BETA
Memahami Kleptomania
Sumber: telaga
Id Topik: 495

Abstrak:

Kleptomania termasuk gangguan penguasaan diri, di mana tatkala hasrat mencuri muncul, penderita tidak sanggup mencegahnya. Pencurian tidak direncanakan, tapi merupakan tindakan atas dorongan sesaat saja. Penderita butuh dorongan teman/tim pendukung dan mesti meminta pertolongan Tuhan serta hidup dekat dengan Tuhan.

Transkrip:

Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun Anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) dan kali ini saya bersama Ibu Wulan, S.Th., kami akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Memahami Kleptomania". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.

Lengkap
GS : Kita sering mendengar istilah kleptomania, Pak Paul, tetapi sebenarnya apa pengertian dari kleptomania itu, Pak Paul ?

PG : Kleptomania itu berasal dari dua kata, klepto dan mania. Mania itu sendiri sebetulnya berarti kegilaan atau kegemaran yang berlebihan sedangkan kata klepto memang berarti mencuri, jadi kletomania adalah kegemaran untuk mencuri.

Nah ini suatu jenis penyakit yang memang berkaitan dengan kejiwaan seseorang. Ini yang akan kita bahas pada saat ini, Pak Gunawan.
GS : Itu dari bahasa apa, Pak Paul ?

PG : Dari bahasa Yunani sebetulnya.

GS : Apakah banyak orang yang mengidap penyakit itu sebetulnya ?

PG : Sebetulnya tidak banyak, jadi sangat sangat sedikit dan puji Tuhan ya tidak banyak, namun ini memang bukan pencurian biasa, jadi bukan seseorang yang sering mencuri dan ditangkap karena mecuri, bukan itu biasanya.

Orang-orang yang menderita gangguan ini tidak bisa dilabelkan sebagai pencuri dalam pengertian yang kriminal, walaupun tindakannya tetap tindakan kriminal namun kita akan membedakannya dari pencuri biasa berdasarkan beberapa hal.
GS : Berarti orang itu sedang mengalami semacam sakit kejiwaan begitu, Pak Paul ?

PG : Sebetulnya gangguan utamanya adalah gangguan penguasaan diri, jadi dalam pengkategorian gangguan jiwa ini dimasukkan dalam bagian gangguan penguasaan diri yang berarti orang ini tidak memiiki kemampuan untuk menguasai 'impulses'nya, tidak bisa menguasai dorongan-dorongan dari dalam dirinya.

Sewaktu hasrat mengambil atau mencuri itu muncul maka dia tidak memiliki kesanggupan untuk mencegahnya. Penderita kleptomania sebetulnya tidak datang ke toko untuk mencuri, tidak sama sekali. Dia mungkin saja datang ke toko untuk melihat-lihat atau membeli barang yang lain, kemudian dia melihat sesuatu, dia tidak bisa melawan hasrat dalam dirinya untuk mengatakan, "Jangan ambil kalau tidak mau beli". Dia tidak bisa, dia akan mengikuti dorongan hatinya dan mengambilnya dengan diam-diam atau mencurinya, sebab sekali lagi nilai yang terkandung adalah dalam tindakan yang sembunyi-sembunyi itu meskipun dia bisa bayar, tapi waktu dia ambil dengan sembunyi-sembunyi, itulah yang dia cari, sensasi atau perasaan seperti itulah yang memang dicarinya.
WL : Ya, Pak Paul, saya dengar beberapa kali kasus kleptomania ini, ternyata memang pelakunya berasal dari keluarga yang lumayan kaya, jadi bukan karena kebutuhan sesuatu tidak mempunyai uang untuk bisa membeli barang tersebut. Benar-benar kaya, jadi menarik seperti yang baru Pak Paul jelaskan.

PG : Memang orang yang menderita kleptomania mencuri bukan karena nilai berapa besar harga barang tersebut dan dia tidak mempunyai uang dan harus mencurinya, bukan karena itu dan juga bukan karna barang itu akan berguna untuk dia sehingga dia mau mengambilnya.

