BETA
Jika Saya Menikah Nanti
Sumber: telaga
Id Topik: 450

Abstrak:

Bagi para muda-mudi atau mereka yang saat ini sedang mencari pasangan hidup atau sedang di dalam pergumulan untuk mendapatkan pasangan hidup, akan memperoleh gambaran yang jelas tentang bagaimana dan siapa pasangan hidup yang cocok dan dikehendaki oleh Tuhan. Dalam materi ini akan dibahas beberapa ciri yang akan menolong kita menentukan orang seperti apakah pendamping hidup kita nanti.

Transkrip:

Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Jika saya menikah nanti", kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.

Lengkap
GS : Pak Paul, perbincangan kita kali ini adalah kelanjutan dari perbincangan kita beberapa waktu yang lalu tentang mencari pasangan hidup. Nah, supaya para pendengar kita yang mungkin tidak sempat mengikuti pada kesempatan yang lalu bisa mengikuti perbincangan kita kali ini dengan baik, mungkin Pak Paul bisa secara singkat menguraikan tentang hal-hal yang sangat penting mengenai mencari pasangan hidup.

PG : Yang pertama adalah meskipun kita harus melibatkan Tuhan dalam proses pencarian pasangan hidup, namun kita harus berhati-hati jangan sampai kita menetapkan kriteria yang keliru atas nama Than.

Jadi berhati-hatilah dengan kata-kata seperti ini pimpinan Tuhan, ini kehendak Tuhan dan sebagainya. Pada dasarnya Tuhan memimpin kita melewati proses penggunaan akal sehat, penggunaan pertimbangan, penggunaan hikmat dalam melihat, kita cocok atau tidak cocok dengan orang yang kita kasihi itu. Berikutnya Tuhan meminta dengan sangat jelas bahwa kita menikah dengan sesama orang percaya dan kenapa kok harus sesama orang percaya, karena memang kehidupan kita adalah kehidupan yang sudah diperbaharui oleh Tuhan Yesus. Tujuan hidup kita juga jelas kita hidup untuk Tuhan Yesus, kalau kita menikah dengan yang tidak seiman otomatis tujuan-tujuan itu juga akan tidak sama. Jadi kira-kira itulah intisari yang telah kita bicarakan pada kesempatan yang lampau Pak Gunawan.
GS : Ya, dan sekarang kita mencoba untuk lebih riil membicarakan ini dengan membayangkan kalau seandainya saya menikah nanti orang seperti apa, person seperti apa yang akan menjadi pendamping hidup kita atau pasangan hidup kita. Itu bagaimana Pak Paul?.

PG : Ada enam yang bisa saya bagikan Pak Gunawan, yang pertama jika saya menikah nanti saya akan menikah dengan yang pertama orang yang dapat saya hormati, orang yang dalam bahasa Inggrisnya &qot;respectable" orang yang memang saya kagumi.

Kenapa saya kagumi, karena memang ada sifat karakteristik yang membuat saya angkat topi, salut dengan dia. Nah jadi jangan menikah dengan orang yang tidak kita kagumi, tidak ada satupun tentang dirinya yang membuat kita salut atau angkat topi. Nah pilihlah orang yang waktu kita mengenalnya kita angkat topi, makin mengenalnya makin angkat topi. Karena kita melihat sifat atau karakteristik yang benar-benar mengagumkan kita. Nah itu yang pertama Pak Gunawan.
GS : Ya, berarti hormat itu bukan sambil lalu kita lakukan penghormatan seperti itu, tetapi kekaguman atas sifatnya yang baik itu yang tidak kita jumpai pada orang lain mungkin.

PG : Betul, dan ini bukan hanya terjadi satu kali atau pada awal perkenalan, tetapi sesuatu yang memang menjadi bagian hidupnya sehingga kita melihat itu terus-menerus, berulang-ulang kali dan tulah yang menggugah kekaguman kita orang ini kok begini sabarnya, begini tolerannya dengan saya, orang ini begitu tegas, begitu berprinsip pada kebenaran dan sebagainya.

