BETA
Memelihara Rutinitas dalam Keluarga
Sumber: telaga
Id Topik: 601

Abstrak:

Di dalam kehidupan kita sehari-hari seringkali kita harus melakukan hal-hal yang sama, dari hari ke hari, dari minggu ke minggu dan dari bulan ke bulan bahkan ada yang dari tahun ke tahun. Apa manfaat untuk kita melakukan rutinitas karena rutinitas itu cenderung membosankan?

Transkrip:

Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bp. Heman Elia, M.Psi. Beliau adalah seorang dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang “Memelihara rutinitas dalam keluarga”. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.

Lengkap
GS : Pak Heman, didalam kehidupan kita sehari-hari seringkali kita harus melakukan hal-hal sama dari hari ke sehari, dari minggu ke minggu dan dari bulan ke bulan bahkan ada yang dari tahun ke tahun itu kita melakukan hal-hal yang sama. Apakah itu yang disebut dengan rutinitas?

HE : Ya, itu yang disebut rutinitas yang akan kita bicarakan kali ini.

GS : Mungkin Pak Heman bisa menjelaskan lebih lanjut mengenai rutinitas yang ada di dalam keluarga.

HE : Rutinitas yang di dalam keluarga ada beberapa macam yang biasa dilakukan yang menjadi keseharian. Misalnya, menjelang tidur orang tua menidurkan anak, membangunkan anak, kemudian menyiapka makan, kegiatan makan bersama, menyiapkan anak berangkat ke sekolah atau kita bersama-sama untuk berangkat kerja.

Rutinitas yang sepele, misalnya ngobrol, bergurau, berekreasi juga berdoa dan beribadah bersama-sama. Nah yang disebut rutinitas itu kalau kita lakukan secara teratur dan juga jangka waktunya tetap jadi secara relatif pasti setiap anggota mempunyai antisipasi tentang awal dan akhir dari setiap kegiatan itu.
GS : Mengenai jangka waktu yang tetap itu Pak Heman, tadi seperti yang Pak Heman singgung mengenai menjelang tidur. Waktu anak-anak masih kecil kita biasa kadang-kadang membacakan cerita atau ngomong-ngomong, tetapi makin mereka dewasa ini semakin berubah. Kita sudah tidak membacakan cerita dan sebagainya. Nah perubahan ini bagaimana Pak?

HE : Tetap ada hal yang rutin yang lain yang bisa kita lakukan, jadi bukan dalam bentuk cerita tapi mungkin kita sama-sama menceritakan apa yang kita alami atau kita juga bisa berdoa bersama, kta berbincang-bincang saling memberikan masukan, nasehat dan sebagainya.

GS : Tapi intinya, masih dialog yang tetap dijaga begitu, Pak Heman.

HE : Betul.

GS : Yang tadi Pak Heman katakan sebagai antisipasi mengenai awal dan akhir dari setiap kegiatan itu apa misalnya ?

HE : Jadi misalnya kadang-kadang kalau malam, mungkin kalau siang saat ini keluarga modern agak susah untuk melakukan makan bersama seperti di waktu lalu. Tapi kalau malam misalnya kita tetapka setiap jam 7 kita kumpul, kita makan malam berakhirnya jam 19.20

atau 19.30 begitu, lalu mulai lagi kegiatan yang lain misalnya anak-anak belajar dan sebagainya.
GS : Seandainya ada anggota keluarga yang tidak bisa mengikuti rutinitas itu, pada suatu saat ada kegiatan khusus atau tugas khusus, undangan khusus. Apakah rutinitas ini harus dilakukan, Pak?

HE : Tentu kita tidak melakukanya secara kaku. Tetapi yang jelas adalah ketika masing-masing anggota keluarga mau kemana dan sebagainya, rutinitas tetap bisa dijaga misalnya, dengan pamit keman, saling mengetahui.

Misalnya pulangnya jam berapa, pulang jam berapa itu juga dijaga.
GS : Rutinitasnya adalah memberitahu kalau mau pergi, begitu Pak.

HE : Ya betul.

GS : Rasanya tiap-tiap hari kita sudah melakukan hal-hal yang rutin tadi Pak Heman katakan. Lalu apa bedanya dengan rutinitas yang dilakukan di dalam keluarga?

HE : Kalau rutinitas yang kita lakukan sehari-hari biasanya kita lakukan sendirian. Jadi kalau rutinitas yang dimaksud bersama-sama dengan keluarga misalnya mandi, makan, rekreasi, bergurau yan melibatkan semua anggota keluarga ini yang disebut dengan rutinitas di dalam keluarga.

Jadi baik secara tersirat maupun dinyatakan secara terang-terangan kita memang melibatkan setiap anggota keluarga.
GS : Berarti rutinitas ini ada yang kita lakukan sendiri, ada yang kita lakukan dengan pasangan kita, ada yang kita lakukan dengan anak dan rutinitas yang dilakukan secara bersama-sama.

