Tuhan yang Lebih Besar dari Google
Sumber: artikel_c3i
Id Topik: 7956
Kita hidup di zaman saat kita benar-benar tidak perlu menunggu jawaban. Jika sesuatu dapat diketahui, kita akan mengetahuinya dalam hitungan detik, bahkan mungkin kurang. Siri, di manakah letak restoran Chipotle terdekat? Google, yang hidup dan aktif, tersedia untuk kita gunakan dalam setiap perangkat yang kita miliki.
Kita sudah dilatih untuk hidup tanpa ketidakpastian. Kita telah diajarkan bahwa tidak hanya kita berhak mendapatkan setiap jawaban yang kita perlukan, tetapi semua jawaban tersebut juga dapat tersedia dengan sekejap (dan beberapa detik) saja. Tidak ada lagi seorang pun yang perlu menjadi tidak tahu. Kita mengambil setiap pertanyaan, ketakutan, atau rasa ingin tahu kepada Google atau media sosial, yang dengan cepat dan mudah memuaskan hasrat putus asa kita akan pengetahuan dan bimbingan, baik dengan jawaban ataupun dengan selingan.
Kita memiliki Tuhan yang Mahatahu, Mahamelihat, dan Mahabijaksana, tetapi sering kali kita lebih suka memercayakan pertanyaan kita kepada internet. Lagi pula, dewa di ujung jari kita dapat terlihat, dapat dikontrol, bersifat cepat, dan tampaknya mahatahu, setidaknya cukup mahatahu bagi kita.
Akan tetapi, Tuhan tidak menciptakan internet untuk menggantikan diri-Nya.
Mencari Jalur Cepat
Sekarang, kita mungkin tidak perlu berhenti untuk berdoa tentang bagaimana mencari makan malam, atau tanggal berapa peringatan Hari Ibu akan jatuh pada tahun ini, atau berapa banyak permainan di mana the Twins (tim bisbol profesional dari Minneapolis, Minnesota - Red.) tidak berhasil menduduki posisi pertama. Saya percaya Tuhan cukup senang bahwa pertanyaan-pertanyaan semacam itu dapat diserahkan kepada Google.
Meski demikian, masih banyak persoalan lain di dalam hidup kita yang tidak akan pernah terselesaikan melalui ketergantungan terhadap paket data kita. Anda mungkin saja akan mendapatkan satu (atau tiga juta) jawaban dengan cepat. Namun, jawaban yang Anda butuhkan sering kali tidak akan dan tidak dapat dipanggil dalam waktu 0,35 detik. Jawaban semacam itu hanya berasal dari Allah, dan jawaban itu hanya akan datang melalui doa yang penuh kesabaran dan perenungan akan firman-Nya.
Bagaimana saya dapat mematahkan kuasa dosa ini dalam hidup saya?
Berapa banyak uang yang harus saya berikan kepada gereja?
Haruskah saya berhenti dari pekerjaan saya? Haruskah saya mengambil pekerjaan itu?
Apa yang harus saya katakan kepada anak saya yang telah menyimpang dari iman?
Haruskah saya menikah dengan pria atau wanita ini?
Mengapa harus menderita kanker?
Anda dapat mengetik pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam kotak pencarian Anda, dan Anda akan mendapatkan banyak jawaban (bahkan mungkin beberapa jawaban yang baik). Namun, apakah itu cara yang dimaksud Bapa surgawi untuk menggembalakan, mendorong, dan melatih anak-anak-Nya laki-laki maupun perempuan? Atau percayakah kita bahwa Tuhan dapat memberi tahu kita sesuatu yang tidak bisa diberitahukan oleh Google kepada kita?
Yesaya memperingatkan bahwa ketidaksabaran dengan Tuhan akan membawa kita pada panduan cepat lainnya -- pada jalur ekspres dunia untuk kebijaksanaan. Ketika Yesaya harus memilih, dia berkata, "Aku akan menantikan TUHAN, yang menyembunyikan wajah-Nya dari keluarga Yakub. Aku akan berharap kepada-Nya" (Yesaya 8:17). Allah memang menyembunyikan wajahnya. Dia bukan berpura-pura menjadi kepala pelayan seperti mesin pencarian internet favorit Anda. Tuhan tahu bahwa kadang-kadang hal terbaik atas keraguan, pertanyaan, dan hati yang bertanya-tanya adalah dengan menunggu. Kadang-kadang, jarak yang tidak nyaman antara pertanyaan kita dan jawaban Allah benar-benar dapat menjadi hadiah yang lebih besar, lebih manis, dan lebih dibutuhkan daripada jawaban itu sendiri.
