BETA
Menerima Banyak Dituntut Banyak
Sumber: telaga
Id Topik: 642

Abstrak:

Di Matius 25:14-30 dicatat perumpamaan talenta. Perumpamaan yang di tuturkan oleh Tuhan Yesus ini merupakan bagian pengajaran Tuhan tentang akhir zaman. Di akhir zaman Tuhan datang kembali dan menuntut pertanggung jawaban kita atas segala yang telah Ia percayakan kepada kita hamba-hambaNya. Di sini mari kita perhatikan perumpamaan dengan lebih saksama agar dapat menimba pelajaran yang terkandung di dalamnya

Transkrip:

Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Menerima Banyak Dituntut Banyak". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.

Lengkap
GS : Bagi sebagian orang Pak Paul, sesuatu yang diterima entah itu berkat atau pun kepandaian, dan dia sadar bahwa apa pun yang dia terima itu semua diterima dari Tuhan tapi mereka menganggap itu untuk dia dan bukan untuk orang lain. Tapi judul ini merangsang kita untuk berpikir yaitu kita diberi banyak atau menerima banyak tapi juga di tuntut banyak dan bagaimana ini, Pak Paul?

PG : Ada satu kesalahpahaman yang seringkali kita miliki Pak Gunawan, yaitu bahwa berkat ada didalam menerima tapi sebetulnya didalam kekristenan berkat Tuhan itu bukan di dalam penerimaan tapidi dalam pemberian.

Jadi waktu kita menerima dari Tuhan kemudian kita memberikannya kembali, disitulah letak berkatnya disitulah letak sukacitanya. Nah kadang-kadang kita cukup sering sebagai manusia terpengaruh oleh nilai-nilai di dunia ini akhirnya mengembangkan sebuah asumsi yang keliru yaitu makin banyak berkat maka makin saya senang dan bersukacita, itu salah! Sebab Tuhan memang menginginkan kita menjadi sebuah saluran, menjadi sebuah bejana dimana makin banyak kita terima maka makin besarlah yang kita berikan atau bagikan.
GS : Seringkali kita minta berkat untuk kita pakai sendiri. Jadi penyalurannya adalah kita gunakan untuk diri kita sendiri.

PG : Saya kira itulah letak masalahnya, Pak Gunawan. Jadi semua ini untuk saya, Tuhan itu menyayangi saya, Tuhan itu baik kepada saya. Memang benar sudah tentu yang Tuhan berikan untuk mencukup kita dan kita harus gunakan dan syukuri tapi setelah itu kita mesti memikirkan yang lain dan memikirkan bagaimanakah kita bisa menolong dan membagikan berkat ini kepada yang lain.