Jadi kekaguman seperti itulah yang harusnya ada, bukan aduh bulu matanya kok lentik, aduh matanya kok belok, atau besar. Itu keindahan-keindahan yang tidak kuat untuk menggugah kekaguman pada kalbu kita.
GS : Apakah ada ciri yang lain Pak Paul?

PG : Yang kedua adalah jika saya menikah nanti, saya akan menikah dengan orang yang dapat saya percaya, artinya orang ini jujur, terbuka. Kita tidak usah mereka-reka menebak-nebak apa yang sebearnya dia lakukan atau yang sebenarnya dia rencanakan, tidak usah kita reka orang ini jelas terlihat.

Dengan kata lain kita merasa aman karena kita bersama dengan seseorang yang dapat kita andalkan. Jadi prinsipnya adalah jangan menikah atau memilih orang yang tidak bisa kita percaya, setiap kali dia pergi kita memikirkan dia akan berbuat apa, setiap kali dia berkata-kata kepada kita, kita mencurigai dia, menyembunyikan apa dari kita. Nah kalau itu sudah menjadi relasi kita atau yang terjadi dalam relasi kita itu pertanda buruk, jadi percaya itu penting sekali, salah satu pilar dalam pernikahan.
GS : Nah apakah untuk mengetahui calon pasangan hidup kita itu pantas dipercaya atau tidak, apakah kita perlu melakukan suatu tes atau bagaimana Pak Paul?

PG : Sebetulnya tidak usah, jadi dengan berjalannya waktu dalam perjalanan berteman dengan dia kita akan bisa melihat apakah pembicaraannya konsisten/sama, apakah yang dia katakan itulah yang bnar.

Nah itu akan terlihat maka sekali lagi perlu waktu. Jangan menikah dengan seseorang yang baru kita kenal tiga hari atau tiga bulan. Lewati waktu yang lebih panjang agar kita bisa mengenalnya, orang ini layak dipercaya atau tidak.
GS : Tadi Pak Paul katakan setidaknya ada enam, ini baru dua yang lainnya apa Pak Paul?

PG : Yang ketiga adalah jika saya menikah, saya akan menikah dengan orang yang dapat saya kasihi. Artinya orang ini loveable bisa dan layak saya kasihi, kenapa kok bisa saya kasihi, orang ini mmang baik, menyenangkan kita, bukan hanya dia baik kepada kita tetapi orang ini menyenangkan, sehingga tidak bisa tidak dekat dia kita itu ingin menghujani dia dengan cinta-kasih, dengan hal-hal yang indah, dengan pengalaman-pengalaman yang positif.

Jadi kebalikannya adalah jangan memilih orang yang kita itu tidak senang berada dekat dia, bukannya menimbulkan rasa senang malah rasa tidak senang. Kita bukannya terpancing atau tergugah untuk melimpahkan dia dengan kemesraan dan hal-hal yang indah. Kita justru tidak peduli dia mendapatkan kemesraan atau kesenangan dari kita atau tidak. Nah kalau itu yang kita rasakan berarti itu pertanda ini bukan relasi yang baik, bukan orang yang cocok untuk kita. Nah jadi ini salah satu pertanda saya akan menikah dengan orang yang bisa saya kasihi, orang ini memang loveable orang yang menyenangkan.
GS : Pada hal Pak Paul untuk bisa merasakan itu sebenarnya kita sendiri harus bisa dihormati, harus bisa dipercaya dan harus bisa mengasihi orang lain Pak Paul?

PG : Tepat sekali rumus ini memang harus dua arah. Jadi bukan saja kita melihat pasangan kita seperti itu diapun mesti melihat kita seperti ini, kita ini bisa dipercaya, kita ini juga orang yan layak dikasihi.

