletihan rohaniah. Melalui doa Tuhan memberi kita kekuatan untuk kembali melangkah dan melalui doa kita akan dibukakan matanya sehingga kita bisa melihat kehendak Tuhan dengan lebih jelas dan kita memeroleh hikmat bagaimana menerapkan atau melakukan kehendak-Nya.

GS : Pertolongan ini memang bisa datang dari orang lain yang digerakkan oleh Tuhan untuk menolong kita memeroleh kekuatan dan hikmat yang baru lagi, Pak Paul.

PG : Betul sekali, jadi Tuhan akan menggunakan berbagai cara untuk menolong kita setelah kita berdoa kepada-Nya, salah satunya adalah lewat orang-orang dan Musa memang perlu bantuan dan Tuhan menyediakan 70 tua-tua, 70 pemimpin yang dapat mengurangi beban Musa. Jadi sekali lagi waktu kita berdoa, kita memeroleh hikmat dari Tuhan sehingga kita tahu apa yang harus kita lakukan, cara apa yang paling baik dan lewat doa juga Tuhan menyediakan jawaban-Nya. Dalam kasus Musa orang-orang Israel mengeluhkan tidak ada daging kemudian Tuhan menyediakan daging.

GS : Memang selama kita bisa mengatasi sendiri, rasanya kita tidak membawa persoalan ini kepada Tuhan, biasanya mencoba untuk diatasi sendiri, begitu Pak Paul.

PG : Sudah tentu saya tidak berkata untuk setiap hal, sekecil dan serutin apa pun kita berdoa, sebab Tuhan juga sudah mengaruniakan kepada kita kemampuan untuk berpikir, untuk memecahkan masalah, untuk mencari jalan keluar. Sudah tentu ada tanggungjawab kita juga untuk bisa menyelesaikan tugas-tugas kita, namun terutama untuk hal-hal yang kita tahu menyangkut hajat lebih banyak orang, menyangkut kepentingan orang, berkaitan dengan rencana Tuhan. Untuk hal-hal seperti itu kita mesti benar-benar datang kepada Tuhan, apalagi kalau kita tengah menghadapi problem, mesti datang kepada Dia sehingga kita memeroleh hikmat dari-Nya, apa yang harus kita lakukan dalam situasi seperti itu.

GS : Tujuan dan makna yang ketiga, apa Pak Paul ?

PG : Ketika kita berdoa, kita membawa kehadiran Allah di dalam hidup kita. Dalam doa kita dibawa masuk ke dalam hadirat Allah. Itu sebabnya bila kita menjadi anak Tuhan yang senantiasa berdoa, kita pun akan senantiasa berada dalam hadirat Allah. Benar-benar doa adalah sesuatu yang misterius, Pak Gunawan, karena waktu kita berdoa kita sedang bercakap-cakap dengan Tuhan yang memang tidak bisa kita lihat, tapi Dia hadir. Jadi waktu kita berdoa kita membawa kehadiran Tuhan dan waktu kita berdoa pun kita dibawa ke dalam kehadiran Tuhan. Saya masih ingat sebuah contoh yang pernah saya ungkapkan juga di kesempatan yang lain, waktu anak saya masih kecil dia berbohong dan saya masih ingat saya menghampirinya, dia tetap berbohong kepada saya. Waktu itu dia berusia sekitar 8 atau 9 tahun, saya kemudian berpikir apa yang harus saya lakukan? Saya bisa menegurnya, memaksanya mengaku tapi Tuhan memberi hikmat kepada saya "Tidak perlu." Jadi saya berkata kepadanya, "Itu yang terjadi, ya?" Dia berkata, "Ya". "OK kalau begitu sekarang kita berdoa, saya meminta agar kamu berkata kepada Tuhan bahwa Tuhan Yesus, itulah yang terjadi". Waktu saya mengajak dia berdoa, dia tidak berdoa, dia diam. Saya membuka mata dan saya melihat dia sedang menangis, kenapa dia menangis? Dia tidak bisa berdusta, melawan kepada Tuhan. Dia bisa berbohong kepada orang tua tapi dia tidak bisa berbohong kepada Tuhan. Kenapa? Waktu kita berdoa kita membawa kehadiran Tuhan di tengah kita dan kita pun masuk ke dalam hadirat Tuhan.

GS : Sering kali kita merasakan berdoa ini bukan bercakap-cakap, Pak Paul, tapi suatu monolog dimana saya yang berbicara kepada Tuhan dan kita tidak mendengarkan suara Tuhan, Pak Paul.