Tapi justru sering kali dengan orang-orang yang menderita kleptomania, setelah dia mengambil barang itu, terus dia buang dia berikan orang. Tidak banyak di antara mereka yang akan menyimpannya, ada sebagian yang menyimpannya tapi mayoritas adalah membuangnya atau memberikannya kepada orang lain. Jadi ketika dia sudah pulang dan melihat-lihat barang itu, kemungkinan besar dia geletakkan dimana saja dan dia lupakan, nanti mungkin dia berikan kepada orang lain. Jadi bukan termotivasi karena barang itu begitu saya butuhkan, begitu berguna sehingga seharusnyalah saya dapatkan. Atau ini barang berharga makanya saya mau ambil, bukan begitu juga jadi sering kali memang yang diambil bisa-bisa barang kecil-kecil yang tidak ada nilainya tapi diambil. Nah akhirnya berurusan dengan polisi karena akhirnya ditangkap sebab dianggap itu tindakan pencurian.
WL : Pak Paul kalau dari penjelasan Pak Paul, berarti itu tidak ada rencana apa-apa sebelumnya, jadi misalnya ke rumah teman dan dia melihat HP menarik begitu tapi waktu itu saatnya tidak memungkinkan lalu dia berencana untuk datang ke dua kali atau ke tiga kali, berarti tidak seperti itu ya Pak Paul.

PG : Bukan, kalau dia merencanakan dalam pengertian dia memang ingin mendapatkannya, dia lihat itu dan dia ingin sekali mendapatkannya dan pada saat itu kesempatannya belum muncul, bisa jadi da akan merencanakan mengambilnya pada waktu yang lain.

Itu bisa jadi seperti itu, namun dalam pengertian begini, tidak direncanakan pada umumnya mereka akan mendapatkan dorongan-dorongan untuk mengambil pada waktu kapan saja dan di mana saja. Dan yang menarik gangguan ini bisa muncul untuk satu kurun, sering terjadi pencurian, tapi bisa berhenti dan benar-benar hilang untuk misalnya berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Namun setelah itu muncul lagi untuk satu kurun. Nah kadang-kadang itu juga yang terjadi, jadi tidak selalu kleptomania menghinggapi orang terus-menerus, tidak selalu begitu, ada kalanya hanya untuk satu kurun, setelah itu berhenti tapi nanti bisa muncul kembali. Tapi ada juga yang tidak muncul, nah kira-kira seperti itu masalahnya.
GS : Itu sebetulnya ada dorongan apa dalam diri orang itu, Pak Paul ?

PG : Hanya ingin memiliki dan ini yang paling menariknya, sebelum dia mengambil barang tersebut, dia merasa resah, tegang, ada sesuatu yang seperti bergejolak dalam jiwanya. Dia rasanya sangat angat butuh, seperti orang yang memang membutuhkan narkoba, sebelum dia mendapatkan narkoba dia merasakan tubuhnya tegang, tidak tenang, resah, waktu dia mendapatkan narkoba itu dia tenang kembali.

Nah ini seperti itu juga, jadi sebelum dia mengambil waktu dia mulai melihat dan tiba-tiba terdorong oleh niat untuk mengambil, kalau dia tahan-tahan, dia tambah tegang, tambah cemas akhirnya dia harus turuti, dari pada dia terus-menerus tegang, tidak bisa menahan diri, dia ambil ! Setelah dia ambil tiba-tiba ketegangan itu mereda, dia tenang kembali, sejahtera dan dia merasa puas, dia pulang rasanya lega. Benar-benar memang sesuatu yang berkaitan dengan sebuah gangguan, makanya ini masuk dalam gangguan kejiwaan juga.
WL : Pak Paul, apa yang terjadi kalau niatnya tidak terpenuhi ? Dia ingin sesuatu, Pak Paul mengatakan tadi dia tegang, tapi situasinya tidak memungkinkan untuk dia mengambilnya, apa yang akan terjadi, apakah dia tidak akan pulang atau pada akhirnya dia akan minta. Kalau minta berarti bukan mencuri, bukan begitu, demi barang itu menjadi milik dia, atau apa, Pak Paul ?

PG : Dia minta, tidak ya. Mengapa ? Sebab waktu diberikan dengan biasa saja, nilainya beda. Jadi kepuasannya justru terletak pada mengambil tanpa sepengetahuan si pemiliknya, itu seninya, nilaiya, kenikmatannya bagi penderita kleptomania.