Jadi ini dua arah semuanya Pak Gunawan. Nah yang keempat adalah jika saya menikah nanti saya akan menikah dengan orang yang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan, alias orang ini fleksibel. Dia bisa mengerti kita, memahami alam pikiran kita, bisa memahami perasaan kita, nah itu modal pertama. Modal kedua orang ini juga bisa dan bersedia mengubah dirinya menyesuaikan diri dengan keberadaan kita. Jadi kalau orang kebalikannya tidak mau berubah dan sangat kaku dan berkata kamu mau terima saya atau tidak terserah kamu, tapi saya orangnya seperti ini, di dalam setiap kasus selalu berkata begitu. Orang ini memang susah menyesuaikan diri dengan kita. Dan orang yang susah untuk menyesuaikan diri, bukanlah kandidat yang paling cocok untuk menikah karena pernikahan menuntut orang bersedia menyesuaikan diri.
GS : Mungkin yang sulit itu adalah menyesuaikan diri dengan lingkungannya Pak Paul, dengan lingkungan barunya nanti, biasanya dia akan kesulitan.

PG : Bisa jadi, kadang-kadang kita memang ditempatkan di dalam kondisi yang berbeda. Nah itu juga diperlukan kesediaan dan kebisaan untuk menyesuaikan diri kalau itu tidak bisa kita lakukan kit akan mengundang masalah masuk ke dalam rumah tangga kita.

GS : Ya dan dia harus siap-siap juga untuk menyesuaikan diri bahwa dia tidak lagi seperti waktu sebelum menikah Pak Paul ya?

PG : Ya jadi memang itu proses yang berlangsung terus-menerus.

GS : Ada ciri yang lain Pak Paul?

PG : Yang kelima adalah jika saya menikah nanti, saya akan menikah dengan orang yang telah siap mengakhiri hidup lajang. Maksudnya dia itu bersedia mengakhiri hal-hal yang biasa dia lakukan sebgai seorang lajang.

Dia siap menjadi suami atau istri seseorang, artinya dia siap dimiliki seseorang. Ada orang hanya mau menikah, tidak mau dimiliki, nah ini tidak benar karena pernikahan itu relasi yang eksklusif. Alkitab mengatakan bahwa suami, tubuhmu bukan milikmu lagi tapi milik istrimu. Istri tubuhmu bukan milikmu lagi tapi milik suamimu. Jadi Tuhan memang menegaskan dalam pernikahan terjadi penyatuan sehingga hak milik juga berpindah tangan. Suami menjadi bagian dan milik istri, istri menjadi bagian dan milik suami. Nah kalau kita tidak bersedia dimiliki oleh pasangan kita, diatur oleh pasangan kita, maka kita juga akan mengalami kesulitan dalam pernikahan.
GS : Ya itulah sebabnya kadang-kadang orang merasa tidak mau menikah karena merasa terikat Pak Paul?

PG : Betul sekali, dan kalau memang orang belum bersedia terikat, jangan menikah sebab pernikahan sebuah tali, ikatan, orang harus berada dalam bukan di luar tali ikatan itu.

GS : Dan yang terakhir Pak Paul, yang keenam?

PG: Saya akan menikah dengan orang yang telah siap berkeluarga artinya apa siap berkeluarga, siap menjadi ayah atau ibu, siap membagi hidup dengan pasangan kita dan anak-anak kita. Kadang-kadan kita mendengar kisah seperti ini Pak Gunawan, seorang ayah diminta mengantar anaknya ke rumah temannya, tidak mau, karena lebih baik menonton televisi di rumah.

Nah artinya orang itu belum siap berbagi hidup. Berbagi hidup artinya berbagi aktivitas, sehingga yang dia ingin lakukan kadang-kadang tidak bisa sepenuhnya dia lakukan, dia harus bagi itu dengan adanya kehadiran orang di rumah tangganya. Nah orang yang mau menikah seharusnyalah dia siap untuk berbagi hidup, dia menjadi ayah atau ibu bagi anak-anaknya.
GS : Dan rupanya siap berkeluarga ini juga bisa ditinjau dari faktor ekonomi segala macam Pak Paul?

PG : Bisa, kalau memang secara ekonomi memungkinkan itu berarti lampu hijau kita melanjutkannya ke jenjang pernikahan, kalau memang masih belum sebaiknya kita menantikan lagi, menunggu lagi.

GS : Ya dalam hal ini Pak Paul persetujuan orang tua itu dimana tempatnya?

PG : Persetujuan orang tua pada umumnya adalah petunjuk umum yang harus kita dengarkan, petunjuk yang perlu kita pertimbangkan dengan serius, sebab nomor satu orang tua mengenal kita dengan bai dibandingkan orang lain.

Jadi ada masukan-masukan yang bisa orang tua berikan yang orang lain tidak bisa berikan. Nah berikutnya orang tua pada umumnya berniat baik, tidak mau menjerumuskan anaknya ke kancah problem, maka ada kalanya kekhawatiran orang tua itu memang bisa sulit diterima oleh si anak, tapi sebaiknya diperhatikan mengapa karena memang pada dasarnya mereka berniat baik untuk kita. Lalu pada prinsipnya petunjuk orang tua sesuatu yang mau kita pertimbangkan dengan sangat serius. Namun yang saya katakan itu setelah kita dengarkan petunjuk orang tua kita juga perlu untuk mempertimbangkan kembali kriteria-kriteria yang tadi telah saya paparkan dan nanti juga akan saya paparkan, sehingga keduanya bisa klop dijadikan satu bahan pertimbangan.
GS : Jadi Pak Paul kalau kita sudah punya gambaran tentang siapa calon pasangan hidup kita Pak Paul, itu sebenarnya kriteria yang jelas di dalam menentukan pasangan hidup ini seperti apa Pak Paul?

PG : Ada lima Pak Gunawan dan akan saya bahas secara sekilas, yang pertama saya gunakan istilah faktor ibadah, apakah dia seiman; harus seiman, apakah dia memiliki kematangan rohani yang setara artinya berapa pentingnya Tuhan dalam kehidupannya.

Dia boleh berkata dia Kristen, tapi tidak peduli dengan Tuhan berarti memang tidak matang secara rohani. Berapa berminatnya dia pada hal-hal rohani, itu juga kriteria yang perlu kita perhatikan. Berapa relanya dia berkorban bagi Tuhan dan pekerjaan-Nya. Kalau dia tidak rela berkorban, perhitungan sekali dengan pekerjaan Tuhan berarti dia tidak memiliki kematangan rohani yang baik. Nah ini perlu kesetaraan kematangan rohani.
GS : Ya itu di dalam hal mengatur keuangan segala kalau kematangan rohani tidak seimbang ini bisa jadi masalah juga Pak Paul?

PG : Sangat bisa karena yang satu bersedia memberikan persembahan, yang satu tidak bersedia.

GS : Yang satu justru ingin berboros-boros, berfoya-foya.

PG : Atau itu yang terjadi.

GS: Pandangannya berbeda Pak Paul. Tetapi apakah ibadah itu menjadi satu-satunya kriteria di dalam pasangan hidup ini?

PG : Ternyata tidak Pak Gunawan. Kriteria yang kedua adalah faktor cinta, apakah dia mencintai saya atau hanya membutuhkan saya, bedakan keduanya. Mencintai untuk kepentingan kita, membutuhkan anya untuk kepentingan dia, apakah dia mencintai atau hanya membutuhkan saya.

Apakah dia mengutamakan kepentingan saya di atas kepentingan orang lain, sebab cinta diukur dari perbandingan kalau dia berkata dia mencintai kita, apakah kita paling penting dalam hidupnya sudah tentu di bawah Tuhan. Jadi faktor cinta ini penting sekali.
GS : Ini sering kali ditempatkan pada faktor yang seolah-olah paling menentukan Pak Paul, pokoknya ada cinta segala sesuatunya akan beres Pak Paul?