PG : Memang kita tidak mendengar suara Tuhan secara nyata di telinga kita namun yang penting adalah kita tahu waktu kita sedang berkata-kata kepada-Nya, Dia tengah mendengarkan kita dan Dia berada di sini bersama-sama dengan kita. Memang di zaman sekarang ini tidak sering Tuhan bercakap-cakap secara langsung, tapi kita tahu itulah yang dilakukan Tuhan di masa yang lampau sebelum Firman Tuhan akhirnya dibukukan dalam Alkitab. Misalkan kita tahu Musa di Keluaran 34:29 dicatat, "Ketika Musa turun dari gurun Sinai, tidaklah ia tahu bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan Tuhan". Waktu Musa berbicara dengan Tuhan, sinar kemuliaan Tuhan itu turun atasnya pula. Benar-benar di situ kita melihat dengan nyata bahwa waktu Musa bercakap-cakap dengan Tuhan, Tuhan ada di situ, Tuhan benar-benar ada di situ, sehingga waktu Musa turun dari Bukit Sinai wajahnya bisa memancarkan sinar. Jadi lewat doa kita tahu bahwa kita tengah bertatap muka dengan Tuhan. Tidak heran bila kita banyak berdoa kuasa dan kemuliaan Tuhan pun menyertai kita. Orang yang berdoa memang memunyai sebuah wibawa rohani, karena apa? Kita benar-benar melihat Tuhan hadir dalam hidupnya.

GS : Jadi seseorang yang berdoa itu sebenarnya bisa dikenali oleh orang lain, bahwa Tuhan menyertai dia.

PG : Saya percaya begitu, Pak Gunawan, jadi kehadiran Tuhan benar-benar tampak jelas dalam kehidupannya.

GS : Tujuan dan makna yang lain, apa Pak Paul ?

PG : Ketika kita berdoa bagi orang lain kita akan lebih menyadari kebutuhan mereka. Kita tahu Tuhan tidak mau menjadikan kita orang egois, maka Tuhan juga meminta kita berdoa untuk orang lain. Sewaktu kita berdoa untuk orang lain, kita sedang diingatkan akan kebutuhan mereka. Saya ingat juga Musa waktu dia berada di atas gunung, orang Israel membuat patung anak lembu emas untuk disembah dan Tuhan marah, Tuhan langsung ingin memusnahkan mereka, tapi Musa menghalanginya dan kemudian Musa berpaling menghadapi umat-Nya dan Musa berkata di Keluaran 32:30,"Kamu ini telah berbuat dosa besar, tetapi sekarang aku akan naik menghadap Tuhan mungkin aku dapat mengadakan pendamaian karena dosamu itu". Kita melihat Pak Gunawan, Musa selalu memohon belas kasihan Tuhan atas kesalahan bangsanya, mengapa Musa bisa begitu sabar? Selalu memohon agar Tuhan mengampuni dosa bangsanya, saya kita alasannya satu sebab Musa menyadari kelemahan mereka. Musa tahu bahwa bangsanya telah hidup dalam penindasan, perbudakan selama 400 tahun, oleh karena itulah mereka menjadi manusia yang sarat dengan kelemahan akhlak, mudah marah, mudah menuduh, mudah menyalahkan, mudah memberontak, mudah meninggalkan tidak setia. Ini adalah kelemahan akhlak akibat penindasan dan perbudakan yang mereka harus lalui selama 400 tahun. Jadi Musa tahu mereka oleh karena itu Musa mengingat kebutuhannya, kebutuhan orang-orang Israel. Demikian juga dengan kita, bila kita berdoa bagi seseorang kita akan diingatkan akan kebutuhannya. Tatkala kita mengingat kebutuhannya, kita pun akan memikirkan dan memedulikan. Itu sebabnya orang yang berdoa akan lebih memerhatikan sesamanya.

GS : Apakah ini yang disebut doa syafaat itu, Pak Paul ?

PG : Betul, doa syafaat adalah doa yang membawa petisi-petisi kepada Tuhan. Sudah tentu petisi ini sering kali berkaitan dengan kebutuhan orang-orang di sekitar kita, tapi bisa juga petisi ini atau syafaat ini berisikan doa-doa yang lain. Namun intinya Tuhan meminta kita tidak hanya mengedepankan diri atau kepentingan kita tapi memikirkan orang. Waktu kita mengingat si A, si B, si C kita doakan, kita diingatkan akan kebutuhannya dan mendorong kita lagi untuk memerhatikan dia. Mungkin kita jadi meneleponnya, menanyakan kabarnya, itu semua adalah hasil dari kita mengingat mereka dalam doa.

