Ibadah Keluarga yang Menyenangkan
Sumber: artikel_c3i
Id Topik: 8089
Mendengar kata "ibadah", kebanyakan orang menghubungkannya dengan ritual formal yang kaku, membosankan, dan tidak menarik. Karena itu, banyak keluarga, yang sekalipun menyebut dirinya keluarga Kristen, jarang atau bahkan tidak pernah melakukan persekutuan dalam keluarganya sendiri. Padahal, ibadah keluarga dapat menjadi saat-saat yang menyenangkan dan paling dinantikan oleh anak-anak kita.
Keluarga adalah sesuatu yang berharga bagi Allah. Ada beberapa contoh dalam Alkitab bahwa Allah menyelamatkan keluarga umat-Nya dari pembinasaan orang-orang fasik yang Allah lakukan. Nuh beserta istri, dan anak, serta menantunya, diselamatkan dari air bah. Lot beserta istri dan anaknya juga diselamatkan dari pemusnahan Sodom dan Gomora. Selain itu, Allah memberkati keluarga Abraham dan juga keluarga Yakub. Kita juga memperoleh gambaran mengenai ibadah keluarga yang dilakukan oleh orang-orang beriman ini. Karena itu, ibadah keluarga merupakan aktivitas penting, dan melalui ibadah keluarga, Tuhan berkenan mencurahkan berkat-Nya.
Absennya ibadah keluarga menyebabkan lemahnya keluarga ketika menghadapi serangan terhadap moral dan spiritual keluarga. Anggota keluarga terpecah belah karena tidak ada kasih Tuhan yang mengikat mereka. Keluarga yang tidak menyelenggarakan ibadah juga rentan terhadap pengaruh dunia yang menggerogoti kehidupan rohani. Sebaliknya, terpeliharanya ibadah keluarga menyebabkan tidak terputusnya generasi yang beriman dan mengasihi Tuhan. Berkat Tuhan akan tercurah atas keluarga yang demikian.
Pentingkah Ibadah Keluarga?
Mazmur 1 adalah salah satu hafalan Alkitab yang kami hafalkan ketika kami masih kanak-kanak. Tentu, saat itu saya tidak dapat mencerna sepenuhnya arti Mazmur ini. Ketika itu, saya sering bertanya kepada diri sendiri, "Apa menariknya kita merenungkan Taurat Tuhan siang dan malam? Bagaimana saya dapat bersukacita ketika merenungkannya?"
Ketika dewasa, saya baru menyadari dan bersyukur bahwa kebiasaan melakukan ibadah keluarga yang diterapkan oleh orang tua saya itu membawa banyak berkat dalam kehidupan kami. Sekalipun kerajinan saya dalam membaca Alkitab dan berdoa dapat mengalami pasang surut, kebiasaan beribadah dalam keluarga "memaksa" saya untuk terus mengupayakan doa dan pembacaan firman Tuhan. Dari sanalah, sukacita sejati dapat kita nikmati. Saya kemudian dapat menghayati, "Ajaran TUHAN itu baik, menggembirakan hati. Perintah TUHAN itu murni, menerangi mata. Takut akan TUHAN itu suci, bertahan selama-lamanya. Penghakiman TUHAN itu benar, dan semuanya adil. Lebih berharga daripada emas, melebihi banyak emas murni. Juga, lebih manis daripada madu, dan melebihi tetesan madu dari sarang lebah." (Mazmur 19:8-10, AYT)
Apa Pentingnya Ibadah Keluarga?
Pertama, ibadah keluarga membuat hidup kita diarahkan kepada Tuhan. Setiap hari, keluarga kita mempunyai waktu khusus buat Tuhan. Dengan demikian, hidup kita relatif terlindung dari dosa dan perpecahan keluarga.