Saya berikan contoh dari seorang hamba Tuhan yang cukup populer di Indonesia yaitu Pdt. Rick Warren yang menulis buku "The Purpose Driven Life". Pdt. Rick Warren karena tiba-tiba buku-bukunya itu menjadi populer, dalam waktu sekejap dia menjadi seorang yang sangat kaya sebab di Amerika Serikat, untuk copywrite dari sebuah buku misalkan $1 per bukunya atau bahkan 50 sen per bukunya dan bayangkan kalau 1.000.000 buku terjual berarti tiba-tiba seseorang itu mempunyai penghasilan $ 1,000,000. Bayangkan kalau lebih dari $ 1,000,000 yang terjual, sedangkan buku-buku Rick Warren terutama yang dua itu terjual dalam hitungan jutaan. Berarti memang dia tiba-tiba menjadi seseorang yang sangat kaya, berjutaan dolar. Untuk ukuran orang di sana itu jumlah yang sangat besar. Saya akan berikan gambaran supaya kita lebih memahaminya, untuk orang di sana, di Amerika serikat penghasilan rata-rata itu sekitar $ 30.000 untuk kelas menengah, sekitar $ 30.000 per tahun. Jadi bayangkan kalau orang itu tiba-tiba mempunyai berjuta-juta dolar, itu merupakan jumlah yang besar sekali. Apa yang Pdt. Rick Warren lakukan? Dia menuliskan ini dengan secara terbuka kepada para jemaat dan orang-orang lain supaya mereka memahaminya yaitu dia berkata "Semua gaji dia yang dia pernah terima dari gerejanya selama lebih dari 10 tahun dia kembalikan", jadi dia merasa ini bukan haknya. Dia sudah diberkati Tuhan dan seyogianyalah dia memberi kepada gereja yang dia pernah terima. Dari gaji dia yang lebih dari 10 tahun, dia kembalikan lagi kepada gereja dan dia tidak lagi menerima gaji dari gereja. Yang kedua, yang dia lakukan adalah semua pengeluaran yang dia harus keluarkan untuk pelayanan misalkan dia diundang berkhotbah di mana dan ke negara mana, maka dia tidak akan bebankan lagi pada yang mengundangnya tapi pada dirinya sendiri dari uang yang dia terima itu. Ketiga, yang dia juga akan lakukan adalah dia berjanji dia tidak akan menaikkan taraf kehidupannya. Jadi misalkan dia terbiasa setelah sepuluh tahun kemudian tukar mobil satu dan biasanya dia menukar mobil yang kelas menengah, itulah yang dia akan lakukan. Dia tidak akan menambahkan nilai mobilnya menjadi mobil yang lebih bagus dari mobil biasa misalkan sekarang beli mobil mewah dan sebagainya, dari rumah yang biasa kemudian dia beli yang mewah, dia tidak melakukan itu. Dia mempertahankan gaya hidupnya dan standar kehidupannya, dia pertahankan supaya sama dan satu lagi yang dia lakukan adalah dia juga memutuskan untuk memberikan sebagian lagi dari uang yang dia telah terima itu untuk pelayanan-pelayanan lain. Jadi dengan kata lain dia mencoba untuk menjadi seorang hamba yang bertanggung jawab. Tuhan memberikannya berkelimpahan, dan dia tidak melihatnya ini untuk kepentingan dia, dia melihatnya sebagai upaya Tuhan mencukupi dia dan menggunakan dia menyalurkan berkat Tuhan itu kepada lebih banyak orang supaya mereka pun bisa menerima berkat Tuhan pula. Jadi ini konsep yang benar Pak Gunawan, malangnya sebagian dari kita tidak mempunyai konsep yang benar ini, justru beranggapan ini untuk saya semua, bukan.
GS : Memang kadang-kadang kita tidak siap untuk menerima berkat Tuhan dan menyalurkannya. Menerimanya siap tapi untuk tanggung jawab menyalurkan ini tidak siap. Pak Paul apakah di dalam Alkitab ada suatu contoh yang nyata?

PG : Di Matius 25:14-30 dicatat perumpamaan talenta Pak Gunawan. Alkisah ada seorang yang sebelum pergi jauh mempercayakan hartanya kepada hamba-hambanya, ada yang diberikan 5 talenta, 2 talent dan 1 talenta sesuai kesanggupannya masing-masing.

Si penerima 5 talenta menjalankan uang itu dan membuahkan laba 5 talenta, begitu pula si penerima 2 talenta, dia berhasil melabakan 2 talenta, sebaliknya si penerima 1 talenta memutuskan menyimpan uang itu dan tidak menjalankannya. Sepulangnya dari perjalanan jauhnya, si majikan memuji hambanya baik yang menerima 5 maupun 2 talenta. Sebaliknya terhadap si hamba yang menerima 1 talenta dia marah sekali, dan akhirnya menghukumnya. Perumpamaan yang dituturkan oleh Tuhan Yesus ini merupakan bagian pengajaran Tuhan tentang akhir zaman. Di akhir zaman Tuhan akan datang kembali dan menuntut pertanggungjawaban kita atas segala yang telah Ia percayakan kepada kita hamba-hambaNya. Jadi nanti dari perumpamaan ini, kita akan bisa memetik beberapa pelajaran yang bermanfaat dan yang penting untuk kita bisa memahami konsep pemberian Tuhan dan keinginan Tuhan supaya kita membagikan apa yang Tuhan telah berikan kepada kita untuk kita berikan kepada orang-orang yang lain juga dan terutama akhirnya untuk kemuliaan Tuhan.
GS : Seringkali orang menduga bahwa satu talenta itu sedikit, ternyata itu jumlah yang besar sekali Pak Paul, ya?

PG : Betul sekali. Sebetulnya para ahli pun tidak bisa memastikan jumlah dari satu talenta itu, ada yang mengatakan 10 tahun gaji, ada yang lebih meninggikan nilainya lebih dari 10 tahun gaji. adi sebetulnya untuk talenta mempunyai makna dalam perumpamaan ini sebuah jumlah yang tak terhingga dan sangat besar.

GS : Jadi melalui perumpamaan yang Tuhan Yesus sampaikan itu, sebetulnya pelajaran apa yang kita bisa petik?

PG : Yang pertama adalah apa yang Tuhan berikan dan apa yang Tuhan percayakan kepada kita haruslah digunakan untuk kepentingannya, dan ini yang telah kita bicarakan. Dan di dalam perumpamaan in kita bisa melihat bahwa ketiga hamba itu menyerahkan baik modal awal maupun labanya kembali kepada majikannya.