GS : Seringkali memang kita mengingat orang-orang dalam doa, tapi mereka adalah orang-orang yang dekat dengan kita, jadi istri, suami, anak-anak, orang tua, begitu Pak Paul. Apakah itu cukup ?

PG : Saya kira itu juga baik tapi kalau bisa ditambah Pak Gunawan, kita juga bersedia mendoakan orang-orang lain, misalkan kita bisa mendoakan orang-orang yang bekerja dengan kita atau orang-orang yang bekerja untuk kita, kita bisa doakan keluarga mereka. Kita bisa doakan misalkan kalau kita menjadi pengajar, murid-murid kita apalagi kalau kita tahu ada murid-murid yang memunyai kebutuhan khusus, ada keunikan atau masalahnya. Kita sengaja harus ambil waktu mendoakan mereka, kita bisa doakan juga Pemerintah, orang-orang yang mengatur negara dan bangsa kita, sebab mereka pun adalah orang-orang yang dipakai Tuhan untuk membawa kesejahteraan bagi hidup kita. Mereka juga perlu doa kita, jadi sekali lagi waktu kita mendoakan orang lain kita disadarkan bahwa mereka manusia, mereka punya kebutuhan dan mereka juga membutuhkan dukungan-dukungan kita.

GS : Tapi itu berarti melibatkan kita dalam masalah orang lain, Pak Paul, apalagi kalau orang itu sengaja meminta tolong kita mendoakan untuk hal ini, berarti kita terlibat dalam permasalahannya mereka ?

PG : Kadang kita harus menyingsingkan lengan baju kita membantu mereka secara konkret, kadang-kadang orang meminta kita mendoakan dan itu pun sudah cukup, kadang saya bertanya kepada orang, "Apa yang bisa saya lakukan, apa yang bisa saya bantu?" ada orang-orang yang berkata, "Tolong doakan saja" sebab doa itu sudah sangat lebih dari cukup. Jadi kita bisa bertanya langsung juga kepada orang, "Apa yang bisa saya bantu?", sehingga orang tidak hanya mendengar kita berkata, "Pokoknya saya doakanlah", tapi tidak memunyai tawaran-tawaran yang lebih konkret. Bahkan Yakobus juga mengatakan dalam suratnya kalau ada orang datang meminta pertolongan jangan berkata, "Pulanglah dalam damai sejahtera". Atau dalam istilah kita sekarang, "Ok-lah saya doakan kamu", bukankah orang waktu datang kepada kita mungkin saja dia benar-benar mengharapkan kita berbuat lebih daripada mendoakannya tapi juga menolongnya.

GS : Abraham juga pernah mendoa syafaatkan kota Sodom dan Gomora yang akan dihancurkan oleh Tuhan, Pak Paul.

PG : Betul dan dia benar-benar mau mengasihi, benar-benar mau menjaga sanak keluarganya, yaitu Lot dan keluarganya, agar jangan sampai turut dimusnahkan. Jadi sekali lagi kita melihat di sini, Abraham memerhatikan orang lain, dia tidak memikirkan dirinya sendiri meskipun Lot itu melakukan hal-hal yang juga melukai hatinya. Waktu Abraham sampai di tanah kemudian dia bertanya kepada Lot "Kamu ingin mengambil yang mana?" Lot ambil yang paling subur, Abraham harus ambil yang tidak subur, tapi Abraham tidak mendendam. Jadi ia tidak menyimpan itu di hatinya, maka waktu Tuhan ingin menjatuhkan hukuman atas kedua kota itu, dia benar-benar memohon agar Tuhan tidak memusnahkan keluarga Lot.

GS : Di dalam doa syafaat ini, apakah kita perlu menanyakan perkembangan yang terjadi pada orang yang kita doakan ?

PG : Sebaiknya ya, supaya orang tahu kita tidak basa-basi, kita sungguh-sungguh mendoakan dan memerhatikannya. Dengan kita bertanya, apakah ada kemajuan atau apa, jadi orang tahu bahwa kita sungguh-sungguh memerhatikan mereka.

GS : Tujuan dan makna yang lainnya, apa Pak Paul ?

