Apakah Anda Benar-Benar Menikmati Pekerjaan Anda?
Sumber: artikel_c3i
Id Topik: 7167
"... tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya...." Pengkhotbah 3:22
Di tengah-tengah kesibukan kerja yang seakan tak pernah ada akhirnya dan jadwal-jadwal ketat yang kadang begitu menyesakkan, sering kali kita merasa stres. Kondisi demikian dengan mudah menyebabkan kita kehilangan sukacita. Tuntutan profesionalisme yang kian tinggi, ambisi meraih puncak karier, daya juang yang dipadukan dengan daya saing untuk menggapai prestasi terhormat, dan sederet sikap positif lainnya jelas memang bukan sikap yang keliru. Meskipun demikian, hal-hal tersebut tidak jarang membuat kita merasa stres dan tegang, yang akhirnya menimbulkan gangguan-gangguan psikosomatis, seperti: pusing, tidak bisa tidur, sakit lambung, gatal-gatal, dan lain-lain.
Kakak seorang dosen saya meninggal akibat penyakit jantung, justru ketika surat pengangkatannya dari kepala cabang menjadi direktur kantor pusat sedang diproses. Memang, seseorang yang pantang menyerah hanya dapat dipaksa menyerah oleh kesehatan yang terus memburuk atau kematian. Karena itu, kita sering mendengar orang-orang tua menasihati agar kita jangan bekerja terlalu berat (Bahasa Jawa: ngoyo). Kalau sudah jatuh sakit, mungkin baru terpikir: "Untuk siapa aku berlelah-lelah atau menolak kesenangan?" (Pengkhotbah 4:8) Karena itu, kajilah kemungkinan berikut.
1. Anda menyukai pekerjaan Anda, tetapi tidak menyukai suasana dan lingkungan kerjanya.
2. Anda menyukai suasana dan lingkungan kerja Anda, tetapi sebenarnya Anda tidak menyukai pekerjaan Anda.
3. Anda tidak menyukai baik pekerjaan Anda maupun lingkungan dan suasana kerjanya, tetapi terpaksa Anda jalani karena Anda butuh pekerjaan.
4. Anda menyukai baik pekerjaan Anda maupun lingkungan dan suasana kerjanya, tetapi Anda merasa tidak dapat berkembang bila terus bertahan dalam pekerjaan itu.
5. Anda menyukai baik pekerjaan Anda maupun lingkungan dan suasana kerjanya, tetapi Anda tertantang untuk mencoba berkarier di bidang lain karena tawaran gaji yang lebih besar atau karena bidang itu jauh lebih mengasyikkan.
Kelima kemungkinan itu memiliki satu persamaan, yaitu konflik kepentingan dan minat. Itulah inti masalahnya! Untuk mengatasinya, cobalah untuk:
1. Jujur terhadap diri sendiri.
Bila Anda belum menikah, pilihlah bidang yang paling Anda sukai sekaligus paling Anda kuasai, sekalipun bidang itu tidak menjanjikan penghasilan besar, karena kepuasan dan kebutuhan aktualisasi diri yang Anda peroleh dari pekerjaan Anda tidak dapat menandingi nilai uang yang Anda dapatkan. Bila Anda sudah menikah atau kebutuhan ekonomi sangat mendesak, Anda terpaksa harus memilih pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi Anda saat ini, walau mungkin Anda tidak begitu suka dengan pekerjaan itu. Dalam hal ini, tanggung jawab terhadap keluarga harus mengalahkan kepuasan pribadi.
2. Kerjakan pekerjaan Anda sebaik mungkin (Pengkhotbah 9:10).
Pekerjaan yang terus ditekuni akan membuat Anda menjadi sangat profesional dalam bidang itu walaupun awalnya Anda tidak menyukainya. Lama-lama Anda akan menyukainya karena pekerjaan itu Anda geluti setiap hari. Perlu diingat bahwa perusahaan-perusahaan besar kini tidak segan-segan menghargai profesionalisme dengan gaji yang memadai.
3. Bijak mengambil keputusan.
Bila Anda tidak menyukai lingkungan tempat Anda bekerja karena lingkungan itu mengganggu kesehatan, apalagi bila dalam jangka waktu yang lama hal itu dapat berakibat fatal, sebaiknya Anda tidak ragu-ragu berhenti dan mencari kerja di tempat lain atau minta dipindahkan ke cabang lain. Bila Anda tidak menyukai suasana kerjanya, cobalah untuk menyesuaikan diri. Bila Anda menyukai pekerjaan Anda, hal ini akan mempermudah Anda untuk menyesuaikan diri dengan suasana kerja Anda. Bila suasana tempat kerja Anda menjadi tidak tertahankan, misalnya karena rekan atau bahkan atasan Anda suka membuat ulah, sebaiknya Anda juga tidak ragu-ragu untuk berhenti atau minta pindah ke bagian lain. Karena suasana kerja yang tidak sehat (beban kerja terlalu berat, dibenci rekan-rekan sekerja, konflik dengan atasan) dapat berakibat fatal.
4. Bila Anda merasa kurang dapat berkembang, silakan "meloncat" mencari kerja di tempat lain.
Tentunya, sebelum mengambil keputusan tersebut, Anda harus sudah mempertimbangkan masak-masak untuk ruginya.
5. Bila Anda ingin karier yang baru, pelajari baik-baik seluruh seluk-beluk karier itu.
Mungkin Anda hanya terpengaruh oleh hal-hal yang tampak menarik di permukaannya saja. Bila ternyata karier itu memang menjanjikan kepuasan dan masa depan yang lebih baik bagi Anda, silakan bermigrasi.
Pindah kerja memang susah-susah gampang. Anda perlu ekstra hati-hati "meloncat" bila usia Anda sudah agak tua. Salah-salah Anda malah tercebur ke selokan. Sudah tentu, risiko selalu ada. Karena itu, bila Anda sudah berumur dan merasa kemampuan kerja Anda biasa-biasa saja, cobalah belajar menikmati pekerjaan Anda, apalagi bila lingkungan dan suasana kerjanya cukup menyenangkan. Karena, bila Anda menikmati pekerjaan Anda, Anda pasti menyukainya. Dan bila Anda menyukainya, Anda akan asyik menekuninya karena kini pekerjaan itu telah menjadi seperti hobi. Dan bila Anda menekuni hobi Anda itu, tentu Anda tak akan merasa bahwa Anda sedang bekerja, bukan? Dan karena Anda tidak merasa bahwa Anda sedang menyelesaikan pekerjaan kantor, Anda tidak akan merasa stres atau diburu-buru. Bersamaan dengan itu, ambisi berlebihan yang dapat merusak saraf Anda tersublimasi secara otomatis dalam keasyikan dan kesenangan menekuni "hobi" Anda itu.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku | : | 29 Kiat Sukses dalam Karier |
Judul artikel | : | Apakah Anda Benar-Benar Menikmati Pekerjaan Anda? |
Penulis | : | Arif Suryobuwono dan M. Kurniawati Prayitno |
Penerbit | : | Yayasan ANDI Yogyakarta dan YASKI Jakarta, 1994 |
Halaman | : | 31 -- 34 |