Tidak ada yang di klaim sebagai milik pribadi dan ini penting untuk kita sadari. Ketiga hamba itu mempertanggungjawabkan baik modal yang diterima maupun labanya. Tidak ada yang berkata, "Ini untuk saya dan ini baru untukMu, ΒΌ barulah untukmu" tidak! Mereka mengembalikan semua. Jadi semua yang kita miliki sesungguhnya kita terima dari Tuhan dan harus dipakai sesuai dengan kehendak Tuhan. Jangan sampai kita mengklaim ini kepunyaan kita.
GS : Melalui sikap seperti itu sebenarnya kita percaya bahwa tidak mungkin Tuhan merugikan kita, artinya yang menjadi hak kita pasti nantinya akan diberikan Tuhan kepada kita, Pak Paul?

PG : Betul sekali, kalau ini memang bagian porsi kita maka Tuhan berikan kepada kita, tapi kita tidak boleh mengklaim-klaim.

GS : Dan seringkali kita lebih memikirkan yang menjadi hak kita karena kita sudah bekerja keras sehingga talenta yang dititipkan kepada kita, telah bertambah dua kali lipat, sebenarnya kita berhak memintanya dari Tuhan. Tapi di sini rupanya hamba Tuhan yang baik ini menyerahkan kebijaksanaannya kepada tuannya.

PG : Benar sekali. Jadi dia menyerahkan penguasaan dan penggunaannya kepada tuannya bahwa sekarang tuannya sudah kembali, maka tuannya yang putuskan dan bukan lagi terserah kepada dia. Tugas di awalnya hanyalah menjalankan tanggung jawab atas apa yang telah dipercayakan namun semua harus dipakai sesuai dengan kehendak tuannya itu.

GS : Dan sebagai seorang hamba memang dia harus melakukan itu karena memang dia adalah hamba.

PG : Betul.

GS : Hal yang lain apa, Pak Paul?

PG : Yang berikut adalah Tuhan memberi kepada kita talenta atau kesanggupan sesuai dengan kemampuan kita. Tuhan memang memberikannya untuk kita pakai untuk melayani Tuhan. Jadi Tuhan tahu apa yng bisa dan boleh kita lakukan untukNya, kenyataannya bahwa Tuhan tidak memberi jumlah talenta yang sama tidak berarti bahwa dia tidak adil, Tuhan tahu yang baik untuk kita dan tidak akan mengembangkan sesuatu yang akhirnya justru mencelakakan kita.

Jadi saya sudah melihat contoh-contoh seperti itu, Pak Gunawan. Orang yang tidak menerima porsinya, terus mencoba melakukan lebih dan lebih lagi dan akhirnya apa yang terjadi? Kejatuhan, keambrukan dan sebagainya. Kita bisa saksikan dari kehidupan Pdt. Jimmy Bakker di tahun 70-an akhir atau awal 80-an dia akhirnya mengalami musibah, dia akhirnya ditangkap dimasukkan ke dalam penjara karena ambisinya, dia ingin membangun tempat rekreasi yang begitu besar, membangun hotel dan sebagainya untuk orang-orang bisa datang dan menginap tapi akhirnya dia menyalahgunakan semua itu. Hotelnya hanya ada berapa kamar tapi dia terus menyuruh orang menyumbang seolah-olah kalau mereka nanti menyumbang, mereka nanti akan bisa menempati hotel itu. Padahalnya sudah tidak ada lagi kamar, jadi mulailah berdusta kepada orang. Maka ingat Tuhan ada porsi dan ada waktu untuk kita, kita bersyukur atas apa yang Tuhan telah berikan, jangan paksakan diri melakukan sesuatu yang memang bukanlah bagian kita. Jadi dia tahu apa yang baik untuk kita, terimalah, syukurilah, jangan mengeluh dan menginginkan milik orang lain. Jangan sampai akhirnya bukannya kita membuahkan berkat tapi malah kita melimpahkan masalah kepada diri kita atau orang lain.
GS : Jadi sebenarnya Tuhan sudah tahu seberapa kita mampu menerima talenta itu. Jadi pembagian dua, satu, lima atas kebijaksanaan Tuhan?

PG : Betul sekali dan jangan sampai kita menyorotinya dari segi negatif, kenapa Tuhan tidak adil? Kenapa orang ini ada ini dan itu? Kenapa saya hanya ada ini dan itu? Tuhan tahu apa yang baik dn Tuhan tahu apa yang cocok untuk kita dan yang penting adalah kesetiaan kita melakukannya.