HE : Ya betul, yang dilakukan secara bersama-sama itu disebut dengan rutinitas di dalam keluarga.

GS : Bagaimana kalau hanya dengan pasangan antara suami dengan istri, Pak?

He : Itu salah satu yang memang kita juga lakukan.

GS : Ada juga antara orangtua dan anak saja. Mungkin hanya ayah dengan anak-anak mereka, tetapi ibunya tidak ikut. Atau sebaliknya ibunya dengan anak-anak, ayahnya tidak ikut. Itu suatu rutinitas, Pak?

HE : Betul, tapi memang perlu ada juga dimana semua anggota keluarga ikut bersama-sama.

GS : Apakah rutinitas itu juga bisa dilakukan dengan orang di luar keluarga, tadi kalau kita bicara rutinitas dalam keluarga kesannya itu ada rutinitas dengan orang yang di luar keluarga, Pak?

HE : Ya itu juga ada.

GS : Apa bedanya Pak?

HE : Bedanya adalah kalau melibatkan orang di luar keluarga, kita akan sepertinya berada diluar jangkauan dari keluarga. Jadi, itu suatu hubungan yang mempunyai arti yang berbeda dengan yang diakukan di dalam keluarga.

Soalnya kalau kita lakukan rutinitas semacam ini bersama orang lain seringkali ini menunjukkan atau membentuk suatu ikatan dan ikatan ini seringkali menimbulkan perasaan seperti perasaan melekat. Jadi kalau tidak dilakukan rasanya ada kehilangan, ada rasa kangen, rindu pada seseorang kalau hal itu tidak dilakukan. Jadi ini yang penting kita lakukan dalam keluarga untuk memelihara kesatuaan, keterikatan karena ini yang jarang kita lakukan. Kalau kita lakukan itu kepada orang lain itu sudah biasa dan jangan-jangan malah lebih sering dilakukan dan jangan sampai itu terjadi sehingga kita lebih merasa ada ikatan rasa rindu kepada orang lain dari pada keluarga sendiri.
GS : Ini memang bisa terjadi kalau dengan teman sekantor atau teman sekerja bisa terjadi rutinitas dengan mereka.

HE : Ya betul, jadi merasa lebih dekat kepada orang di luar keluarga, di dalam keluarga malahan merasa saling asing satu dengan yang lain. Ini banyak terjadi dan saya kira ini kurang sehat.

GS : Ya memang pernah ada, itu yang pernah saya lihat sendiri. Ada seorang karyawati yang seringkali membawakan kue untuk teman sekerja yang pria dan itu dilakukan secara rutin yang mula-mula dirasakan tidak apa-apa. Dan tadi seperti yang Pak Heman katakan, lalu timbul keterikatan antara mereka.

HE : Ya betul jadi ada bahaya-bahaya yang kita harus hindari kalau biasanya keterikatan itu dengan orang di luar anggota keluarga.

GS : Apalagi yang berlawanan jenis itu bisa lebih rawan lagi akibatnya memang.

HE : Tadi saya katakan kalau misalnya ikatan itu lebih pada orang-orang di luar keluarga ini akan kurang sehat. Maksud saya begini, kalau misalnya kita percaya bahwa keluarga itu yang menjadi ientitas utama bagi setiap anggota keluarga terutama anak-anak dan kemudian menjadi sarana pengembangan pribadi bagi setiap orang di dalam anggota keluarga, maka kalau misalnya kita terlepas dari rutinitas di dalam keluarga ini akibatnya ada hal-hal yang terhilang.

Misalnya ada anak-anak bertumbuh menjadi remaja dan dia merasa terus tidak menjadi bagian dari siapa-siapa.
GS : Karena memang rutinitas dalam keluarga ini membutuhkan waktu dan perhatian, sedang waktu dan perhatian sudah dialihkan ke orang lain di luar keluarga.

HE : Tepat sekali Pak Gunawan, memang itu yang terjadi.

GS : Jadi kelekatannya bukan kepada keluarga tetapi justru kepada pihak lain. Kalau menurut Pak Heman rutinitas dalam keluarga ini pentingnya kelihatan dimana Pak?

HE : Kira-kira sekitar dua atau tiga puluh tahun yang lalu masyarakat kita sangat mementingkan suasana kekeluargaan. Didalam keluarga ada suasana kasih, keterikatan dan sebagainya, ini yang jusru dibawa keluar.