PG : Ketika kita berdoa untuk pelayanan yang kita lakukan, kita mengundang berkat Tuhan untuk turun atas pekerjaan-Nya. Artinya apa ini ? Kita waktu melakukan pelayanan, kita tahu kita tidak bisa melakukan kehendak dan pekerjaan Tuhan tanpa Tuhan menolong dan memberkati pekerjaan-Nya, maka kita harus berdoa untuk pelayanan kita. Tuhan Yesus sendiri memberi contoh untuk berdoa, kendati Ia Putra Allah namun sebagai manusia biasa Ia pun memerlukan berkat Allah Bapa atas pekerjaan-Nya. Maka kita tahu Tuhan juga mengasingkan diri 40 hari di gurun pasir sebelum memulai pelayanan-Nya. Dia juga membiasakan diri di malam hari untuk pergi ke taman untuk berdoa. Jadi sekali lagi kita melihat Tuhan Yesus sendiri, Putra Allah berdoa dan Dia memberikan contoh bahwa kita semua perlu berdoa, karena apa? Pelayanan Tuhan mesti dikerjakan dengan kuasa Tuhan, dalam waktu Tuhan, dengan cara Tuhan, maka kita senantiasa harus berdoa supaya jangan kita salah langkah dalam melakukan pelayanan untuk Tuhan.

GS : Jadi berdoa ini merupakan perintah Tuhan dan Tuhan sendiri memberikan teladan-Nya kepada kita, Pak Paul ?

PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Memang Tuhan memberikan contoh itu kepada kita. Kita mesti ingat ini, satu hal yang penting, bahwa sebetulnya waktu kita melayani Tuhan mengerjakan pekerjaan Tuhan, sesungguhnya yang tengah mengerjakannya adalah Tuhan sendiri. Kita hanyalah alat yang tengah melakukan karya-Nya. Kita bisa melihat Firman Tuhan di antara Musa dan Tuhan Allah. Tuhan Allah berjanji kepada hamba-Nya Musa di Keluaran 33:12, "Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberikan ketenteraman kepadamu". Sebelum Musa melangkah jauh sebelum menyelesaikan tugasnya, Musa telah mendapat kepastian berkat Tuhan atas pekerjaan yang diembannya. Itu di awal-awal pelayanan membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, Pak Gunawan. Tuhan sudah menjanjikan, "Aku sendiri membimbing engkau dan memberikan ketenteraman kepadamu". Dengan kata lain, waktu kita melakukan pelayanan untuk Tuhan, kita mesti tahu, yakin Tuhan berada di situ. Tuhan yang akan membimbing kita dan Dia akan menuntun kita sampai kita selesai.

GS : Padahal ada banyak orang yang begitu sibuk dengan pelayanan sehingga waktu untuk berdoa itu menjadi sedikit sekali, Pak Paul.

PG : Memang ini menjadi pergumulan kita untuk berdoa, namun kita harus selalu ingat bahwa buat apa kita mengurus ini mengurus itu, melakukan ini melakukan itu kalau Tuhan tidak memberkati? Bukankah wajah Tuhan yang pertama harus kita cari terlebih dahulu. Tuhan berniat, Tuhan berkepentingan membimbing kita untuk melakukan dan menggenapi pekerjaan-Nya. Dan setelah itu selesai, Tuhan berjanji kepada Musa, Dia akan memberinya ketenteraman. Dalam terjemahan yang lain, "Tuhan akan memberinya istirahat". Jadi saya kira orang yang telah melayani Tuhan dalam doa terus meminta Tuhan memimpin dan memberkati pelayanannya adalah orang yang bisa sampai kepada peristirahatan itu. Benar-benar dia teduh dan tahu benar bahwa Tuhan telah membimbingnya.

GS : Dalam hal ini kita meminta bantuan doa kepada orang lain itu sesuatu yang penting juga, Pak Paul ?

PG : Betul, Pak Gunawan sebab sekali lagi kita tidak dapat melakukan pekerjaan Tuhan sendirian. Kita butuh bantuan orang-orang lain baik bantuan secara langsung maupun bantuan lewat doa mereka.

GS : Pak Paul, mengucapkan doa yang itu-itu saja apakah tidak menjemukan Tuhan, Pak Paul ?

PG : Karena Tuhan mendengarkan hati yang berbicara, Pak Gunawan. Benar-benar kata-kata tidaklah sepenting isi hati kita. Selama kita dari hati melakukannya, mengucapkannya, itulah yang akan Tuhan dengar, tapi seelok apa pun perkataan kita namun tidak keluar dari hati, itu tidak didengarkan Tuhan.

GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Mengapa Berdoa ?" Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.


Ringkasan:

Salah satu hak terbesar yang dianugerahkan Tuhan kepada kita anak-anak-Nya adalah hak untuk berdoa. Ternyata lebih dari sekadar bercakap-cakap dengan Tuhan, doa memunyai begitu banyak makna dan tujuan lainnya. Berikut akan dipaparkan beberapa di antaranya.