PG : Dan ternyata tidak benar, bukan satu-satunya. Ada yang lain lagi Pak Gunawan, misalkan faktor ketiga yakni respek yaitu apakah dia menghargai saya, ataukah dia hanya memanfaatkan atau memaai saya, jangan sampai relasinya relasi pemanfaatan.

Bukan, yang respek adalah yang menghargai saya, apakah dia mempertanyakan pertimbangan saya waktu saya mengemukakan pendapat dan sebagainya apakah dia mempertimbangkan ataukah dia justru mempertanyakan, meragukan terus-menerus pertimbangan kita. Kalau itu yang terjadi dia memang kurang menghargai kita, berikutnya apakah dia dapat menerima saya, diri saya apa adanya, keluarga saya apa adanya, teman-teman pergaulan saya bisa atau tidak dia terima, masa lalu saya bisa atau tidak dia terima, dan masa depan saya; saya mau menjadi apa bisa atau tidak dia terima, nah itu perlu kita perhatikan. Misalkan lagi seberapa jauhkah dia berani mengabaikan pikiran, pendapat atau perasaan saya, kalau dia menghargai, respek pada saya seharusnyalah dia tidak mengabaikan pikiran saya. Apakah dia mengagumi saya, sebab mengagumi adalah cikal bakal respek terhadap saya juga.
GS : Ini menyangkut rasa hormat Pak Paul ya? Rasa hormat terhadap calon pasangan kita itu.

PG : Betul, kalau menghormati berarti mempertimbangkan pendapat kita dan sebagainya.

GS : Faktor yang lain Pak Paul, yang harus dipertimbangkan?

PG : Faktor keempat adalah percaya. Apakah dia dapat mempercayai saya, ini perlu kita tanya. Misalkan dalam kesendirian tanpa kehadirannya, kalau dalam kesendirian tanpa kehadirannya membuat di mencurigai, cemburu pada kita berarti dia tidak percaya pada kita, sedangkan kita tidak berbuat apa-apa.

Apakah dia mempercayai saya dalam pengambilan keputusan, bisa atau tidak dia mempercayai pertimbangan kita atau apakah dia dapa mempercayai saya dalam hubungan dengan lawan jenis, bukan kita dicemburui terus-menerus tapi dia percaya kita bisa jaga diri dengan baik. Nah dalam faktor percaya juga termaktub apakah dia dapat mempercayakan rahasia dan kelemahan hidupnya kepada saya. Kalau dia menyembunyikan diri terus-menerus berarti dia tidak percaya pada saya.
GS : Di dalam kecemburuan itu sering kali orang mengatakan karena saya itu sangat mengasihi kamu maka saya itu cemburu kalau kamu itu dengan orang lain, bukan saya tidak percaya tetapi kecemburuan itu ada karena saya itu cinta kamu, bagaimana itu Pak Paul?

PG : Sudah tentu kita harus introspeksi diri, kalau kita memang mempunyai latar belakang gonta-ganti pacar, nah pacar kita akan lebih mudah mencemburui kita. Nah itu kita harus jaga, maka kalausekarang kita tidak lagi gonta-ganti pacar kita harus tunjukkan kepada pacar kita, bahwa kita ini eksklusif dengan dia, sungguh-sungguh tidak ada orang lain.

Atau kita memang terlalu mudah larut dalam pergaulan dengan lawan jenis, meski tidak ada apa-apa dalam hati kita tapi karena sekarang kita sudah berpacaran, berarti kita memang harus mengurangi intensitas relasi dengan lawan jenis. Karena memang itulah yang seharusnya kita lakukan. Tapi kalau kita melakukan semua itu terus pacar kita itu mencurigai, tidak percaya pada kita nah di situlah kita mesti mulai memikirkan ulang. Kenapa kok dia memiliki problem ini, berarti problemnya bukan hanya pada saya tapi pada dirinya yang tidak aman itu. Nah kita bisa bertanya kepadanya, apa yang harus saya lakukan untuk memberikan rasa aman itu kepadamu. Kalau dia tidak bisa memberikan jawaban atau jawabannya adalah kita harus seolah-olah memutuskan semua hubungan dengan orang termasuk lawan jenis kita, wah ini berarti memang masalah. Dia mempunyai problem dengan rasa percaya, sehingga nantinya dia tidak bergandengan tangan dengan kita, nantinya dia akan mengikat kita, membelenggu kita dan itu menjadi hal yang tidak sehat.
GS : Ya, kriteria yang kelima mungkin Pak Paul?