Roda Pelangi
Dunia melihat pertanyaan kita yang tidak kunjung mendapat jawaban secara berbeda. "Ketika mereka berkata kepadamu, 'Carilah petunjuk dari para pemanggil arwah dan ahli sihir yang berbisik dan berkomat-kamit ... '" (Yesaya 8:19). Lelah menunggu Tuhan? Bawalah pertanyaan Anda ke tempat lain. Terdapat mesin-mesin pencari yang lebih responsif dengan tenaga kuda yang lebih secara menyeluruh. Berhentilah melihat roda pelangi spriritual Anda yang berputar.
Untuk sesuatu yang mendesak dan kurang beriman, hal itu terdengar bijaksana dan efisien. Jika Tuhan tidak sedang berada dalam jam kerja sekarang ini, saya akan menemukan guru lain yang akan berbicara kepada saya. Lagi pula, Allah tampaknya sedang sibuk dan tengah berperan penting, jadi saya tidak akan membebani-Nya dengan pertanyaan saya.
Logika semacam ini tidak hanya bersifat duniawi dan tidak bijaksana, tetapi juga sesat dan menghina. Yesaya menyoroti kengerian dari ketidaksabaran kita terhadap Tuhan dan ketergantungan dari kegelisahan kita terhadap sumber-sumber yang lain untuk mendapat kenyamanan dan kebijaksanaan.
"Ketika mereka berkata kepadamu, 'Carilah petunjuk dari para pemanggil arwah dan ahli sihir yang berbisik dan berkomat-kamit,' jawablah, 'Bukankah suatu bangsa seharusnya meminta petunjuk dari Allahnya? Patutkah mereka meminta petunjuk kepada yang mati mengenai yang hidup?'" (Yesaya 8:19)
Mengapa kita meminta kepada arwah dan roh-roh peramal jika kita memiliki Tuhan? Mengapa kita memercayakan masalah kita yang terdalam, yang paling sensitif, dan yang paling rumit kepada penasihat yang lemah dan terbatas ketika kita memiliki telinga Allah, pemilik alam semesta? Merupakan kejahatan dan tindakan bunuh diri untuk memalingkan kepercayaan dari Tuhan kepada Google.
Kematian Google
"... haruskah (umat Allah) meminta petunjuk kepada orang-orang mati bagi orang-orang hidup?" Arwah dan roh-roh peramal pada zaman Yesaya tidaklah mati -- mereka masih bernapas, mendengarkan, berbicara, dan merusak. Mereka tidak mati, tetapi mereka menapaskan kematian. Hanya itu yang dapat mereka tawarkan. Tentu saja, mereka akan menghiasi kebijaksanaan mereka dengan desain warna-warni, musik mengentak, dan banyak tanda like dari Facebook, tetapi itu adalah kematian.
Yesaya melanjutkan,
Mereka akan melewati negeri itu dengan kesulitan dan kelaparan dan ketika mereka lapar, mereka akan marah dan mengutuki raja dan Allah mereka, sambil mendongakkan wajah ke langit. Kemudian, mereka akan menghadapkan wajah ke bumi, dan melihat penderitaan dan kegelapan, kesuraman dan kesedihan, lalu mereka akan diusir ke dalam kegelapan. (Yesaya 8:21-22)
Ikuti panduan-panduan itu, percayakan hati Anda kepada mereka, dan Anda akan memiliki jawaban ringkas. Anda akan memiliki kenyamanan yang mudah dan nasihat murahan. Namun, Anda juga akan memiliki rasa lapar dan kesia-siaan, dan pada akhirnya, kemarahan yang tidak rasional dan tidak terpuaskan. Dunia dan semua kebijaksanaannya akan memberi Anda makanan pada hari itu, tetapi Anda akan kelaparan untuk selamanya. Alih-alih membawa cahaya dan kehidupan, mereka akan menarik kegelapan dan menutup pintu, meninggalkan Anda dan semua pertanyaan Anda di dalam kegelapan.