Dengan kata lain, kalau kita limpahi dia dengan barang dan orangtuanya misalkan bertanya, "Mau apa, kami belikan, kami sediakan semua". Dia akan berkata, "Tidak mau apa-apa, tidak perlu apa-apa". Namun waktu dia nanti ke toko, dia melihat tiba-tiba muncul keinginan mengambilnya dan dia harus ambil, sebab nilai yang terkandung terletak pada mengambilnya tanpa sepengetahuan si pemilik, seperti itu. Ini dibedakan juga dengan ada orang yang mencuri walaupun bukan profesinya sebagai pencuri, namun ia mencuri karena itu adalah luapan kemarahan. Ada orang yang begitu, tidak bisa mengekspresikan kemarahan dengan tepat, selalu salah sasaran, melimpahkan kemarahan kepada orang lain, bukan kepada sasarannya. Nah orang yang seperti ini, ada sebagian di antara mereka yang akhirnya terjerumus ke dalam perilaku pencurian. Dia marah kepada siapa begitu dan tidak bisa mengekspresikannya, waktu dia ke toko, dia ambil, bisa jadi itu tidak berkaitan, si pemilik toko dan orang yang membuat dia marah adalah dua orang yang berbeda, namun itu merupakan ekspresi atau luapan kemarahan. Jadi dengan dia mengambil seolah-olah dia sedang membalas dendam. Nah ini bukanlah kleptomania, jadi dibedakan dari kleptomania walaupun kategori ini pun bukan kategori pencuri biasa sebab pencuri biasa yang kita maksud adalah pencuri yang menjadikan itu sebagai profesinya untuk mendapatkan penghasilan atau mendapatkan nilai yang terkandung dalam barang itu. Tipe yang tadi saya sebut itu juga tidak mengambil karena nilainya besar atau ada kegunaannya seperti apa, juga tidak, tapi dibedakan dari kleptomania atas dasar motivasinya. Kalau yang tadi saya sebut itu dimotivasi oleh kemarahan, ingin melakukan sesuatu membalasnya, ada orang lain yang sedang marah harus berteriak atau ada orang yang harus pukul bantal atau apa, nah kategori yang tadi itu mencuri, kalau kleptomania lain lagi. Kleptomania tidak ada kaitan dengan emosi, tidak lagi marah mungkin saja dia lagi senang-senang, dengan teman-teman sedang bergurau tiba-tiba muncul dorongan mengambil dan langsung diambil seperti itu.
GS : Kalau yang tadi orang marah itu, Pak Paul, yang lalu mencuri, apakah barang yang dicuri itu barang dari orang yang dia marahi atau bukan ?

PG : Tidak, apa saja, jadi kalau misalnya kebetulan orang itu mempunyai toko bisa jadi ia akan mencuri di toko si pemilik yang membuat dia marah. Tapi ya tidak semua orang yang membuat kita marh punya toko atau mempunyai barang-barang yang bisa kita ambil.

Nah jadi memang tidak, mungkin sekali dia akan ke toko dan dia ambil barang itu. Nah apakah ini menjadi sebuah kebiasaan ? Tidak, jadi yang menjadi kebiasaan adalah yang kleptomania itu. Ya kita membicarakan kalau pencuri yang profesional itu lain lagi, memang mata pencahariannya dan cara dia untuk memenuhi kebutuhannya. Kalau kleptomania memang berlanjut jadi tidak berhenti, walaupun tadi saya singgung kadang-kadang setelah berjalan beberapa lama akan berhenti untuk sementara. Kalau yang mencuri karena kemarahan ya akan berhenti karena tidak selalu dia marah dan kedua tidak selalu waktu dia marah, dia mencuri, tidak ! Itu memang lebih insidentil dan bisa dipastikan berhenti.
GS : Pak Paul, orang yang kleptomania kalau dia mencuri apakah dia tidak mempunyai perasaan bersalah ?

PG : Nah menariknya, Pak Gunawan, orang ini tahu dia salah, ini bisa menyerang orang yang sangat sangat rohani, orang yang mempunyai hati nurani yang berjalan dengan baik dan itu bisa membuat da depresi berat, tertekan sekali, maka sebagian penderita kleptomania akhirnya dirundung oleh depresi.