Sebab nanti yang dihitung Tuhan bukan jumlahnya, di mata Tuhan baik lima, dua atau satu itu tidak ada bedanya sebab satu talenta pun merupakan jumlah yang teramat besar. Jadi ukurannya yang terpenting nantinya adalah kesetiaan kita, itu yang nanti kita lihat. Ada orang yang diberikan tugas untuk melakukan hal yang lebih banyak, itu tidak apa-apa. Kita melakukan yang lebih kecil juga tidak apa-apa sebab nanti yang Tuhan ukur adalah kesetiaan kita, seberapa penuh kesetiaan kita waktu kita melakukan kepercayaan yang Tuhan berikan kepada kita.
GS : Sebenarnya harus diakui bahwa dengan menerima banyak berarti kita menjadi repot juga untuk mengelolanya, Pak Paul?

PG : Tepat sekali dan memang tidak semua orang mampu mengelolanya, Pak Gunawan. Itu sebabnya sebagai anak-anak Tuhan, kita bisa melihat contoh-contoh yang akhirnya mengecewakan yaitu ada pelaya-pelayan Tuhan makin bertambah besar makin diberkati dan makin dipakai Tuhan akhirnya malah jatuh, malah merusakkan banyak orang.

Jadi kita mesti berhati-hati, sekali lagi terimalah dan syukuri apa yang Tuhan telah percayakan dan jangan melihat kiri-kanan dan membanding-bandingkan diri, itu tidak perlu yang penting kita setia pada apa yang Tuhan telah berikan kepada kita.
GS : Jadi di sana dituntut juga kematangan pribadi dari orang yang menerima tanggung jawab itu, Pak Paul?

PG : Betul sekali Pak Gunawan, kalau orang belum matang selalu biasanya matanya melirik kanan-kiri membanding-bandingkan dan akhirnya mengeluh kepada Tuhan dengan tidak puas kenapa saya tidak mndapatkan ini dan itu, jangan! Apa pun yang Tuhan telah tetapkan maka kita jalani karena ini adalah bagian kita dan kita lakukan dengan penuh kesetiaan.

GS : Mungkin ada pelajaran lain yang ingin Pak Paul sampaikan?

PG : Yang berikut adalah Tuhan menguji kedua hambanya "Baik dan setia" karena mereka dianggap setia dalam perkara kecil. Sesungguhnya tadi saya sudah singgung, satu talenta merupakan jumlah yan teramat besar untuk dihitung namun sungguh menarik bahwa Tuhan menyebutnya setia dalam perkara kecil "Kamu telah setia dalam perkara kecil".

Sebetulnya bukan perkara kecil satu talenta tapi kenapa Tuhan berkata bahwa ini merupakan perkara kecil, disini kita bisa menyimpulkan bahwa Tuhan melihat hati mereka. Bagi kedua hamba ini, jumlah tidaklah penting. Jadi bagi kedua hamba ini yang terpenting bukanlah talenta yang dipercayakan melainkan tuan yang mempercayakannya. Jadi ini perbedaan yang besar Pak Gunawan, fokus pelayanan bukanlah pada apa yang dipercayakan melainkan pada siapa yang mempercayakan. Yang mempercayakan adalah Tuhan dan itu yang terpenting, apa itu yang dipercayakan kepada kita tidaklah sepenting siapa yang mempercayakannya kepada kita.
GS : Jadi membentuk atau membangun sikap setia, ini merupakan hal yang tidak mudah juga Pak Paul, dan bagaimana agar kita bisa memiliki kesetiaan yang seperti itu?

PG : Tidak ada jalan lain, selain kita terus memfokuskan mata kita hanya kepada Kristus. Saya masih ingat sebuah kesaksian yang saya dengar di perguruan tinggi dimana saya bersekolah dulu Pak Gnawan, mahasiswa ini pergi ke India untuk membantu pelayanan Ibu Teresa di Calcutta dan sudah tentu mereka memiliki beban melayani orang-orang miskin dan apa yang Ibu Teresa katakan kepada mereka, mahasiswa-mahasiswa Amerika ini sewaktu datang mau melayani orang-orang miskin, Ibu Teresa bertanya kepada mereka, "Apa alasan kalian datang ke sini" dan mereka semua langsung berkata, "Kami mau melayani orang miskin", tapi Ibu Teresa kemudian berkata, "Kalau kalian datang untuk melayani orang miskin pulanglah kembali, sebab kamu hanya boleh datang ke sini kalau kalian datang untuk melayani Tuhan Yesus Kristus".