Kedua, ibadah keluarga membuat anggota keluarga diikat satu sama lain dalam kasih Kristus. Bila ada perselisihan, ibadah keluarga mempercepat pemulihan suasana harmonis dalam rumah tangga. Dorongan untuk beribadah membuat masing-masing anggota keluarga merasa sungkan sehingga berpotensi mengurangi ketegangan. Tentu tidak enak rasanya menghadap Tuhan dalam keadaan yang kurang baik dan dengan masih menyimpan kebencian. Dalam keluarga yang bermasalah sekalipun, misalnya ketika salah satu orang tua absen dan bermasalah, adanya ibadah keluarga yang rutin diadakan memberi kekuatan ekstra untuk menghadapi masalah demi masalah. Ada kalanya, Tuhan mengadakan pemulihan buat keluarga bermasalah ketika anggota keluarga saling mendoakan.
Ketiga, ibadah keluarga membuat anggota keluarga bertumbuh secara rohani. Anak-anak akan mempunyai kenangan indah tentang bagaimana mereka dibimbing oleh orang tua mereka dalam hal iman dan firman Tuhan. Anak yang terbiasa membaca firman Tuhan akan lebih mudah mengembangkan kepekaan akan hal-hal rohani, dan karena itu, perilaku mereka pun lebih terkontrol. Sebaliknya, acap kali orang tua pun diingatkan secara tidak langsung akan perilaku mereka yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ajarkan. Dengan demikian, orang tua pun lebih waspada akan tingkah lakunya sendiri.
Keempat, anak-anak dalam keluarga yang secara rutin menerapkan ibadah keluarga akan lebih mudah diajar dan lebih peka terhadap kebenaran. Mereka secara kritis akan bertanya mengenai arti rohani dari pengalaman-pengalaman mereka. Dampaknya, kita pun memiliki lebih banyak kesempatan untuk menjelaskan kebenaran dan memahami apa yang mereka pikirkan.
Kelima, persekutuan keluarga membuat seluruh anggota keluarga lebih kuat untuk menghadapi tekanan hidup. Ini dapat terjadi karena ketika kita bersekutu bersama, setiap anggota keluarga memiliki kesempatan untuk saling memperhatikan dan saling mendukung. Banyak kebutuhan emosi maupun rohani dapat memperoleh pemenuhan ketika kita berkesempatan berkumpul sehingga ketika krisis melanda, anggota keluarga memiliki kekuatan untuk bertahan.
Bila ibadah keluarga sedemikian bermanfaat, mengapa kita sering enggan melakukannya? Pertama, ibadah keluarga menuntut kerja keras dari orang tua, dalam hal ini untuk mempersiapkan diri dengan lebih banyak belajar firman Tuhan. Ketika ibadah dilangsungkan, kita tentu perlu membimbing anak-anak kita untuk bertumbuh dalam iman. Bila kita tidak menyiapkan diri dengan baik, kita menjadi gamang ketika berhadapan dengan anak-anak yang ingin melihat contoh nyata tentang bagaimana hidup dalam firman Tuhan. Sebagai manusia berdosa yang sering berperang melawan kedagingannya sendiri, kita perlu mengingatkan diri kita agar tidak lengah dan malas dalam bersaat teduh dan membaca Alkitab.
Kedua, sering kali ibadah keluarga terabaikan karena adanya prioritas yang lebih utama di mata orang tua. Kesibukan mengejar karier dan popularitas dalammasyarakat acap kali mempersulit orang tua menyelenggarakan ibadah keluarga secara rutin. Kurangnya waktu kebersamaan dalam keluarga modern dikarenakan orang tua sibuk bekerja di luar rumah dan pulang pada malam hari dalam keadaan letih. Kesulitan anak dalam pelajarannya di sekolah membuat orang tua harus terus-menerus mengawasi anaknya belajar dan ini juga menyita banyak waktu keluarga. Dalam keadaan seperti ini, orang tua perlu mengingatkan diri bahwa semua kesibukan dan kesempatan menikmati hidup adalah dari Tuhan juga asalnya. Karena itu, kita perlu mendahulukan Tuhan dan memberi contoh kepada anak-anak kita. Bila di tengah sempitnya waktu, kita masih dapat mengupayakan ibadah, anak juga akan belajar memprioritaskan Tuhan dalam hidupnya.