Jadi dari dalam keluarga yang seperti itu kemudian suasananya dibawa keluar kemudian orang lebih merasa di masyarakat itu juga ada kekeluargaan dan keterikatan. Sayangnya saat ini tidak lagi demikian, akibatnya apa? Ada beberapa hal yang kita bisa lihat. Misalnya generasi sekarang itu mengukur banyak hal hanya dari segi materi, dari segi uang saja. Orangtua - anak tidak lagi akrab satu sama lain masing-masing punya kegiatan sendiri-sendiri, rasa sayang, rasa kangen semakin menipis dan mencemaskan saat ini banyak orang menjadi tidak sabar, pemarah. Jadi akibatnya perasaannya menjadi semakin tidak peka dan banyak anggota keluarga yang terlihat ingin memaksakan kehendaknya karena tidak peka itu. Jadi saat ini sangat banyak kita dengar soal penganiayaan anak dalam keluarga atau anak yang memaksa minta uang lalu kalau tidak diberi dia menganiaya orangtuanya. Hal-hal seperti itu menunjukkan bahwa keterikatan, rasa sayang didalam keluarga itu semakin menipis.
GS : Ini memang kalau kita amati Pak Heman, mana yang lebih dahulu, saya juga kadang-kadang agak bingung. Karena pengaruh di luar lalu rutinitas keluarga ini berkurang atau karena kita tidak menjaga rutinitas keluarga ini, lalu kita mencari kesibukan yang di luar. Lalu mana yang sebenarnya lebih dahulu mempengaruhi, Pak Heman?

HE : Saya kira dua-duanya saling mempengaruhi, memang kita sulit untuk mengatakan mana yang lebih dulu. Ada banyak hal memang yang sulit untuk dihindari misalnya saja suami istri sekarang banya yang harus mencukupi nafkah keluarga dengan bekerja di luar rumah, tetapi apapun yang terjadi kita sendiri perlu menyadari dan berkomitmen, penting komitmen disini.

Jadi keluarga perlu mempunyai suatu keputusan bahwa apapun yang terjadi kita harus memelihara rutinitas itu, jadi rutinitas tidak boleh hilang sama sekali meskipun masing-masing anggota cukup sibuk.
GS : Ini banyak tantangannya Pak Heman, jadi ada seorang suami bekerja misalnya dia sebenarnya tahu seharusnya dia pulang jam lima atau paling lambat setengah enam untuk menjaga rutinitas keluarga yaitu makan malam, tetapi oleh teman-temannya diajak kegiatan yang lain sehingga tidak langsung pulang ada banyak kegiatan. Kalau dia mengatakan mau pulang untuk bisa makan bersama-sama keluarga ini jadi bahan tertawaan ditengah-tengah teman-temannya, Pak!

HE : Ini contoh yang konkrit dan sangat baik, Pak Gunawan dan disinilah pentingnya kita menjaga komitmen bahwa seorang suami itu tidak perlu malu, tidak boleh merasa sungkan untuk menolak temantemannya demi keluarga.

Tentu sekali-sekali itu boleh dilakukan, jadi memang misalnya katakanlah didalam satu minggu penuh kita terus-menerus makan bersama dengan keluarga tetapi yang dilakukan bersama teman-teman itu hendaknya sekali-sekali begitu. Harus jauh lebih banyak yang dilakukan bersama keluarga. Memang disini letak tantangannya, yaitu suami/kaum pria itu perlu untuk menyatakan bahwa keluarga penting dan justru kalau misalnya suami berani menyatakan hal seperti itu, seringkali orang-orang yang lain juga ingin mengikutinya.
GS : Ini memang akan lebih sulit diatasi oleh anak-anak kita, anak-anak yang masih remaja dan sebagainya, itu sulit sekali mau pulang hanya untuk makan malam bersama, Pak Heman? Atau untuk family altar misalnya, sehingga waktunya harus disesuaikan. Biasanya lebih sore, ini dibuat lebih malam lagi supaya bisa dilakukan rutinitas keluarga itu?

HE : Ya, kadang-kadang memang sulit terutama anak-anak sudah remaja belum lagi mereka harus bikin PR, belum lagi terima telepon, bahkan SMS dari teman-temannya. Tapi bagimanapun juga kita perlumengingatkan kepada remaja, anak-anak remaja kita bahwa rutinitas itu penting, meskipun kita tidak perlu menyebutkan bahwa ini yang kita lakukan adalah rutinitas tetapi kita bisa memberikan beberapa contoh tentang apa gunanya kita bersama-sama dan kita harus membuat supaya rutinitas ini menyenangkan jangan sampai misalnya ini menjadi membosankan.

Nah ini soal kebiasaan juga Pak Gunawan, jadi misalnya keluarga ini sudah terbiasa memasak, mencuci piring, makan bersama nah ini biasanya akan lebih baik dan lebih mudah untuk menjelaskan kepada anak-anak.
GS : Nah mungkin Pak Heman bisa menjelaskan bagaimana kaitan antara rutinitas keluarga dengan keharmonisan dalam keluarga?

