Benarkah Bayi Itu Seumpama Kertas Kosong?
Sumber: artikel_c3i
Id Topik: 7899
Tanya
Anda menganggap penting masalah tentang bayi yang baru lahir dan apakah mereka terlahir ke dunia dengan temperamen yang kompleks atau sebagai "kertas kosong/putih". Setelah semuanya dipikirkan masak-masak, perbedaan apa yang terjadi? Anak-anak adalah anak-anak, dan kami menerima mereka sebagaimana kami mendapatkan mereka. Mengapa penting apakah mereka mengawali dengan "sesuatu" atau tanpa "apa-apa"?
Jawab
Sangat mudah untuk melihat bagaimana Anda bisa berasumsi bahwa masalah ini adalah kepentingan akademik saja, tanpa aplikasi praktis. Tidak ada yang bisa lebih jauh dari kebenaran. Cara kontras mengamati anak-anak ini memiliki implikasi yang luas dan akan memengaruhi teknik pengasuhan sepanjang tahun-tahun pertumbuhannya. Mari saya jelaskan.
Teori "kertas kosong/putih" menyatakan bahwa anak-anak dilahirkan netral, tetapi dengan kecenderungan "baik". Kecenderungan alami mereka adalah mengasihi, memberi, bekerja, bekerja sama, dan belajar. Kegagalan individu berperilaku secara positif tidak dihasilkan dari setiap cacat internal, melainkan dari masyarakat yang korup dan sesat. Pengalaman buruk menyebabkan perilaku buruk. Oleh karena itu, tugas orang tua adalah menyediakan lingkungan yang penuh kasih dan kemudian membiarkannya. Kebaikan alami akan mengalir dari itu. Selama kesalahan utama dihindari, tidak akan ada rangsangan negatif untuk mendistorsi atau membelit individu yang sedang berkembang. Pemberontakan dan ketidaktaatan tidak berasal dari kasih. Dengan demikian, disiplin orang tua adalah kurang signifikan karena tidak ada sifat batin yang harus ditentang.
Ini adalah perspektif humanistik tentang sifat kekanak-kanakan. Jutaan orang Amerika dan Kanada, mayoritas tidak diragukan lagi, percaya bahwa itu benar. Kebanyakan psikolog juga menerima dan mengajarkannya sepanjang abad kedua puluh. Hanya saja, ada hal yang salah dengan konsep tersebut: hal itu sama sekali tidak akurat.
Tidak mungkin untuk memahami sifat manusia tanpa mengacu pada "Manual Pemilik". Hanya Pencipta anak-anaklah yang dapat memberi tahu kita bagaimana Dia menciptakan mereka, dan Dia telah memberitahukannya di dalam Alkitab. Alkitab mengajarkan bahwa kita dilahirkan dalam dosa karena mewarisi sifat tidak taat dari Adam. Raja Daud berkata, "... dalam dosa aku dikandung ibuku" (Mazmur 51:7), yang berarti bahwa kecenderungan untuk melakukan kesalahan ditularkan secara genetik. Ini telah menginfeksi semua orang yang pernah hidup. "Karena semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23). Oleh karena itu, dengan atau tanpa pengalaman buruk, seorang anak secara alami cenderung mengarah ke pemberontakan, keegoisan, ketidakjujuran, eksploitasi, agresi, dan keserakahan. Dia tidak harus diajari tentang perilaku-perilaku ini. Perilaku-perilaku tersebut merupakan ekspresi kemanusiaan yang tidak terhindarkan.
Meskipun perspektif tentang manusia ini diejek di dunia sekuler saat ini, banyak bukti yang menunjukkan keakuratannya. Bagaimana lagi kita menjelaskan sifat garang dan menyimpang dari semua masyarakat di muka bumi? Perang berdarah telah menjadi pusat dari sejarah dunia selama lebih dari 5.000 tahun. Orang-orang dari semua ras dan keyakinan di seluruh dunia telah mencoba memperkosa, menjarah, membakar, meledakkan, dan membunuh satu sama lain dari abad ke abad. Perdamaian hanyalah jeda sesaat ketika mereka berhenti untuk mengumpulkan kekuatan kembali! Plato mengatakan lebih dari 2.350 tahun yang lalu, "Hanya orang mati yang telah melihat akhir dari perang." Dia benar, setidaknya sampai Raja Damai datang.
Selanjutnya, di tengah bangsa-bangsa yang berperang kita menemukan kejadian menyedihkan yaitu pembunuhan, penyalahgunaan narkoba, penganiayaan anak, pelacuran, perzinaan, homoseksualitas, dan ketidakjujuran. Bagaimana kita menjelaskan kejahatan ini meresap dalam dunia orang-orang yang secara alami cenderung ke arah yang baik? Apakah mereka benar-benar hanyut ke dalam perilaku antisosial di luar kecenderungan bawaan mereka? Jika demikian, tentu saja salah satu masyarakat di seluruh dunia telah mampu melestarikan kebaikan yang dengannya anak-anak dilahirkan. Di manakah itu? Apakah tempat seperti itu ada? Tidak, meskipun beberapa masyarakat ada yang lebih bermoral daripada yang lain, tetapi tidak ada yang mencerminkan keselarasan yang bisa diharapkan dari teori "kertas kosong/putih". Mengapa tidak? Karena dasar pemikiran itu salah.
Lalu, apakah artinya pemahaman Alkitab ini bagi orang tua? Apakah mereka memandang bayi mereka bersalah sebelum mereka berbuat salah? Tentu saja tidak. Anak-anak tidak bertanggung jawab atas dosa-dosa mereka sampai mereka mencapai usia pertanggungjawaban - dan kerangka waktu itu paling dikenali oleh Tuhan. Di sisi lain, orang tua akan bersikap bijaksana untuk mengantisipasi dan menangani perilaku memberontak ketika itu terjadi. Dan itu akan terjadi, mungkin pada bulan kedelapan belas atau sebelumnya. Siapa pun yang pernah melihat balita meluapkan marah-marah dengan kasar ketika ia tidak mendapatkan apa yang diinginkan pastilah kesulitan untuk menjelaskan bagaimana "kertas kosong/putih" ternyata begitu kacau! Apakah ibunya atau ayahnya memberi contoh mengamuk, bergulung-gulung di lantai, meludah, menendang, menangis, dan menjerit? Saya harap tidak. Pemberontakan terjadi secara alami pada dirinya.
Orang tua bisa, dan harus melatih, membentuk, mengoreksi, membimbing, menghukum, memberi penghargaan, memberi perintah, memperingatkan, mengajar, dan mengasihi anak-anak mereka selama tahun-tahun formatif. Tujuan mereka adalah untuk mengontrol alam batin itu dan menjaganya dari sikap merajalela atas seluruh keluarga. Pada akhirnya, bagaimanapun, hanya Yesus Kristus yang dapat menyucikan dan membuatnya "sepenuhnya diterima" di hadapan Sang Guru.
Anda tahu? Sepertinya saya telah menyampaikan sebuah khotbah. Dan saya bahkan bukan seorang pendeta.
Diterjemahkan dari:
Judul buku | : | Parenting Isn’t for Cowards |
Judul artikel | : | Q&A |
Penulis | : | Dr. James C. Dobson |
Penerbit | : | Word Publishing, US 1987 |
Halaman | : | 199 -- 202 |