Sangat sangat tidak bahagia hidupnya, dia mungkin malu berterus terang pada orang, dekat-dekat dengan orang, sama seperti orang yang menderita penyakit yang berbahaya dan menular. Dia tidak mau diketahui karena takut nanti orang menjauhkan diri darinya. Nah ini juga sama, sebab bayangkan saja kalau misalkan kita menderita gangguan kleptomania ini, kita bersama-sama dengan teman-teman pulang sekolah, ke toko atau apa, kita takut karena kita tahu tidak bisa mengontrol diri kita. Nanti kita ke toko dengan teman-teman, mereka sedang melihat-lihat terus kita tiba-tiba mau mengambil barang itu, misalkan kalau tertangkap bagaimana teman-teman mengetahuinya. Jadi akhirnya orang-orang ini sangat tertekan, menjauhkan diri dari pergaulan, akhirnya lebih senang menyendiri sebab jangan sampai nanti menyusahkan orang, membuat malu keluarga atau apa , jadi sebisa-bisanya membatasi relasi dengan orang dan kalau pun mempunyai teman baik bisa jadi dia susah untuk terbuka apa adanya, menjadikan relasi itu mendalam. Orang seperti ini sangat menderita, maka dikatakan sebagian dari mereka akhirnya hidupnya cukup depresif.
WL : Pak Paul, bisakah memberitahu ciri-ciri tertentu dari orang-orang seperti ini, karena agak repot ya, karena bisa menimpa juga orang-orang rohani. Nah kalau kasus-kasus di gereja beberapa kali terjadi, kita semua sibuk, ke sana ke mari mondar-mandir, menaruh tas sembarangan tanpa sadar, tahunya ada kasus kehilangan HP, kehilangan dompet dan sebagainya atau di kost ramai-ramai dua puluh orang, jadi kita waswas mau ke kamar mandi masakan harus sedikit-sedikit mengunci kamar, mengunci lemari dan ini dan itu, karena kita tidak mengetahui orangnya yang seperti apa begitu, Pak Paul.

PG : Dan betul-betul kita tidak bisa memprofilkan mereka, tidak bisa, karena datang dalam segala bentuk, hadir pada segala tipe orang. Tidak juga dipengaruhi oleh kerohanian, karena apa, dia megetahui dia salah, maka setelah dia mengambil biasanya ia merasa menyesal.

Nah sebagian dari mereka, penderita kleptomania, setelah mengambil berupaya memulangkan barang itu, karena ditegur oleh hati nuraninya, dia tahu dia salah, mungkin dia berdoa minta ampun kepada Tuhan, dia tahu Tuhan minta dia memulangkannya, jadi dia akan berusaha memulangkannya, sebagian dari mereka memang begitu, setelah mengambil akhirnya memulangkan barang yang diambilnya itu. Jadi tidak bisa diprofilkan, Ibu Wulan. Memang siapa saja bisa terkena.
GS : Berarti kalau dia misalnya ditangkap petugas keamanan atau polisi, polisi juga tidak bisa langsung melepaskan orang ini, Pak Paul ?

PG : Sebetulnya memang tindakannya adalah tindakan kriminal. Apakah bisa didakwa ? Saya yakin bisa, memang masuk delik pencurian, tapi sebaiknya orang yang menderita kleptomania ini direhabilitsi, bukan dipenjarakan sebab apa gunanya penjara untuk orang yang menderita gangguan seperti ini.

Yang lebih berguna saya kira adalah perawatan psikologis yang lebih intensif.
GS : Berarti ada sesuatu yang sebenarnya bisa kita lakukan kalau kita tahu bahwa ada teman kita atau bahkan orang terdekat kita yang menderita ini, Pak Paul.

PG : Ada, Pak Gunawan, saya akan bagikan beberapa. Yang pertama adalah kita harus melihat masalah kleptomania sebagai masalah penguasaan diri. Jadi seperti masalah-masalah yang sejenis dengan pnguasaan diri, apa yang harus dilakukan oleh penderita ? Langkah pertama, dia harus mengakui perbuatannya secara terbuka.

Segala hal atau segala masalah yang berkaitan dengan penguasaan diri akan lebih kuat dorongannya untuk terjadi jika masalah itu disembunyikan. Penyembunyian benar-benar memperparah, tapi pengakuan yang terbuka lebih melegakan dan lebih menutup peluang kita mengulang perbuatan yang sama. Jadi apa yang harus dilakukan, dia harus membicarakannya dengan terbuka, dia harus mengaku kepada orang atau kepada siapa sehingga masalah ini tidak lagi dia sembunyikan. Semakin disembunyikan, semakin menggerogoti dia dan bukankah dia semakin menderita pula ? Jadi langkah pertama adalah pengakuan secara terbuka.
WL : Pak Paul, apakah ada kasus-kasus mereka mau mengakui, karena ini adalah sesuatu yang memalukan sekali atau menunggu sampai ada kasus tertentu dimana dia tertangkap barulah pada saat itu dia mengakui, begitu Pak Paul ?