Hanya ada satu cara untuk mendapat kebijaksanaan yang kita butuhkan untuk hidup -- yaitu, kebijaksanaan yang membawa kita kepada kehidupan, dan kebijaksanaan yang membuat kehidupan ini menjadi masuk akal. Jika kita menginginkan jawaban yang mengarah pada kehidupan -- hidup yang benar, penuh, dan berlimpah -- kita akan melihat kepada Sang Pencipta (Kisah Para Rasul 3:15), bukan kepada toko-toko yang menyediakan kebijaksanaan.
Ketika berbicara tentang memahami dan menafsirkan realitas, terutama pertanyaan-pertanyaan terbesar yang kita hadapi tentang diri kita sendiri dan dunia yang besar, tragis, serta indah tempat kita hidup, bahkan internet menjadi kerugian yang menghancurkan bagi Allah yang menciptakan segala sesuatu, menopang segala sesuatu, dan yang berencana untuk membawa semua hal bersama-sama dalam Anak-Nya pada suatu hari nanti.
Bangkitnya Harapan
Jadi, ketika Allah diam, apa yang kita lakukan jika kita tidak terburu-buru untuk mencari jawaban di tempat lain? Sekali lagi, Yesaya mengatakan, "'Carilah petunjuk dari Hukum Taurat dan kesaksian! Jika mereka berbicara tidak sesuai dengan perkataan ini, itu karena mereka tidak memiliki terang fajar" (Yesaya 8:20). Alih-alih mengirim kita ke tempat lain, Dia memanggil kita kembali kepada firman yang hidup dan kekal (1 Petrus 1:23). Resep untuk pertanyaan yang belum terjawab dan masalah yang belum terpecahkan adalah perenungan yang sabar akan firman Tuhan. Kita tidak memerlukan firman yang baru. Kita memerlukan tekad dan wawasan yang baru untuk melihat Allah dan jalan-Nya melalui perkataan yang kuno -- untuk mendengar dari-Nya, bahkan jika dibutuhkan beberapa hari atau minggu atau tahun.
Mereka yang mengejar kebijaksanaan dengan melalui jalan ini akan memiliki fajar mereka. Itu merupakan cahaya di ujung terowongan penderitaan hidup dan sakit hati, dan itu terbit bersama dengan Allah, bukan di tempat lain.
"Bangkitlah, bersinarlah! Sebab, terangmu telah datang! dan kemuliaan TUHAN bangkit atasmu. Sebab, sesungguhnya, kegelapan akan melingkupi bumi dan kegelapan yang pekat melingkupi bangsa-bangsa. Akan tetapi, TUHAN akan terbit atasmu dan kemuliaan-Nya akan terlihat atasmu. Bangsa-bangsa akan datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit padamu." (Yesaya 60:1-3)
Cahaya yang Allah janjikan adalah cahaya yang layak ditunggu, cahaya yang akhirnya memenangkan seluruh dunia. Allah telah menulis semua rasa sakit, kebingungan, kehancuran, dan ketakutan yang kita rasakan ke dalam kisah kita, bukan supaya kita menjadi terkesan dengan Google, tetapi supaya kita akan lebih bergantung sepenuhnya kepada-Nya. Hikmat yang Tuhan berikan tidak selalu datang dengan cepat, tetapi hikmat itu akan menjadi sempurna dan akan mengganjar Anda dengan penuh untuk selamanya.
Jadi, apakah kita percaya Tuhan dapat memberitahukan kepada kita sesuatu yang tidak dapat diberitahukan oleh Google? Jika demikian, kita akan menjadi lebih lambat untuk meraih ponsel kita dan lebih cepat bertelut untuk berdoa. Kita akan menunggu, tidak menekan tombol. (t/N. Risanti)
Tuhan yang Lebih Besar dari Google
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | desiringGod |
Alamat situs | : | http://www.desiringgod.org/articles/a-god-greater-than-google |
Judul asli artikel | : | A God Greater than Google |
Penulis artikel | : | Marshall Segal |
Sumber: e-Konsel 385 (http://sabda.org/publikasi/e-konsel/385/)