Ketiga, ada cukup banyak orang tua yang berpandangan bahwa sekolah minggu telah mengajarkan segala sesuatu tentang Alkitab. Guru sekolah minggu dianggap lebih kompeten dibanding orang tua. Karena itu, orang tua sudah cukup puas bila anaknya disertakan dalam kegiatan sekolah minggu. Ada kalanya alasan ini dikemukakan karena orang tua tidak hidup dalam pemahaman Alkitab dengan akibat orang tua gagap dalam beribadah, apalagi bila harus memimpin ibadah, bahkan untuk memimpin ibadah dalam keluarga sendiri sekalipun. Bila orang tua kurang percaya diri untuk mengajarkan Alkitab dan memimpin doa di rumah, orang tua perlu berusaha membaca Alkitab lebih sering dan kemudian mempelajari latar belakang suatu bagian Alkitab yang ditulis, baik lewat buku-buku maupun lewat kelas-kelas pemahaman Alkitab.
Sebetulnya, anak-anak akan terbantu secara meyakinkan bila mereka memperoleh pengajaran Alkitab di gereja dan juga di rumah. Alasannya, pengenalan akan Tuhan bukan terjadi secara rasio belaka. Alkitab mengajarkan pula mengenai bagaimana harus menjalani hidup ini, dan anak perlu diajari untuk hidup dalam hikmat Tuhan. Bandingkan berapa banyak waktu menonton televisi dan orang tidak percaya memengaruhi mereka bila dibandingkan dengan jumlah waktu mereka untuk bersentuhan dengan firman Tuhan. Selain itu, banyak kali anak-anak memperoleh gambaran mengenai Allah melalui orang tuanya di bumi ini. Persekutuan keluarga membantu mereka mengenal Allah lewat orang tua mereka.
Keempat, kita tidak mempunyai hubungan pernikahan yang baik, dan karena itu, kita enggan berbicara dan bertegur sapa dengan pasangan atau anak-anak kita. Keadaan demikian memengaruhi suasana hati kita sehingga kita pun enggan bersekutu, berdoa, dan membaca Alkitab. Bila pernikahan kita berada pada kondisi demikian, kita wajib bekerja keras untuk memperbaiki hubungan pribadi kita dengan Tuhan dan kemudian memperbaiki juga kondisi pernikahan kita.
Kelima, ada kegiatan lain yang merupakan selingan, tetapi akhirnya lebih menyita waktu dan menghalangi keluarga beribadah. Selingan itu dapat berupa acara televisi, gim, telepon pintar, internet, komputer, mobil atau motor, menonton film, belanja, rekreasi, dan sebagainya. Tontonan dan permainan yang sehat tentu saja kita butuhkan. Namun, jangan sampai selingan itu mengambil alih persekutuan keluarga dengan Tuhan. Keberanian untuk menghitung kembali waktu kita berekreasi dan memotong waktu keluarga untuk selingan yang tidak perlu akan membantu kita mengadakan persekutuan lebih baik dengan Tuhan.
Beberapa Ide agar Ibadah Keluarga Menyenangkan
Bila kita dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, saat beribadah akan menjadi saat yang dinanti-nantikan oleh seluruh keluarga. Dengan demikian, hambatan beribadah dapat dikurangi. Beberapa ide berikut ini dapat dicoba untuk menghidupkan suasana ibadah keluarga kita.
- Ciptakan suasana keluarga yang saling mengasihi.
- Upayakan agar bentuk ibadah tidak terlalu formal dan kaku.
- Buatlah variasi yang menyenangkan.
- Seyogianya, acara ibadah keluarga berlangsung tidak terlalu lama.
- Ciptakan berbagai kesempatan untuk melangsungkan ibadah dalam keluarga.
[.... Selengkapnya]
Ibadah keluarga lebih mudah dilakukan bila kita dapat mengupayakan relasi keluarga yang harmonis. Orang tua yang takut akan Tuhan dan anak-anak yang dididik dalam Tuhan sejak usia sangat muda merupakan modal penting dalam membangun suasana ibadah dalam keluarga. Selamat berbakti melalui keluarga!
Diambil dari: | ||
Nama situs | : | TELAGA.org |
Alamat situs | : | http://telaga.org/artikel/ibadah_keluarga_yang_menyenangkan |
Penulis artikel | : | Heman Elia |
Tanggal akses | : | 25 Oktober 2018 |