PG : Saya bisa mengerti sekali, Bu Wulan. Memang kalau kita menderita gangguan seperti ini, kita akan sangat malu sekali, saya bisa bayangkan, apalagi kalau misalnya orangtua kita tokoh masyaraat, tokoh gereja dan sebagainya, kita harus menjaga reputasi mereka, jadi memang menakutkan sekali.

Kita harus membuka diri kepada orang yang dapat kita percaya, yang integritasnya memang sungguh-sungguh ada. Kita masuk ke langkah kedua yaitu kita mesti membentuk sebuah tim. Tim ini terdiri dari siapa ? Siapa saja, teman, rohaniwan, kakak pembimbing kita atau siapa atau konselor kita, pendeta kita. Kita minta mereka dua tiga orang itu menjadi tim kita. Tim apa ? Tim pendukung yang bertemu dengan kita secara berkala, mendoakan kita secara teratur dan kita dalam pertemuan setiap minggu dengan mereka, kita melaporkan dengan jujur aktifitas kita, jadi benar-benar kita minta agar mereka bersedia mendampingi kita dalam pergumulan kita. Pergumulan artinya jatuh bangunnya, bukan kemenangan-kemenangan saja. Jadi kalau mereka menuntut harus menang, harus menang, jangan, harus meminta kelompok yang bersedia menerima dia kalau pun dia harus jatuh lagi. Misalkan apa lagi langkah konkretnya ? Dia ingin pergi ke toko dan ini di tempat terbuka, dia harus menelepon, memberitahu temannya, kelompok itu dan berkata, "Tolong doakan saya, saya akan pergi ke sana dan nanti setelah saya pulang tolong check saya, apakah saya mengambil barang dari situ". Benar-benar dengan serius, dengan kemauan yang besar meminta kelompok ini mendukungnya, mengecek, memantau dan memastikan dia tidak mengambil lagi.
WL : Pak Paul, apakah dengan langkah-langkah seperti ini benar-benar sungguh-sungguh menolong, benar-benar memangkas begitu ya ? Karena kalau saya dengar ini langkah-langkah memangkas perilakunya saja atau sebenarnya perlu ditolong, perlu ditelusuri apakah masa kecilnya pernah mengalami apa, begitu Pak Paul.

PG : Bisa jadi ada apa-apa yang terjadi di masa kecil, di mana dia ingin punya barang tidak bisa, dia mencuri, mencuri, mencuri. Bisa jadi ada itu dan kalau memang ada penyebabnya itu lebih gamang, kalau penyebabnya ditemukan dan dibereskan berarti selesai dengan lebih mudah.

Masalahnya dengan kleptomania adalah kita sampai sekarang belum tahu pasti apa penyebabnya, apakah ini dari lingkungan, apakah ini sesuatu dari dalam diri atau apa, sesuatu yang memang masih sangat samar, maka langkah pertama memang adalah memangkas atau mengontrol perilaku itu, sebab perilaku itu berbahaya bisa membawa dia masuk ke penjara atau berurusan dengan polisi. Jadi harus dijaga, perilakunya harus dihentikan. Langkah kedua adalah berhubungan dengan sesama, meminta teman-teman memberikan dukungan. Langkah yang berikutnya adalah dia harus mengakui ketidakmampuannya di hadapan Tuhan, jadi dengan masalah penguasaan diri kita memang harus benar-benar bersujud di hadapan Tuhan dan mengakui bahwa kita tidak bisa mengatasinya dan kita harus memanggil ini sebagai problem. Kenapa saya menekankan ini ? Ada dorongan dalam diri orang-orang ini juga untuk tidak mengakuinya, kadang-kadang daripada mengakuinya sebagai problem selalu ia akan berdalih, "Oh ini nanti akan bisa saya selesaikan sendiri, oh nanti bisa saya atasi, oh itu hanya kali itu saja nanti tidak lagi". Nah, kita tidak bisa bersandiwara dengan diri kita sendiri, tidak bisa kita meyakinkan diri bahwa ini bukan masalah. Tidak, kalau sudah terjadi sekali dua kali, ini sudah masalah dan berarti sudah lepas kendali. Orang yang menderita kleptomania harus mengatakan bahwa, "Saya mempunyai problem ini, ini masalah dan saya tak mempunyai kendali lagi". Maka datanglah pada Tuhan yang mempunyai kekuatan untuk bisa menolong kita, dia harus benar-benar datang kepada Tuhan dan bukan hanya datang mengakui, tapi dia harus dekat dengan Tuhan, karena tadi meskipun saya sudah singgung, mereka tahu itu salah tapi saya percaya kalau dia berjalan dekat dengan Tuhan, benar-benar mengalami kehadiran Tuhan menit demi menit terus-menerus, itu akan menolong dia, tidak sembarangan lagi berbuat dan mengambil barang orang.
GS : Mungkin selama ada yang mendampingi dia, termasuk kesadarannya bahwa Tuhan sedang mendampingi dia, dia akan berkurang mencurinya itu, Pak Paul.

