BETA
Natal: Pilihan Allah
Sumber: artikel_c3i
Id Topik: 7831

Memilih merupakan pekerjaan dalam kehidupan kita sehari-hari, bahkan merupakan pekerjaan seumur hidup kita. Kita memilih siapa yang menjadi teman hidup kita, memilih pakaian, memilih tempat tinggal, memilih sekolah tempat kita studi atau bagi anak-anak kita, dsb.. Pada dasarnya, kehidupan kita penuh dengan pilihan-pilihan. Jika kita salah dalam memilih, kita akan menanggung risikonya. Bahkan ada orang yang berkata bahwa kehidupan kita itu ditentukan oleh pilihan-pilihan yang kita lakukan!

Natal

Namun seberapa besar pun kebebasan manusia dalam menentukan pilihannya, tetap ada hal yang tidak bisa ditentukannya sendiri. Kita ambil saja contoh mengenai kehadiran kita di dunia ini: sama sekali bukan karena pilihan kita. Kita hadir/berada di sini di luar kehendak dan pilihan kita. Kita tidak bisa memilih siapa yang akan menjadi orang tua kita.

Yesus Kristus sangat berbeda dengan kita dalam hal pilihan. Ia dapat memilih bagi diri-Nya sendiri apakah ia menjelma langsung menjadi manusia atau dilahirkan sebagaimana manusia biasa. Ia bisa memilih siapa yang menjadi orang tua-Nya.

Bayi yang Memilih Dilahirkan

Kisah Natal adalah kisah dari Allah yang menjelma menjadi seorang bayi melalui proses kelahiran seperti manusia biasa. Kitab Suci berkata mengenai kedatangan Yesus ke dunia ini: "...ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: 'Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki -- tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku -- Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu aku berkata: Sungguh Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku'" (Ibrani 10:5-7). Kata-kata dalam ayat-ayat tadi sebenarnya adalah kutipan dari kitab Mazmur, yang menyatakan bahwa sebelum Yesus dilahirkan ke dunia ini, Ia sudah menentukan pilihannya untuk dilahirkan sebagai manusia biasa. Yesus memilih cara kehadiran-Nya ke dalam dunia ini. Tubuh-Nya sudah disiapkan untuk maksud dan tujuan itu. Hal ini berbeda dengan kita sebagai manusia yang terbatas kuasa pilihannya. Pada waktu kita dilahirkan kita tidak tahu apa yang akan terjadi kelak dengan kehidupan kita, tetapi Yesus lahir dengan tujuan yang jelas dan Dia sendiri mengetahuinya secara jelas pula.

Barangkali Maria mengetahui sedikit tentang tujuan hidup dari Anaknya itu, tetapi ia pasti tidak pernah mengira bahwa Anaknya itu akan mengalami penghinaan yang hebat dan kematian yang mengerikan.

Walaupun Yesus datang ke bumi ini dalam rupa manusia, Dia tetap adalah Allah yang mulia. Kitab Suci memiliki bukti yang begitu lengkap tentang keilahian Kristus. Berkhoff mengikhtisarkan bukti keilahian Kristus sebagai berikut.

Kita mendapatkan bahwa Kitab Suci: (1) secara terang-terangan menyatakan keilahian Anak itu dalam Yohanes 1:1; 20:28; dan Roma 9:5; (2) memakai nama-nama ilahi bagi-Nya (Yesaya 9:5; 40:3; dan Yeremia 23:5-6); (3) mengenakan sifat-sifat ilahi kepada-Nya (Matius 18:20; Yohanes 1:1-2; 2:24-25; 3:13; Kolose 2:9; dan Wahyu 1:18); (4) menyebutkan Dia sebagai yang mengerjakan karya-karya ilahi (Yohanes 1:3,10; Kolose 1:16; Ibrani 1:2,10); dan (5) memberikan kepada-Nya kehormatan ilahi (Yohanes 5:22-23; 14:1; 2 Korintus 13:13).

Walaupun doktrin keilahian Kristus pada umumnya diakui sebagai dasar yang perlu sekali dari kristologi, tetapi doktrin tentang kemanusiaan-Nya juga sama pentingnya. Kemanusiaan Kristus terbukti yang terutama melalui fakta bahwa Ia memiliki tubuh manusia sejati yang terdiri dari darah dan daging. Tubuh-Nya sama seperti tubuh orang-orang lain, kecuali tidak mempunyai sifat-sifat dosa dan kegagalan manusia. Bukti bagi tubuh manusiawi-Nya dalam Kitab Suci lebih ditonjolkan.