Jadi fokus pelayanan haruslah Tuhan Yesus, kita mencintaiNya, kita mengasihiNya yang telah mengasihi kita dan telah mati untuk dosa kita. Jadi apa pun yang Dia mau percayakan kita mau lakukan, kecil besar itu tidak menjadi masalah sebab yang terpenting adalah kita melakukannya untuk Dia, bukan karena kepercayaannya itu atau karena hal-hal yang telah Dia berikan kepada kita, tapi karena Dialah yang mempercayakannya maka kita akan setia.
GS : Suatu kisah yang menarik, ada kisah yang lain Pak Paul yang ingin disampaikan?

PG : Menuntut sesuai pemberiannya, makin banyak yang dipercayakan, makin besar tugas yang harus dikerjakan. Ada kecenderungan kita bersikap salah kaprah Pak Gunawan dalam menerapkan kerendahan ati, kadang-kadang kita menolak kepercayaan karena ingin bersikap merendah.

Peganglah prinsip ini, jika Tuhan memberi kesempatan dan kita memang sanggup melakukannya maka lakukanlah, sebaliknya bila Tuhan tidak memberi kesempatan maka janganlah merebut kesempatan. Jadi jangan sampai kita tidak berimbang, karena ingin merendah akhirnya menolak tugas-tugas pelayanan. Kalau kita bisa dan Tuhan memang memberikan kesanggupan maka lakukan, kalau memang tidak bisa maka katakan tidak bisa dan kalau tidak bisa tapi mau maka jangan merebut atau mengklaim yang Tuhan berikan kepada orang lain. Jadi penting kita itu melakukannya sesuai dengan pemberian Tuhan kepada kita.
GS : Memang didalam hal pelayanan biasanya kita berusaha melihat ini menyenangkan saya atau tidak, kalau tidak biasanya kita dengan berbagai alasan menolak, Pak Paul, sikap yang seperti ini tidak betul kalau kita hanya mau melayani berdasarkan apa yang saya sukai atau tidak saya sukai?

PG : Sudah tentu memang kita akan lebih bersemangat melakukan sesuatu yang memang kita sukai dan sering kali ini sesuai dengan karunia kita juga, kalau memang sesuai karunia kita, umumnya kita kan lebih menyenanginya dan itu betul.

Namun akan ada saat-saat dimana Tuhan menginginkan kita melakukan hal-hal yang tidak terlalu kita sukai. Kenapa Tuhan meminta kita untuk melakukan hal-hal yang tidak kita sukai? Karena Tuhan ingin memurnikan kita, Tuhan tidak mau kita itu suka melakukan sesuatu karena kita menyukai perbuatan itu, tidak! Tuhan tidak mau dan Tuhan mau kita tetap murni melakukan pelayanan karena Tuhan dan bukan karena hal-hal yang kita lakukan itu. Jadi ada waktu-waktu Tuhan memang memindahkan kita ke sebuah pelayanan yang kita tidak terlalu sukai. Di dalam pelayanan yang seperti itulah kebergantungan kepada Tuhan makin menguat dan cinta kita kepada Tuhan pun nanti juga akan diuji dan dimurnikan.
GS : Terhadap hamba yang ketiga yang menyimpan satu talenta itu, apa sikap Tuhan?

PG : Tuhan marah kepada hamba yang ketiga ini, yang tidak memakai uang, yang tidak menjalankannya tapi menguburnya di tanah, Tuhan memanggilnya "Engkau jahat dan malas", kenapa? Ia jahat sebab ia berpikiran jahat terhadap tuannya, ia melemparkan tuduhannya bahwa tuannya kejam.

Dia berkata "Engkau menuai dimana tuan tidak menabur dan memungut dimana tuan tidak menanam" tuduhan ini tidak benar sebab bukankah tuannya sudah memberikan modal awal yang sangat besar itu dan kita tahu bahwa tuannya hanya menuntut laba sebesar pemberiannya. Jadi dialah yang sebenarnya jahat, namun dia menuduh tuannya yang jahat, ia pun malas sebab dia tidak ingin berbuat apa-apa dengan kata lain ia hanya ingin memetik laba tanpa harus bekerja. Dengan kata lain, tujuan yang dia lontarkan sesungguhnya mencerminkan dirinya sendiri, ialah orang yang tidak suka menanam namun ingin menuai, ia adalah orang yang mau berkat tapi tidak mau berkeringat.
GS : Memang seringkali hal ini terjadi karena mencari aman Pak Paul, dari pada nanti berdagang rugi, tapi soal laba atau rugi sebenarnya tidak dipersoalkan oleh tuan itu?

PG : Yang terpenting adalah sebuah usaha, tidak selalu kita akan memetik sebuah keberhasilan dan sekali lagi saya mau ingatkan yang Tuhan ukur bukanlah keberhasilan-keberhasilannya itu, melainkn kesetiaannya yang Tuhan embankan kepada dia.