  1. Ketika berdoa, kita diarahkan kembali kepada kehendak Tuhan. Sewaktu bangsa Israel bersiap memasuki tanah yang dijanjikan Tuhan, mereka mengirimkan 12 pengintai. Sepuluh pengintai mengecilkan hati seluruh umat tetapi Kaleb dan Yosua justru membesarkan hati mereka. Mereka melihat Tuhan, bukan problem. Dengarlah perkataan mereka, "Jika Tuhan berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu . . . . Tuhan menyertai kita, janganlah takut kepada mereka." (Bilangan 14:8-9) Jika kita tidak berdoa, kita hanya melihat manusia dan situasi, tetapi ketika berdoa, kita melihat Tuhan. Itu sebabnya lewat doa, sering kali Tuhan membelokkan kembali langkah hidup kita agar seturut dengan kehendak-Nya.
  2. Ketika berdoa, kita memeroleh kekuatan dan hikmat yang kita butuhkan untuk dapat melakukan kehendak Tuhan. Adakalanya Musa menjadi terlalu letih memimpin bangsanya yang memang tegar tengkuk itu. Dengarkanlah keluhannya, "Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini sebab terlalu berat bagiku." (Bilangan 11:14) Setelah berdoa, Tuhan menjawab dan menyediakan jalan keluar bagi Musa yakni memintanya mengangkat 70 tua-tua untuk membantunya dan menyediakan daging sesuai dengan permintaan mereka. Kita mesti menyadari bahwa pergumulan kita bukan hanya melawan keletihan jasmaniah tetapi juga keletihan rohaniah. Melalui doa Tuhan memberi kita kekuatan untuk kembali melangkah dan melalui doa Ia kerap membukakan mata kita, sehingga kita dapat melihat kehendak-Nya dengan lebih jelas.
  3. Ketika berdoa, kita membawa kehadiran Allah di dalam hidup kita. Melalui doa kita dibawa masuk ke dalam hadirat Allah; itu sebabnya bila kita menjadi anak Tuhan yang senantiasa berdoa, kita pun akan senantiasa berada dalam hadirat Allah. Sewaktu Musa berbicara dengan Tuhan, sinar kemuliaan Tuhan turun atasnya pula, sebagaimana dicatat di Keluaran 34:29, "Ketika Musa turun dari gunung Sinai . . . tidaklah ia tahu bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan Tuhan." Lewat doa, kita bertatapan muka dengan Tuhan. Tidak heran bila kita banyak berdoa, kuasa dan kemuliaan Tuhan pun menyertai kita.
  4. Ketika kita berdoa bagi orang lain, kita akan lebih menyadari kebutuhan mereka. Sewaktu Musa berada di atas gunung, orang Israel membuat patung anak lembu emas untuk disembah. Tuhan marah dan ingin memusnahkan mereka tetapi Musa menghalangi niat Tuhan. Kepada bangsanya, Musa berkata, "Kamu ini telah berbuat dosa besar tetapi sekarang aku akan naik menghadap Tuhan, mungkin aku akan dapat mengadakan pendamaian karena dosamu itu." (Keluaran 32:30) Musa selalu memohon belas kasihan Tuhan atas kesalahan bangsanya sebab ia menyadari kelemahan mereka. Bila kita berdoa bagi seseorang, kita akan diingatkan akan kebutuhannya. Tatkala kita mengingat kebutuhannya, kita pun akan memikirkan dan memedulikannya.
  5. Ketika kita berdoa untuk pelayanan yang kita lakukan, kita mengundang berkat Tuhan untuk turun atas pekerjaan-Nya. Tuhan Yesus sendiri memberi contoh untuk berdoa. Kendati Ia Putra Allah, namun sebagai manusia biasa Ia memerlukan berkat Allah Bapa atas pekerjaan-Nya. Kita berdoa sebab kita tahu bahwa kita hanyalah alat di tangan Tuhan. Sesungguhnya Ia sendirilah yang tengah melakukan karya-Nya. Di dalam salah satu percakapan antara Tuhan dan Musa, Ia berjanji kepada hamba-Nya, "Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberikan ketenteraman kepadamu." (Keluaran 33:14) Jauh sebelum Musa menyelesaikan tugasnya, ia telah mendapat kepastian berkat Tuhan atas pekerjaan yang diembannya. Tuhan akan membimbingnya dan memberinya istirahat. Semua akan terlaksana dan selesai!

Questions: