Psikologi Iman III
Sumber: artikel_c3i
Id Topik: 7915
Kepercayaan Mental
"Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. " (Yohanes 1:12)
(Yohanes 1:12) adalah firman agung yang berkuasa meliputi segala sesuatu -- "semua orang yang menerima-Nya ...." Kepercayaan mental menuntun kita untuk mengerti siapa Yesus Kristus itu dan apa yang dapat Ia lakukan untuk kita dan di dalam kita. Yesus Kristus adalah manusia yang normal, manusia menurut patokan Allah, dan Allah menuntut agar kita memperlihatkan kekudusan yang telah diperlihatkan oleh-Nya.
Orang Kristen yang menyukai hal-hal rohani harus mengalami penderitaan penyesuaian mental kembali secara menyeluruh, proses ini memuliakan Allah, sekalipun merendahkan diri kita. Orang terus-menerus bertanya, "Bagaimana saya bisa memperoleh lebih banyak iman?" Saudara boleh meminta iman, tetapi Saudara takkan pernah mempunyai iman terlepas dari Yesus Kristus. Saudara tak dapat memompakan iman dari dalam hati Saudara sendiri. Bilamana iman hampir mati di dalam jiwa Saudara, itu karena Saudara tidak berhubungan dengan Yesus; berhubunganlah dengan Dia maka dalam beberapa detik saja lenyaplah kekurangan iman Saudara. Bilamana Yesus berjumpa dengan orang-orang yang bebas dari ketegaran yang timbul dari kepercayaan agama, Ia segera membangkitkan iman di dalam diri mereka. Hanya orang-orang yang terikat oleh ketegaran agama itulah yang tak beriman kepada-Nya. Iman berarti bahwa saya menyerahkan diri kepada-Nya. Iman adalah keyakinan mutlak kepada Yesus dan kepada iman-Nya. Adalah satu hal untuk beriman kepada Yesus dan satu hal lain lagi untuk beriman tentang segala sesuatu yang untuknya Yesus beriman. Galatia 2:20 tidak mengacu pada iman mula-mula Rasul Paulus kepada Yesus sebagai Juru Selamatnya, melainkan kepada iman Yesus. Paulus mengatakan bahwa iman yang serupa yang ada di dalam Yesus, iman yang memerintah kehidupan-Nya, iman yang tak dapat dipatahkan oleh Iblis, sekarang berada di dalam dirinya melalui penyatuan diri dengan kematian Yesus; iman yang menjadi ciri Yesus sekarang menjadi ciri Paulus.
Kepercayaan Moral
"Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa." (Roma 6:6)
Jikalau kita jujur dan patuh, dengan amat cepat kepercayaan moral akan menyusul kepercayaan mental. Adakah saya cukup miskin, cukup rendah, cukup sederhana untuk percaya pada Yesus? Percayakah saya kepada-Nya ketika Ia berkata bahwa Allah akan memberikan Roh Kudus jika saya meminta kepada-Nya? Jikalau saya percaya kepada Yesus dan menerima Roh Kudus atas wewenang firman-Nya, saya harus mengambil keputusan moral mengenai segala sesuatu yang dinyatakan oleh Roh Kudus. Roh akan menyatakan kepada saya apa dosa itu dan Ia akan menyatakan bahwa Yesus Kristus dapat melepaskan saya dari dosa, jika saya mau menyetujui keputusan Allah di salib atas dosa. Banyak di antara kita percaya pada Yesus, kita telah menerima Roh Kudus dan mengetahui bahwa kita ini anak-anak Allah, tetapi kita tidak mau mengambil keputusan moral mengenai dosa, yakni bahwa dosa harus segera dimatikan di dalam diri kita. Saat yang agung dalam kehidupan kita terjadi ketika kita memutuskan bahwa dosa harus segera mati, bukan dikekang atau ditindas atau dinetralkan, tetapi disalibkan. Hal ini tidak mudah terlaksana; hal ini dilakukan bila secara moral kita merenggutnya. Kita tak pernah mengerti hubungan antara kehidupan seorang manusia dan salib Kristus sebelum kita melakukan suatu tindakan moral dan melihat terang Allah menyinari kenyataan.
Perbuatan-perbuatan yang berpengaruh di dalam kehidupan saya bagi Allah adalah keputusan-keputusan moral, bukan yang mental. Saya boleh memikirkan dalam-dalam segala sesuatu yang ada dalam doktrin Kristen, tetapi hidup saya tetap sama saja. Akan tetapi, saya tak pernah mengambil suatu keputusan moral lalu kehidupan tinggal sama seperti sebelumnya. Berdasarkan penebusan, Roh Kudus selalu memimpin kita kepada keputusan-keputusan moral. Suatu keputusan tidak memerlukan banyak waktu, satu detik sudah cukup. Yang memerlukan banyak waktu ialah penolakan saya yang keras kepala untuk mengambil keputusan moral. Di sini, di tempat kita duduk, kita dapat memutuskan apakah proses penebusan akan terlaksana sepenuhnya di dalam diri kita. Setelah saya memutuskan demikian, dengan segera akan terlihat pengaruh mujarab dari penebusan. Adakalanya Roh Kudus menjamah kita, kadang-kadang kita melihat segala sesuatu dengan jelas. Saat-saat seperti itulah yang berbahaya, karena kita cenderung membiarkan jamahan itu berlalu dalam suasana kegairahan yang sentimentil daripada mengambil keputusan moral. Memang pantas untuk bergembira ketika merasa Allah begitu dekat dengan kita, tetapi jika kita tidak mengambil keputusan moral, kali berikutnya akan lebih sukar untuk memerhatikan jamahan yang terjadi dalam kehidupan kita. Adalah lebih baik jika kita mengambil keputusan tanpa merasa suasana yang menggetarkan hati -- lebih baik mengambil keputusan dengan kepala dingin, ketika kemauan kita sendiri yang berkuasa, ketika dengan sengaja kita membiarkan kemauan kita diperintah oleh Kristus.
Kepercayaan Mistik
"Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi dengan Kristus di dalam Allah." (Kolose 3:3)
Dalam ayat ini Paulus tidak berbicara kepada orang halus, tetapi kepada orang-orang yang telah menyatu dengan kematian Yesus dan yang mengetahui bahwa "manusia lama" mereka telah disalib bersama Dia. Jika kita telah dilahirkan kembali oleh Roh Kudus dan telah mengambil keputusan moral untuk mematuhi apa yang diungkapkan-Nya tentang dosa, kita harus melangkah terus dengan percaya bahwa Allah akan memungkinkan kita hidup bagi kemuliaan-Nya dalam keadaan apa pun di mana Ia menempatkan kita. Saudara dapat mengetahui iman yang benar pada Yesus dari kesaksian yang dinyatakan oleh kehidupan seseorang. "Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." (Matius 7:20) Tak mungkin orang lain akan keliru dan menyangka duri adalah buah anggur, atau onak adalah buah ara. Kepercayaan mistik berarti bahwa secara sadar kita mewarisi apa yang telah dikerjakan oleh penebusan bagi kita dan setiap hari, setiap jam, menyatakan keajaiban kasih karunia Allah di dalam kehidupan kita.
Kebanyakan kita "berpegang" terus pada Yesus Kristus. Kita bersyukur karena karunia keselamatan yang mahabesar itu, tetap kita tidak berbuat apa-apa untuk mewujudkannya di dalam kehidupan kita. Itulah yang sukar dan kebanyakan kita gagal dalam hal ini karena kita tidak diajarkan bahwa hal inilah yang seharusnya kita lakukan. Sebagai akibatnya ada kesenjangan antara pernyataan kepercayaan kita dan kehidupan kita sehari-hari. Menyatakan bahwa hal ini disebabkan oleh kelemahan manusia adalah omong kosong.
Dalam kehidupan sehari-hari saya hidup tidak setaraf dengan kepercayaan yang saya nyatakan. Kita tak dapat berbuat apa-apa-apa untuk menyelamatkan diri kita, tetapi kita dapat mewujudkan apa yang telah Allah kerjakan di dalam diri kita. Di seluruh Perjanjian Baru dititikberatkan bahwa Allah memberikan kita kekuatan cukup untuk melakukan hal itu bila kita mau. Faktor besar dalam pengalaman Kristen adalah faktor yang terus-menerus dikemukakan oleh Tuhan kita, yaitu menerima Roh Kudus yang melakukan di dalam kita apa yang Tuhan lakukan bagi kita. Dengan demikian, kehidupan alami kita dengan pelan-pelan tetapi pasti akan diubah menjadi hidup rohani melalui kepatuhan.
Diambil dan disunting dari:
Judul asli buku | : | Conformed to His Image |
Judul buku terjemahan | : | Serupa dengan Citra Kristus |
Penulis | : | Oswald Chambers |
Penerjemah | : | Penerbit Gandum Mas |
Penerbit | : | Gandum Mas, Malang 1990 |
Halaman | : | 67 -- 71 |