HE : Saya berikan contoh misalnya, bahwa keluarga itu sedang bertengkar biasanya pertengkaran itu akan cepat selesai karena tadi yaitu terbiasa untuk sebentar lagi bisa ngobrol bersama bahkan brgurau jadi tidak kaku untuk kembali lagi didalam suasana yang damai, yang biasa lagi.

Dan kemudian juga misalnya pertengkaran lebih cepat teratasi karena keluarga terbiasa untuk saling menunggu kehadiran orang lain dan terbiasa untuk bekerja sama. Nah ini tentu akan meningkatkan keharmonisan didalam keluarga.
GS : Menurut pengalaman saya justru kadang-kadang karena suatu pertengkaran, rutinitas ini terganggu Pak, jadi biasanya kalau habis bertengkar dengan istri atau dengan suami atau dengan anak, lalu untuk melakukan rutinitas itu ada suatu keengganan tersendiri. Nah ini bagaimana, Pak Heman?

HE : Ini repotnya jadi saling terkait seperti ini. Disini memang perlu ada suatu usaha yang lain jadi perlu kerja keras dan juga perlu ada kerendahan hati untuk saling mengalah, saling belajarmengaku salah dan seterusnya.

Jadi selain rutinitas kita perlu juga membina kebiasaan untuk saling meminta maaf dan seterusnya.
GS : Itu juga termasuk suatu rutinitas keluarga atau bukan, Pak?

HE : Itu pembentukan karakter yang bisa dibiasakan dalam keluarga, tidak persis termasuk rutinitas.

GS : Buah dari suatu rutinitas didalam keluarga mungkin itu.

HE : Salah satunya.

GS : Salah satu buahnya. Jadi mungkin lebih mudah berkomunikasi, lebih cepat cair kebekuan karena pertengkaran itu tadi, Pak?

HE : Ya, salah satunya.

GS : Dan ada pihak lain yang bisa mendorong. Jadi misalnya antara anak dan orang tua yang bertengkar dan ibunya bisa memulai ini jamnya persekutuan, ini jamnya makan, duduk sama-sama yang tidak terkait dengan pertengkaran itu sendiri maksud saya Pak!

HE : Dan ada pengalaman begini, kalau kita lagi bertengkar lalu kita rasanya tidak ingin ngomong susah untuk mengakui kesalahan. Nah kalau sudah malam waktunya untuk berdoa bersama, waduh rasana tidak bisa berdoa dan karena ada anak-anak lalu kita akhirnya mau tidak mau berusaha untuk berdamai.

Ini tentunya contoh yang sehat. Tapi kadang-kadang memang bisa terjadi suasana untuk bersama-sama itu terganggu.
GS : Ya memang seringkali juga ada hal-hal yang diluar dugaan, instruksi-instruksi sehingga rutinitas keluarga bisa juga tertunda atau bahkan batal. Sudah mau siap-siap misalnya saja makan malam lalu ada tamu atau ada telpon yang memberitahukan ada masalah yang harus ditangani dan sebagainya, itu kadang-kadang juga bisa menunda atau membatalkan sama sekali rutinitas itu.

HE : Ya memang tapi disinilah justru kita belajar bagaimana kita hidup teratur, disiplin.

GS : Mungkin Pak Heman bisa sebutkan apa saja manfaatnya kalau kita memelihara rutinitas ini bagi anak atau anak-anak kita?

HE : Bagi anak mereka akan lebih cepat dilatih. Tadi dikatakan tentang keteraturan dan disiplin. Salah satu yang penting buat anak dan bisa membuat anak lebih stabil emosinya. Selain itu tadi jga sudah disinggung dan saya akan tekankan lagi bahwa kalau anak-anak itu merasa memiliki sebuah keluarga yang memberi mereka identitas diri, mereka akan lebih mantap dengan dirinya sendiri.

Dan menurut penelitian rutinitas didalam keluarga ini mengurangi konflik antara ayah dengan anak remajanya. Jadi kalau misalnya anaknya sudah sampai remaja biasanya ada konflik dengan ayah. Kalau ada rutinitas di dalam keluarga konflik-konflik ini berkurang dan ada yang menarik lagi yaitu rutinitas ini bagi anak-anak yang masih baru belajar membaca, kemampuan membaca anak itu akan ditingkatkan.
GS : Mengenai mengurangi konflik dengan ayah, kenapa dengan ayah dan bagaimana kalau dengan ibunya. Atau ini berlaku baik dengan ayah atau dengan ibu yang tadi Pak Heman katakan mengurangi konflik dengan ayah dan anak remaja tapi juga seringkali anak remaja konflik dengan ibunya, Pak?