PG : Betul sekali, jadi memang suatu latihan mental, mengingatkan diri bahwa Tuhan mendampingi, jadi memang itu langkah yang harus dia ambil, harus jalan dekat dengan Tuhan. Nah langkah yang beikutnya adalah sebagaimana kita tahu waktu Jusuf dicobai oleh istri Potifar dia lari, karena itu berkaitan dengan seks.

Seks adalah sesuatu yang susah dilawan, maka dia lari. Terus juga di Perjanjian Baru Paulus mengatakan hal yang sama, "larilah dari nafsu masa mudamu". Jadi untuk hal-hal yang memang terlalu besar dan bisa menguasai kita, Tuhan meminta lari, jangan coba lawan. Untuk orang yang menderita kleptomania, saya akan mengatakan hal yang sama. Kalau sudah mengakui ini problem terlalu besar untuk kita hadapi, minta Tuhan menolong kita dan kita harus lari dari pencobaan itu. Artinya apa ? Kalau kita mulai merasa sedikit saja keinginan itu, kita tidak boleh pikir apa-apa, letakkan barang-barang kita, kita harus keluar dari tempat itu, benar-benar angkat kaki ambil langkah seribu. Benar-benar tinggalkan, jangan pikir "Ah, nanti beli ini dulu, beli itu dulu". Oh jangan, langsung tinggalkan toko itu dan keluar dulu, tenangkan, atur napas, perlahan-lahan, keluarkan lagi, pulang ke rumah ! Nanti mau balik ke sana, jangan sendiri, minta seseorang mendampingi kita untuk ke sana. Jadi orang yang menderita kleptomania harus dari dirinya sendiri mau sembuh. Kalau tidak mau, tidak mempunyai kekuatan seperti itu, ya dia akan mudah kembali jatuh.
WL : Pak Paul, apakah ada kasus-kasus dimana penderita kleptomania sekaligus penderita narkoba. Tadi Pak Paul menyinggung ada kemiripan gejalanya. Kalau ada bagaimana penanganannya, pasti lebih parah atau bagaimana ?

PG : Kalau ada gangguan narkobanya, biasanya narkoba itu dulu yang diurus, karena narkoba itu akan mempengaruhi fungsinya dia, jadi dia akhirnya bisa lebih kuat untuk mengontrol dirinya. Kalau ia dikuasai oleh narkoba, dia makin lemah sehingga kehendaknya tidak kuat untuk bisa menahannya.

GS : Apakah ada Firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ?

PG : Saya akan bacakan dari Mazmur 3:6 di sini dikatakan, "Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab Tuhan menopang aku" nah ini perkataan dari Daud. Apa itu artinya ? Pnderita kleptomania harus mempertahankan kehidupan batiniah yang tentram, ini yang saya ingin tekankan.

Keresahan atau kecemasan memperbesar kemungkinan ia mengulangi perbuatannya. Jadi dia harus menjaga suhu emosinya, suhu jiwani, suhu batiniahnya, tidak boleh panas, tidak boleh tegang-tegang. Dia tegang, dia tidak bisa menguasai diri, kehilangan keseimbangan, dia mudah jatuh lagi, maka dia harus memelihara kehidupan batiniahnya, tentram, tenang, maka tadi saya tekankan sekali harus berjalan dekat dengan Tuhan. Ini adalah sumber kekuatannya.