Ada orang-orang yang setia melayani Tuhan tapi tidak melihat hasil-hasil yang diharapkannya dan tidak apa-apa, yang terpenting dia setia dan itulah yang nanti akan Tuhan lihat.
GS : Seringkali orang berkata, "Bukannya saya tidak mau, tapi saya ini tidak merasa sanggup dan tidak merasa mampu", dan ini bagaimana Pak Paul?

PG : Kalau memang kita tidak bisa melakukannya, berarti kita minta bantuan orang untuk menolong kita dulu melatih kita sehingga kita nanti lebih mampu melakukannya, hal itu adalah baik. Ada banak orang tidak berani melakukan suatu pelayanan tertentu karena memang merasa tidak sanggup.

Jadi boleh minta pertolongan namun sekali lagi saya mau tekankan, kesetiaan lebih penting dari pada kesanggupan, firman Tuhan berkata, "Karena setiap orang yang mempunyai kepadanya akan diberi sehingga dia berkelimpahan", yang mempunyai apa? Kesetiaan. Jadi setiap orang yang mempunyai kesetiaan kepadanya akan diberi, jika kita setia untuk hal-hal yang kecil Tuhan akan terus melimpahkan kepercayaan kepada kita, sebaliknya jika kita tidak setia pada akhirnya Dia akan menghentikan kepercayaanNya kepada kita.
GS : Itu ayat yang seringkali dipertanyakan orang, orang yang mempunyai sedikit malah diambil semua, ternyata ini masalah kesetiaan, Pak Paul?

PG : Betul sekali. Kalau kita memang setia maka akan terus ditambahkan tapi kalau kita tidak punya kesetiaan berarti Tuhan harus menghentikan sebab akan percuma.

GS : Termasuk berkat-berkat yang Tuhan berikan itu, kalau kita tidak bisa menggunakannya, maka juga akan dihentikan, Pak Paul?

PG : Betul sekali. Jadi Tuhan ingin apa yang telah kita terima kita salurkan dan salurkan.

GS : Karena itu kita seringkali menjumpai orang yang mempunyai keahlian tertentu, karena tidak digunakan lama-lama dia tidak ahli lagi dibidang itu.

PG : Tepat sekali Pak Gunawan. Jadi makin digunakan dan makin digunakan sebetulnya makin tajam dan makin membuahkan berkat.

GS : Jadi itu bukan soal bentuk materi tetapi juga keterampilan-keterampilan yang Tuhan berikan kepada seseorang itu, Pak Paul dan itu pun akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Tuhan pada akhir zaman nanti?

PG : Betul sekali.

GS : Pak Paul, ini suatu perbincangan yang menarik dan mungkin Pak Paul ingin sampaikan firman Tuhan?

PG : Saya akan bacakan dari Lukas 16:10, "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tdak benar juga dalam perkara-perkara besar".

Jadi yang terpenting bukanlah ukuran besar kecilnya tapi kesetiaan itu sendiri dan itulah yang Tuhan ukur dari kita.
GS : Seringkali kita lebih condong melihat jumlahnya dari pada mutunya Pak Paul, juga di dalam kesetiaan ini seringkali kita mengabaikan itu, yang penting saya bekerja banyak, pelayanan cukup banyak tetapi tidak ada unsur kesetiaan di sana, pindah-pindah dan ganti-ganti terus sehingga menjadi suatu kesaksian yang kurang baik terhadap banyak orang, Pak Paul?

PG : Betul sekali Pak Gunawan.

GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Menerima Banyak Di tuntut Banyak". Bagi Anda yang berminat untuk mengikuti lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.


Ringkasan:

Di Matius 25:14-30 dicatat perumpamaan talenta. Alkisah ada seorang yang sebelum pergi jauh mempercayakan hartanya kepada hamba-hambaNya. Ada yang diberikan 5 talenta, 2 talenta, 1 talenta sesuai kesanggupan masing-masing. Sepulangnya dari perjalanan jauhnya, si majikan itu memuji hambanya yang menerima 5 maupun 2 karena telah melabakan 2 kali lipat. Sebaliknya terhadap si hamba yang menerima 1 talenta, ia marah sekali dan akhirnya menghukumnya.

Perumpamaan yang di tuturkan oleh Tuhan Yesus ini merupakan bagian pengajaran Tuhan tentang akhir zaman. Di akhir zaman Tuhan datang kembali dan menuntut pertanggung jawaban kita atas segala yang telah Ia Percayakan kepada kita hamba-hambaNya. Mari kita perhatikan perumpamaan ini dengan lebih saksama agar dapat menimba pelajaran yang terkandung di dalamnya.