HE : Kalau misalnya anak konflik dengan ayah dan kemudian konflik ini bisa diredam akan membantu anak untuk juga bisa berdamai dengan ibunya karena mau tidak mau ayah di dalam keluarga masih diandang sebagai figur seorang kepala, seorang pemimpin.

GS : Rutinitas keluarga ini harus dilakukan sedini mungkin terhadap anak, jadi sekalipun anak belum mengerti tetap dilibatkan didalam rutinitas keluarga, Pak?

HE : Ya betul, seharusnya begitu.

GS : Yang meningkatkan minat baca anak itu bagaimana, kenapa bisa begitu?

HE : Ini hasil penelitian meskipun penelitian didalam suatu jurnal yang saya baca tidak dijelaskan dengan sangat teliti, tetapi rupanya rutinitas itu membuat keinginan bagi anak-anak untuk belaar sesuatu itu lebih besar.

Membuat anak termotivasi, lebih termotivasi untuk membaca.
GS : Mungkin melihat ayahnya membaca atau menceritakan sesuatu lalu dia ingin membaca sendiri bisa juga begitu.

HE : Saya pikir salah satu hal adalah rasanya ada orang yang menemani dan juga lebih memberi dorongan meskipun orangtua lebih banyak diam saja.

GS : Kalau dengan pasangan kita sudah pasti ada manfaatnya, tapi apa itu manfaatnya, Pak?

HE : Rutinitas menceritakan ikatan, kebiasaan yang menyatukan di antara suami istri dan kalau ini sudah terbiasa dirasakan tidak menyiksa dan justru tampak menyenangkan. Masing-masing pasangan uga lebih mampu mempercayai satu dengan yang lain karena sering melakukan aktifitas bersama-sama, jadi saling tahu kebiasaan masing-masing.

Bagi istri atau ibu, rutinitas mengurangi tingkat depresi dan memberi daya tahan lebih baik ketika harus menghadapi stres. Juga kegiatan rutin memberi kepuasan yang lebih di dalam masing-masing suami atau istri melakukan perannya sebagai orangtua. Ini juga adalah hasil penelitian.
GS : Apakah rutinitas ini tidak menimbulkan kebosanan?

HE : Rutinitas bisa menimbulkan kebosanan kalau dilakukan dengan keterpaksaan tetapi supaya rutinitas tidak membosankan, yang pertama kita bisa lakukan adalah kita jelaskan bahwa kalau tidak ad rutinitas dan kebersamaan didalam keluarga, apa yang terhilang dari keluarga itu? Dan yang kedua kita juga menetapkan suatu peraturan yang kita perlu jaga bersama-sama, misalnya kita mesti pamit, menepati janji dan kalau misalnya terlambat karena perlu makan malam bersama kita mesti berjaga supaya jangan membuat orang saling menunggu dan sebagainya.

Intinya adalah bagaimana supaya semua kegiatan rutin ini bisa dilakukan dengan menyenangkan membawa sukacita. Dan sangat penting juga bagi kita untuk memelihara maksudnya supaya kita berusaha menjaga keharmonisan.
GS : Sekalipun kita tahu bahwa rutinitas dalam keluarga ini sesuatu hal penting bahkan sangat penting Pak Heman, tapi sering kali banyak keluarga atau kita sendiri mencoba belajar terus untuk melakukan ini dengan baik. Sebenarnya ada hambatan apa sehingga rutinitas dalam keluarga ini sering kali terganggu?

HE : Tadi Pak Gunawan juga sudah sebutkan misalnya soal kurangnya waktu, kesibukan masing-masing karena berbagai sebab dan juga ada hal lain yaitu mungkin secara disadari maupun tidak merasa bawa relasi dengan orang lain dinilai lebih penting dan lebih berarti.

Karena biasanya orang sudah berfikir bahwa mencari nafkah atau uang itu penting, sehingga menganggap relasi dengan orang lain lebih penting.
GS : Jadi ini perlu dipahami bersama bahwa rutinitas dalam keluarga ini sesuatu yang penting bahkan lebih penting dari segala sesuatu yang ada di luar keluarga.

HE : Ya, seharusnya demikian.

GS : Dan ini menjadi tugas dari seorang suami atau ayah untuk bisa menjelaskan kepada anggota keluarganya !

HE : Ya ini penting.

GS : Pak Heman, bagaimana menjaga rutinitas supaya dalam keluarga ini bisa berlangsung secara teratur dan baik?

HE : Supaya bisa lebih teratur kita lakukan dengan suatu komitmen dan mungkin kita jelaskan secara terbuka, jadi kita tetapkan suatu peraturan yang perlu dijaga bersama. Misalnya peraturan itu dalah kalau pergi pamit, kemudian jam berapa pulang? Kemana pergi dan pulangnya jam berapa dan kita tepati.