GS : Terima kasih sekali Pak Paul untuk perbincangan ini, juga Ibu Wulan banyak terima kasih. Para pendengar sekalian, kami mengucapkan terima kasih, Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Memahami Kleptomania". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.


Ringkasan:

Istilah kleptomania berasal dari dua kata, klepto dan mania, di mana klepto berarti mencuri sedangkan mania bermakna sebuah kegemaran yang berlebihan. Di bawah ini dipaparkan beberapa hal tentang kleptomania:

  1. Kleptomania masuk dalam kategori gangguan penguasaan diri, di mana tatkala hasrat mencuri muncul, maka tidak ada kesanggupan pada penderitanya untuk mencegahnya. Penderita kleptomania tidak merencanakan pencurian, ia bertindak atas dorongan sesaat saja.

  2. Pencurian pada kleptomania dilakukan bukan karena kegunaan atau nilai yang terkandung pada benda curian. Biasanya barang curian itu diberikan kepada orang lain atau dibuang dan hanya dalam kasus tertentu, barang itu disimpan.

  3. Sesaat sebelum melakukan pencurian, si individu merasakan ketegangan dan keresahan, sesudah pencurian, ia akan merasa lega dan puas.

  4. Pencurian pada kleptomania dilakukan bukan sebagai ungkapan kemarahan dan balas dendam kepada pihak tertentu.

  5. Penderita kleptomania menyadari bahwa perbuatannya salah dan acap kali merasa tertekan dan sedih namun ia tidak bisa menguasai dirinya tatkala hasrat itu muncul.

Penyebab: Sampai hari ini belum diketahui penyebabnya secara pasti.

Penanganan

  1. Sebagaimana dengan masalah penguasaan diri lainnya, penderita kleptomania mesti mengakui perbuatannya secara terbuka. Segala sesuatu yang dirahasiakan akan memperkuat dorongan untuk melakukannya.

  2. Ia membutuhkan dorongan teman dan perlu membentuk tim pendukung; kepada merekalah ia mempertanggungjawabkan perbuatannya. Misalkan, sebelum ia pergi mengunjungi toko, ia harus menghubungi seorang teman dan memintanya mengecek setelah ia keluar dari toko.

  3. Ia harus mengakui ketidakmampuannya di hadapan Tuhan dan melihat masalah ini sebagai problem. Dengan kata lain, ia harus melawan keinginannya untuk menyangkali masalah. Ia mesti meminta pertolongan Tuhan setiap hari. Dengan kata lain, ia harus berjalan dengan Tuhan.

  4. Firman Tuhan berkata, "Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab Tuhan menopang aku!" (Mazmur 3:6) Dengan kata lain, penderita kleptomania harus mempertahankan kehidupan batiniah yang tenteram. Keresahan atau kecemasan memperbesar kemungkinan ia mengulangi perbuatannya.


Questions:

GS : Kita sering mendengar istilah kleptomania, Pak Paul, tetapi sebenarnya apa pengertian dari kleptomania itu, Pak Paul ?

GS : Itu dari bahasa apa, Pak Paul ?

GS : Apakah banyak orang yang mengidap penyakit itu sebetulnya ?

GS : Berarti orang itu sedang mengalami semacam sakit kejiwaan begitu, Pak Paul ?

GS : Itu sebetulnya ada dorongan apa dalam diri orang itu, Pak Paul ?

GS : Kalau yang tadi orang marah itu, Pak Paul, yang lalu mencuri, apakah barang yang dicuri itu barang dari orang yang dia marahi atau bukan ?

GS : Pak Paul, orang yang kleptomania kalau dia mencuri apakah dia tidak mempunyai perasaan bersalah ?

GS : Berarti kalau dia misalnya ditangkap petugas keamanan atau polisi, polisi juga tidak bisa langsung melepaskan orang ini, Pak Paul ?

GS : Berarti ada sesuatu yang sebenarnya bisa kita lakukan kalau kita tahu bahwa ada teman kita atau bahkan orang terdekat kita yang menderita ini, Pak Paul.

GS : Mungkin selama ada yang mendampingi dia, termasuk kesadarannya bahwa Tuhan sedang mendampingi dia, dia akan berkurang mencurinya itu, Pak Paul.

GS : Apakah ada Firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ?

GS : Terima kasih sekali Pak Paul untuk perbincangan ini, juga Ibu Wulan banyak terima kasih. Para pendengar sekalian, kami mengucapkan terima kasih, Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Memahami Kleptomania". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.