Pertama, apa yang Tuhan berikan dan percayakan kepada kita, haruslah digunakan untuk kepentingan-Nya. Di dalam perumpamaan ini kita bisa melihat bahwa ketiga hamba itu menyerahkan baik modal awal maupun labanya kembali kepada majikannya. Tidak ada yang diklaim sebagai milik pribadinya. Jadi semua yang kita miliki sesungguhnya kita terima dari Tuhan dan harus dipakai sesuai kehendak Tuhan.

Kedua, Tuhan memberi kepada kita talenta atau kesanggupan untuk berbuat sesuatu bagi Tuhan sesuai kesanggupan. Artinya Tuhan tahu apa yang bisa dan boleh kita lakikan untukNya. Kenyataan bahwa Tuhan tidak memberi jumlah talenta yang sama tidaklah berarti Tuhan tidak adil. Ia tahu apa yang baik untuk kita dan tidak akan mengembangkan sesuatu yang akhirnya justru mencelakakan kita. Jadi, terimalah dan syukurilah; jangan justru mengeluh dan meninginkan milik orang lain. Ada orang yang tidak puas dengan pemberian Tuhan dan berusaha melakukan hal-hal yang berada di luar kesanggupannya. Bukannya membuahkan berkat, ia malah menimpakan banyak masalah pada dirinya dan orang lain.

Ketiga, Tuhan memuji kedua hamba-Nya, 'Baik dan setia" karena mereka dianggap setia dalam perkara kecil. Sesungguhnya satu talenta merupakan suatu jumlah yang teramat besar untuk dihitung namun sungguh menarik bahwa Tuhan menyebutnya setia dalam "perkara kecil." Di sini kita bisa menyimpulkan bahwa Tuhan melihat hati mereka. Bagi kedua hamba ini, jumlah tidaklah penting; mereka bersikap sama, baik terhadap jumlah besar maupun kecil. Jadi, bagi kedua hamba ini terpenting bukanlah talenta yang dipercayakan, melainkan tuan yang mempercayakannya. Fokus pelayanan bukanlah pada apa yang dipercayakan, melainkan pada siapa yang mempercayakan.

Keempat, Tuhan menuntut sesuai dengan pemberian-Nya. Makin banyak yang dipercayakan, makin besar tugas yang harus dikerjakan. Ada kecenderungan kita bersikap salah kaprah dalam menerapkan kerendahan hati; kita malah menolak kepercayaan karena ingin bersikap merendah. Peganglah prinsip ini: Jika Tuhan memberi kesempatan dan memang kita sanggup melakukannya, lakukanlah. Sebaliknya, bila Tuhan tidak memberi kesempatan, janganlah merebut kesempatan.

Kelima, Tuhan marah kepada hamba yang ketiga ini dan memanggilnya, "Jahat dan malas!" Ia jahat debab ia berpikir jahat terhadap tuannya: ia melemparkan tuduhan bahwa tuannya kejam,"Menuai di mana tuan tidak menabur dan memungut di mana tuan tidak menanam." Tuduhan ini tidak benar sebab bukankah tuannya sudah memberikan modal awal (yang sangat besar itu)? Dan, kita tahu bahwa tuannya hanyalah menuntut laba sebesar pemberiannya. Jadi, dialah yang sebenarnya jahat namun ia menuduh tuannya yang jahat! Ia pun malas sebab ia tidak ingin berbuat apa-apa: dengan kata lain, ia hanya ingin memerik laba tanpa harus bekerja. Dengan kata lain, tuduhan yang ia lontarkan sesungguhnya mencerminkan dirinya sendiri: ia tidak suka menenam namun ingin menuai! Mau berkat tanpa harus berkeringan!

Keenam, kesetiaan lebih penting daripada kesanggupan. "Karena setiap oarng yang mempunyai (kesetiaan) kepadanya akan diberi sehingga ia berkelimpahan." Jika kita setia, maka Tuhan akan terus melimpahkan labih banyak kepercayaan kepada kita. Sebaliknya bila kita tidak setia, pada akhirnya Ia akan menghentikan kepercayaan-Nya ke[ada kita.


Questions:

GS : Bagi sebagian orang Pak Paul, sesuatu yang diterima entah itu berkat atau pun kepandaian, dan dia sadar bahwa apa pun yang dia terima itu semua diterima dari Tuhan tapi mereka menganggap itu untuk dia dan bukan untuk orang lain. Tapi judul ini merangsang kita untuk berpikir yaitu kita diberi banyak atau menerima banyak tapi juga di tuntut banyak dan bagaimana ini, Pak Paul?