Semua anggota keluarga menepatinya dan kita juga katakan jam berapa kita harus makan malam bersama dan kalau misalnya itu tidak bisa lalu apa yang harus dilakukan atau sebagai gantinya bagaimana.
GS : Itu sering kali kami menerapkan didalam keluarga. Rutinitas dalam keluarga ini juga tidak terlalu banyak, jadi hanya beberapa tapi yang penting-penting yang kita lakukan seperti makan malam bersama, lalu doa bersama, membaca Alkitab bersama, tapi tidak misalkan tiga kali makan harus dilakukan bersama-sama.

HE : Ya memang tidak perlu setiap kali atau tiap makan dilakukan bersama-sama karena itu juga rasanya mustahil untuk dilakukan. Tapi yang penting adalah ada kegiatan yang dilakukan bersama-samadan itu menjadi satu pengikat buat kita untuk berada bersama-sama di suatu tempat pada suatu saat.

GS : Dan mengenai kepemimpinan disana kita juga bisa melatih anak-anak untuk bisa dilibatkan untuk sekali-sekali memimpin doa, sekali-sekali ikut membaca Alkitab dan sebagainya, Pak?

HE : Ini hal yang sangat baik sekali, jadi anak-anak juga belajar untuk memimpin, berorganisasi di dalam keluarga.

GS : Jadi Pak Heman, untuk mengakhiri perbincangan kita ini apakah ada ayat alkitab yang ingin Pak Heman sampaikan ?

HE : Saya ingin membacakan dari Amsal Salomo 15:17, disini dikatakan bahwa “Lebih baik sepiring sayur dengan kasih dari pada lembu tambun dengan kebencian”. Bagian Firman Tuhan ini memang tidaksecara langsung berbicara tentang keluarga tetapi maknanya sangat dalam dan dapat diterapkan untuk kehidupan keluarga.

Kalau kita makan bersama keluarga disertai kasih sekalipun makanannya sederhana tetap lebih baik daripada makanannya mewah tetapi tanpa disertai dengan kasih.

GS : Terima kasih Pak Heman untuk perbincangan kali ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Heman Elia, M.Psi. dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang “Memelihara Rutinitas dalam Keluarga”. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan email dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.


Ringkasan:

Di dalam kehidupan kita sehari-hari seringkali kita harus melakukan hal-hal yang sama dari hari kehari, dari minggu ke minggu dan dari bulan ke bulan bahkan ada yang dari tahun ke tahun kita melakukan hal-hal yang sama. Ini dinamakan rutinitas.

Penting sekali rutinitas dalam keluarga, mengapa dikatakan penting karena :

Generasi sekarang mengukur banyak hal dari segi uang. Antara orangtua dan anak tidak lagi akrab satu sama lain. Masing-masing punya kegiatan sendiri-sendiri. Akibatnya, perasaan sayang dan rindu semakin menipis. Yang mencemaskan, saat ini banyak orang yang tidak sabar. Akibatnya, karena perasaan yang kurang peka ditambah ketidakakraban membuat banyak anggota keluarga saling memaksakan kehendak.

Manfaat dari memelihara rutinitas bagi anak :

Anak akan lebih cepat dilatih untuk hidup teratur, disiplin, dan lebih stabil emosinya

Mereka akan merasa memiliki sebuah keluarga yang memberi mereka identitas diri yang mantap.

Menurut penelitian, rutinitas keluarga mengurangi konflik antara ayah dengan anak remajanya.

Manfaat dari memelihara rutinitas dengan pasangan :

Rutinitas menciptakan ikatan dan kebiasaan yang menyatukan.

Masing-masing pasangan pun lebih merasa mampu mempercayai satu dengan yang lain

Lebih memberi kepuasan dalam melakukan peran orangtua.

Cara bagaimana memulai rutinitas :

Kita jelaskan kekurangan dalam keluarga akibat tidak adanya rutinitas kebersamaan.

Kita tetapkan peraturan yang kita perlu jaga bersama, seperti misalnya, kalau pergi harus pamit dan menepati janji pulang jam berapa. Lalu juga pulangnya ini jangan terlambat karena perlu makan malam bersama dan agar orang tidak saling menunggu.

Agar rutinitas tidak membosankan :

Sekali-sekali kita perlu melakukan variasi dalam melakukan aktivitas rutin. Jadi, bentuk aktivitas bisa tetap sama, tetapi cara melakukannya berbeda. Soal makan bersama misalnya, sekali-sekali dapat dilakukan dengan memesan makanan dari luar supaya tidak direpotkan dengan memasak. Apabila rutinitas keluarga mendatangkan sukacita, maka aktivitas rutin itu tidak pernah dirasa membosankan. Justru sebaliknya, sangat mungkin aktivitas itu dikenang terus meskipun anak-anak sudah dewasa dan tinggal terpisah dari orangtuanya.