Menurut Kitab Suci, Kristus dilahirkan dari seorang perawan bernama Maria, menggenapi semua yang secara wajar diharapkan dari kelahiran seorang manusia, dan menggenapi banyak nubuatan Perjanjian Lama yang mengharapkan kedatangan-Nya sebagai manusia.

Kitab Suci tidak hanya memberikan kesaksian terhadap sifat-sifat fisik tubuh manusiawi Kristus yang berinkarnasi, tetapi juga terutama berbicara tentang fakta bahwa Ia memiliki jiwa dan roh manusia yang rasional. Menurut Matius 26:38, Kristus berkata kepada murid-murid-Nya, "... 'Hati-Ku (jiwa-Ku) sangat sedih, seperti mau mati rasanya. ...'" Ini merupakan fakta bahwa Kristus memunyai jiwa manusiawi. Fakta bahwa Yesus memunyai roh manusiawi diungkapkan dalam Yohanes 13:21, "Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu (di dalam roh-Nya)...."

Perpaduan Sifat

Kristus bersifat ilahi dan manusiawi. Bukti yang berlimpah-limpah tentang keilahian dan kemanusiaan Kristus memperjelas bahwa dalam pribadi-Nya, sifat ilahi dan manusiawi itu berpadu dalam satu kesatuan selama-lamanya.

Perpaduan sifat kemanusiaan dan keilahian Kristus ini diberi pernyataan yang tegas paling sedikit dalam tujuh bagian utama Kitab Suci: Filipi 2:6-11; Yohanes 1:1-14; Roma 1:2-5; 9:5; 1 Timotius 3:16; Ibrani 2:14; 1 Yohanes 1:1-3.

Satu Pilihan yang Bisa Anda Lakukan

Meskipun manusia terbatas dalam menentukan pilihannya tetapi di dalam Kristus Yesus manusia memperoleh kesempatan untuk membuat pilihan-pilihan yang istimewa, yaitu dilahirkan kembali.

Yesus Kristus memilih untuk dilahirkan ke dalam dunia ini agar Ia dapat membawa dunia yang mudah tersesat ini kembali kepada diri-Nya. Natal berarti Kristus memilih dilahirkan dengan tubuh manusia yang serupa dengan kita, namun sama sekali tanpa dosa dan tabiat dosa.

Seberapa besar pun kebebasan manusia dalam menentukan pilihannya, tetap ada hal yang tidak bisa ditentukannya sendiri.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Kelahiran Yesus menjadi seorang bayi kecil, di Betlehem, mengajarkan kepada kita supaya kita rela menjadi kecil, jika kita benar-benar ingin mengenal akan kasih karunia Allah dan anugerah-Nya yang terbesar. Yesus datang ke dalam dunia ini bukan kepada orang-orang yang mulia, memiliki pangkat, dan memiliki gelar. Ia datang justru kepada orang-orang yang rendah posisinya dalam masyarakat tetapi mereka memiliki hati yang rela menjadi kecil di hadapan Tuhan dan sesamanya.

Yesus dilahirkan di kandang binatang, suatu tempat yang hina, menyatakan kepada kita bahwa sukacita Natal tidak bergantung kepada keadaan di sekitar kita, tetapi berpusat pada Sang Juru Selamat, yaitu Yesus Kristus! Yesus sanggup membawa sukacita walaupun di tempat yang busuk lingkungan rohaninya.

Jika Anda memilih untuk dilahirkan kembali, maka Anda harus menyambut Yesus Kristus sebagai Juru Selamat dan Tuhan atas kehidupan Anda.

Memang benar kita tidak bisa membuat pilihan tentang kelahiran kita di dunia ini. Tetapi kini kita boleh memilih untuk dilahirkan kembali secara rohani. Pilihan ini membuat kita dilahirkan dalam keluarga Allah. Tidak seorang pun boleh membuat pilihan ini bagi Anda. Anda harus membuatnya sendiri!

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buletin : Sahabat Gembala, Edisi Desember 1994
Penulis : Yosaphat Maid Ngendang
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1994
Halaman : 4 -- 6