Group -- Konseling
Sumber: artikel_c3i
Id Topik: 5447
Pada masa hidup Tuhan Yesus, Ia telah sempat berbicara dengan banyak
orang mengenai kebutuhan dan persoalan-persoalan mereka. Sering kali
dalam konseling-Nya, Ia melibatkan beberapa orang sekaligus. Ingat
akan pertemuan-Nya dengan dua orang dalam perjalanan-Nya ke Emaus;
akan pembicaraan-Nya dengan Petrus, Yakobus, dan Yohanes; akan
diskusi-diskusi yang menyangkut kedua belas murid-Nya. Dalam jemaat
yang mula-mula, orang-orang bertemu dalam kelompok-kelompok untuk
belajar, bersekutu, merayakan perjamuan kudus, dan berdoa.
Orang-orang percaya membagikan apa yang mereka punya, berbakti,
makan bersama, dan memuji-muji Allah bersama pula (
Tentu saja dalam persekutuan-persekutuan itu mereka membicarakan
persoalan-persoalan mereka dan kemudian saling tolong-menolong
dengan tiap kebutuhan mereka. Dalam abad-abad yang kemudian, jemaat
Metodis yang mula-mula pun selalu mulai dengan grup-grup kecil,
bahkan gereja-gereja belakangan ini pun mulai lagi membagi jemaatnya
dalam kelompok-kelompok kecil yang bertemu untuk membagikan
pengalaman masing-masing, bersaksi, berdoa (
Konselor-konselor Kristen menemukan bahwa ada keunikannya sendiri membimbing orang dalam grup -- termasuk kelompok keluarga. Dengan mengadakan pertemuan dengan beberapa konseli sekaligus, seorang pemimpin dapat menyediakan tempat untuk kerja sama dalam membagikan perasaannya secara jujur, saling belajar dari pengalaman orang lain, saling mendukung, menasihati, dan menolong satu terhadap yang lain.
Kadang ada kelompok-kelompok yang terbentuk tanpa bimbingan konselor, yaitu melalui kelompok PA, aktivitas bersama, kelompok doa, dan kegiatan-kegiatan gereja lainnya, di mana terbuka kesempatan-kesempatan untuk saling membagikan pengalaman, kebutuhan, dan perhatian satu terhadap yang lain.
Dapatkah seorang konselor Kristen membentuk kelompok untuk tujuan konseling? Jawabannya tentu saja bergantung kepada orang-orang yang terlibat dalam kelompok itu dan masyarakat di mana mereka tinggal. Kelompok "Alcoholic Anonymus" misalnya, adalah grup konseling yang sangat berhasil hampir di seluruh dunia, dan ini terjadi oleh karena tiap partisipan tidak takut untuk memberi dan menerima pertolongan, dan mereka berani mengakui secara terus terang bahwa mereka memunyai masalah dengan alkohol. Pengakuan secara terbuka tidak mudah bagi kebanyakan orang, terutama jika mereka tergabung dalam jemaat yang kecil atau tinggal di masyarakat di mana satu dengan yang lain saling mengenal.
Seandainya tiap orang dapat mengatasi kesulitannya untuk mengeluarkan isi hati, sebetulnya banyak orang dapat belajar dari sesamanya yang memunyai pengalaman sejenis. Misalnya, seorang psikolog yang kreatif di suatu kota besar membentuk program khusus untuk janda-janda yang tidak memunyai teman atau keluarga dekat untuk dapat saling mendukung dan tolong-menolong. Begitu juga Anda, dapat membentuk sesuatu yang mirip untuk menolong orang-orang di jemaat atau di lingkungan sekitar Anda.
Jika Anda ingin memulai suatu grup konseling, Anda dapat memberikan
undangan melalui mimbar atau warta gereja, tetapi biasanya orang
lebih tertarik bila mendapat undangan secara khusus dan pribadi.
Jika kelompok ini sudah terbentuk, mulailah dengan masing-masing
memerkenalkan diri, latar belakangnya, keluarga, data-data pribadi
yang lain, namun sebaiknya jangan dipaksa. Perlahan-lahan tiap
anggota grup dianjurkan untuk mengemukakan masalah yang mereka
hadapi. Tanggung jawab konselor adalah untuk menstimulasi diskusi
dan sesekali menyimpulkan apa yang telah dibicarakan dan memberikan
pengarahan supaya pembicaraan tidak melangkah terlalu jauh dari
topik. Berbagi (sharing) seperti ini, yang diikuti dengan
persekutuan doa, akan banyak sekali menolong. Sukses tidaknya grup
konseling tergantung kepada partisipasi anggota-anggotanya. Bila
mereka rela "memikul pergumulan satu dengan yang lain" (