Firman Tuhan : "Lebih baik sepiring sayur dengan kasih dari pada lembu tambun dengan kebencian". (Amsal 15:17)


Questions:

GS : Pak Heman, didalam kehidupan kita sehari-hari seringkali kita harus melakukan hal-hal sama dari hari ke sehari, dari minggu ke minggu dan dari bulan ke bulan bahkan ada yang dari tahun ke tahun itu kita melakukan hal-hal yang sama. Apakah itu yang disebut dengan rutinitas?

GS : Mungkin Pak Heman bisa menjelaskan lebih lanjut mengenai rutinitas yang ada di dalam keluarga.

GS : Mengenai jangka waktu yang tetap itu Pak Heman, tadi seperti yang Pak Heman singgung mengenai menjelang tidur. Waktu anak-anak masih kecil kita biasa kadang-kadang membacakan cerita atau ngomong-ngomong, tetapi makin mereka dewasa ini semakin berubah. Kita sudah tidak membacakan cerita dan sebagainya. Nah perubahan ini bagaimana Pak?

GS : Tapi intinya, masih dialog yang tetap dijaga begitu, Pak Heman.

GS : Yang tadi Pak Heman katakan sebagai antisipasi mengenai awal dan akhir dari setiap kegiatan itu apa misalnya ?

GS : Seandainya ada anggota keluarga yang tidak bisa mengikuti rutinitas itu, pada suatu saat ada kegiatan khusus atau tugas khusus, undangan khusus. Apakah rutinitas ini harus dilakukan, Pak?

GS : Rutinitasnya adalah memberitahu kalau mau pergi, begitu Pak.

GS : Rasanya tiap-tiap hari kita sudah melakukan hal-hal yang rutin tadi Pak Heman katakan. Lalu apa bedanya dengan rutinitas yang dilakukan di dalam keluarga?

GS : Berarti rutinitas ini ada yang kita lakukan sendiri, ada yang kita lakukan dengan pasangan kita, ada yang kita lakukan dengan anak dan rutinitas yang dilakukan secara bersama-sama.

GS : Bagaimana kalau hanya dengan pasangan antara suami dengan istri, Pak?

GS : Ada juga antara orangtua dan anak saja. Mungkin hanya ayah dengan anak-anak mereka, tetapi ibunya tidak ikut. Atau sebaliknya ibunya dengan anak-anak, ayahnya tidak ikut. Itu suatu rutinitas, Pak?

GS : Apakah rutinitas itu juga bisa dilakukan dengan orang di luar keluarga, tadi kalau kita bicara rutinitas dalam keluarga kesannya itu ada rutinitas dengan orang yang di luar keluarga, Pak?

GS : Apa bedanya Pak?

GS : Ini memang bisa terjadi kalau dengan teman sekantor atau teman sekerja bisa terjadi rutinitas dengan mereka.

GS : Ya memang pernah ada, itu yang pernah saya lihat sendiri. Ada seorang karyawati yang seringkali membawakan kue untuk teman sekerja yang pria dan itu dilakukan secara rutin yang mula-mula dirasakan tidak apa-apa. Dan tadi seperti yang Pak Heman katakan, lalu timbul keterikatan antara mereka.

GS : Apalagi yang berlawanan jenis itu bisa lebih rawan lagi akibatnya memang.

GS : Karena memang rutinitas dalam keluarga ini membutuhkan waktu dan perhatian, sedang waktu dan perhatian sudah dialihkan ke orang lain di luar keluarga.

GS : Jadi kelekatannya bukan kepada keluarga tetapi justru kepada pihak lain. Kalau menurut Pak Heman rutinitas dalam keluarga ini pentingnya kelihatan dimana Pak?

GS : Ini memang kalau kita amati Pak Heman, mana yang lebih dahulu, saya juga kadang-kadang agak bingung. Karena pengaruh di luar lalu rutinitas keluarga ini berkurang atau karena kita tidak menjaga rutinitas keluarga ini, lalu kita mencari kesibukan yang di luar. Lalu mana yang sebenarnya lebih dahulu mempengaruhi, Pak Heman?

GS : Ini banyak tantangannya Pak Heman, jadi ada seorang suami bekerja misalnya dia sebenarnya tahu seharusnya dia pulang jam lima atau paling lambat setengah enam untuk menjaga rutinitas keluarga yaitu makan malam, tetapi oleh teman-temannya diajak kegiatan yang lain sehingga tidak langsung pulang ada banyak kegiatan. Kalau dia mengatakan mau pulang untuk bisa makan bersama-sama keluarga ini jadi bahan tertawaan ditengah-tengah teman-temannya, Pak!