GS : Seringkali kita minta berkat untuk kita pakai sendiri. Jadi penyalurannya adalah kita gunakan untuk diri kita sendiri.

GS : Memang kadang-kadang kita tidak siap untuk menerima berkat Tuhan dan menyalurkannya. Menerimanya siap tapi untuk tanggung jawab menyalurkan ini tidak siap. Pak Paul apakah di dalam Alkitab ada suatu contoh yang nyata?

GS : Seringkali orang menduga bahwa satu talenta itu sedikit, ternyata itu jumlah yang besar sekali Pak Paul, ya?

GS : Jadi melalui perumpamaan yang Tuhan Yesus sampaikan itu, sebetulnya pelajaran apa yang kita bisa petik?

GS : Melalui sikap seperti itu sebenarnya kita percaya bahwa tidak mungkin Tuhan merugikan kita, artinya yang menjadi hak kita pasti nantinya akan diberikan Tuhan kepada kita, Pak Paul?

GS : Dan seringkali kita lebih memikirkan yang menjadi hak kita karena kita sudah bekerja keras sehingga talenta yang dititipkan kepada kita, telah bertambah dua kali lipat, sebenarnya kita berhak memintanya dari Tuhan. Tapi di sini rupanya hamba Tuhan yang baik ini menyerahkan kebijaksanaannya kepada tuannya.

GS : Dan sebagai seorang hamba memang dia harus melakukan itu karena memang dia adalah hamba.

GS : Hal yang lain apa, Pak Paul?

GS : Jadi sebenarnya Tuhan sudah tahu seberapa kita mampu menerima talenta itu. Jadi pembagian dua, satu, lima atas kebijaksanaan Tuhan?

GS : Sebenarnya harus diakui bahwa dengan menerima banyak berarti kita menjadi repot juga untuk mengelolanya, Pak Paul?

GS : Jadi di sana dituntut juga kematangan pribadi dari orang yang menerima tanggung jawab itu, Pak Paul?

GS : Mungkin ada pelajaran lain yang ingin Pak Paul sampaikan?

GS : Jadi membentuk atau membangun sikap setia, ini merupakan hal yang tidak mudah juga Pak Paul, dan bagaimana agar kita bisa memiliki kesetiaan yang seperti itu?

GS : Suatu kisah yang menarik, ada kisah yang lain Pak Paul yang ingin disampaikan?

GS : Memang didalam hal pelayanan biasanya kita berusaha melihat ini menyenangkan saya atau tidak, kalau tidak biasanya kita dengan berbagai alasan menolak, Pak Paul, sikap yang seperti ini tidak betul kalau kita hanya mau melayani berdasarkan apa yang saya sukai atau tidak saya sukai?

GS : Terhadap hamba yang ketiga yang menyimpan satu talenta itu, apa sikap Tuhan?

GS : Memang seringkali hal ini terjadi karena mencari aman Pak Paul, dari pada nanti berdagang rugi, tapi soal laba atau rugi sebenarnya tidak dipersoalkan oleh tuan itu?

GS : Seringkali orang berkata, "Bukannya saya tidak mau, tapi saya ini tidak merasa sanggup dan tidak merasa mampu", dan ini bagaimana Pak Paul?

GS : Itu ayat yang seringkali dipertanyakan orang, orang yang mempunyai sedikit malah diambil semua, ternyata ini masalah kesetiaan, Pak Paul?

GS : Termasuk berkat-berkat yang Tuhan berikan itu, kalau kita tidak bisa menggunakannya, maka juga akan dihentikan, Pak Paul?

GS : Karena itu kita seringkali menjumpai orang yang mempunyai keahlian tertentu, karena tidak digunakan lama-lama dia tidak ahli lagi dibidang itu.

GS : Jadi itu bukan soal bentuk materi tetapi juga keterampilan-keterampilan yang Tuhan berikan kepada seseorang itu, Pak Paul dan itu pun akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Tuhan pada akhir zaman nanti?

GS : Pak Paul, ini suatu perbincangan yang menarik dan mungkin Pak Paul ingin sampaikan firman Tuhan?

GS : Seringkali kita lebih condong melihat jumlahnya dari pada mutunya Pak Paul, juga di dalam kesetiaan ini seringkali kita mengabaikan itu, yang penting saya bekerja banyak, pelayanan cukup banyak tetapi tidak ada unsur kesetiaan di sana, pindah-pindah dan ganti-ganti terus sehingga menjadi suatu kesaksian yang kurang baik terhadap banyak orang, Pak Paul?

GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Menerima Banyak Di tuntut Banyak". Bagi Anda yang berminat untuk mengikuti lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.