GS : Ini memang akan lebih sulit diatasi oleh anak-anak kita, anak-anak yang masih remaja dan sebagainya, itu sulit sekali mau pulang hanya untuk makan malam bersama, Pak Heman? Atau untuk family altar misalnya, sehingga waktunya harus disesuaikan. Biasanya lebih sore, ini dibuat lebih malam lagi supaya bisa dilakukan rutinitas keluarga itu?

GS : Nah mungkin Pak Heman bisa menjelaskan bagaimana kaitan antara rutinitas keluarga dengan keharmonisan dalam keluarga?

GS : Menurut pengalaman saya justru kadang-kadang karena suatu pertengkaran, rutinitas ini terganggu Pak, jadi biasanya kalau habis bertengkar dengan istri atau dengan suami atau dengan anak, lalu untuk melakukan rutinitas itu ada suatu keengganan tersendiri. Nah ini bagaimana, Pak Heman?

GS : Itu juga termasuk suatu rutinitas keluarga atau bukan, Pak?

GS : Buah dari suatu rutinitas didalam keluarga mungkin itu.

GS : Salah satu buahnya. Jadi mungkin lebih mudah berkomunikasi, lebih cepat cair kebekuan karena pertengkaran itu tadi, Pak?

GS : Dan ada pihak lain yang bisa mendorong. Jadi misalnya antara anak dan orang tua yang bertengkar dan ibunya bisa memulai ini jamnya persekutuan, ini jamnya makan, duduk sama-sama yang tidak terkait dengan pertengkaran itu sendiri maksud saya Pak!

GS : Ya memang seringkali juga ada hal-hal yang diluar dugaan, instruksi-instruksi sehingga rutinitas keluarga bisa juga tertunda atau bahkan batal. Sudah mau siap-siap misalnya saja makan malam lalu ada tamu atau ada telpon yang memberitahukan ada masalah yang harus ditangani dan sebagainya, itu kadang-kadang juga bisa menunda atau membatalkan sama sekali rutinitas itu.

GS : Mungkin Pak Heman bisa sebutkan apa saja manfaatnya kalau kita memelihara rutinitas ini bagi anak atau anak-anak kita?

GS : Mengenai mengurangi konflik dengan ayah, kenapa dengan ayah dan bagaimana kalau dengan ibunya. Atau ini berlaku baik dengan ayah atau dengan ibu yang tadi Pak Heman katakan mengurangi konflik dengan ayah dan anak remaja tapi juga seringkali anak remaja konflik dengan ibunya, Pak?

GS : Rutinitas keluarga ini harus dilakukan sedini mungkin terhadap anak, jadi sekalipun anak belum mengerti tetap dilibatkan didalam rutinitas keluarga, Pak?

GS : Yang meningkatkan minat baca anak itu bagaimana, kenapa bisa begitu?

GS : Mungkin melihat ayahnya membaca atau menceritakan sesuatu lalu dia ingin membaca sendiri bisa juga begitu.

GS : Kalau dengan pasangan kita sudah pasti ada manfaatnya, tapi apa itu manfaatnya, Pak?

GS : Apakah rutinitas ini tidak menimbulkan kebosanan?

GS : Sekalipun kita tahu bahwa rutinitas dalam keluarga ini sesuatu hal penting bahkan sangat penting Pak Heman, tapi sering kali banyak keluarga atau kita sendiri mencoba belajar terus untuk melakukan ini dengan baik. Sebenarnya ada hambatan apa sehingga rutinitas dalam keluarga ini sering kali terganggu?

GS : Jadi ini perlu dipahami bersama bahwa rutinitas dalam keluarga ini sesuatu yang penting bahkan lebih penting dari segala sesuatu yang ada di luar keluarga.

GS : Dan ini menjadi tugas dari seorang suami atau ayah untuk bisa menjelaskan kepada anggota keluarganya !

GS : Pak Heman, bagaimana menjaga rutinitas supaya dalam keluarga ini bisa berlangsung secara teratur dan baik?

GS : Itu sering kali kami menerapkan didalam keluarga. Rutinitas dalam keluarga ini juga tidak terlalu banyak, jadi hanya beberapa tapi yang penting-penting yang kita lakukan seperti makan malam bersama, lalu doa bersama, membaca Alkitab bersama, tapi tidak misalkan tiga kali makan harus dilakukan bersama-sama.

GS : Dan mengenai kepemimpinan disana kita juga bisa melatih anak-anak untuk bisa dilibatkan untuk sekali-sekali memimpin doa, sekali-sekali ikut membaca Alkitab dan sebagainya, Pak?

GS : Jadi Pak Heman, untuk mengakhiri perbincangan kita ini apakah ada ayat alkitab yang ingin Pak Heman sampaikan ?

GS : Terima kasih Pak Heman untuk perbincangan kali ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Heman Elia, M.Psi. dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang “Memelihara Rutinitas dalam Keluarga”. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan email dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.