PG : Yang terakhir ini Pak Gunawan adalah keintiman, jadi pertanyaannya apakah dia tertarik kepada saya dan ingin berdekatan dengan saya. Jangan sampai kita merasa dia tidak tertarik, tidak suk dekat-dekat dengan saya, dan tidak mau menikmati saya.

Apakah dia dan saya dapat saling mendengarkan dan membagikan hidup. Nah ini keintiman emosional, bisa atau tidak dia mendengarkan, bisa atau tidak dia juga mengerti perasaan saya. Nah itu penting kita ketahui, berikutnya apakah dia dapat berkomunikasi dengan saya tanpa harus merasa frustrasi. Ini penting kalau komunikasi tidak bisa berjalan dengan baik sudah tentu tidak akan ada keintiman. Apakah dia dapat mengambil keputusan dengan saya, artinya kalau ada persoalan kita harus mengambil keputusan bersama, bisa atau tidak; kalau tidak bisa berarti kita akan sering bertengkar dengan dia. Nah kalau sering bertengkar berarti nilai hidupnya berbeda, pandangannya berbeda, dan kita belum memiliki keterampilan menyatukan perbedaan itu nah itu berarti tanda awas. Dan yang terakhir keintiman adalah apakah dia dapat menyentuh perasaan saya, apakah dia seperti batu yang tidak bisa menyentuh perasaan saya, kalau tidak bisa sama sekali memang berarti orang ini sulit untuk menjalin keintiman.
GS : Pak Paul sudah menyampaikan lima kriteria, nah di dalam hal kita menentukan pasangan hidup, kita itu rasanya sulit untuk mencapai kelima-limanya itu terpenuhi Pak Paul. Bagaimana kalau misalnya memang yang tiga terpenuhi, tapi yang dua tidak, bagaimana Pak Paul?

PG : Sebetulnya hal kelimanya harus ada Pak Gunawan, jangan sampai ada yang tidak ada. Misalkan kalau yang tidak ada misalkan respek, tidak bisa kita membangun pernikahan tanpa respek, misalkantidak ada ibadah yang sama, tidak bisa kita membangun pernikahan tanpa ibadah kepada Tuhan, tidak ada keintiman, apa yang akan tertinggal dalam pernikahan kita.

Jadi kelimanya memang harus ada, seolah-olah sukar tapi kalau kita bertemu dengan yang cocok nantinya kita kerja keras menemukan yang cocok itu, kita akan menemukan kelima hal ini. Sudah tentu ada yang kuat ada yang lemah. Nah itu perlu kita terima, toleran dan kita mencoba perbaiki.
GS : Ada orang yang sedang berpacaran, salah satunya itu sudah mengatur-atur Pak Paul, dia tidak menguasai katanya, cuma diatur karena ini memang tidak bisa kalau tidak diatur.

PG : Saya kira harus ada batasnya dalam pengaturan itu, artinya apakah pengaturan itu membuat pasangannya kehilangan diri sama sekali, kalau itu yang terjadi memang itu tidak sehat. Meskipun paangannya itu tidak keberatan dia kehilangan dirinya, namun itu tidak sehat karena takutnya suatu hari kelak dia akan berontak, sebab dia tidak bisa terus-menerus hidup sesuai dengan tuntutan atau harapan pasangannya.

Dia pun ingin hidup sesuai dengan keinginannya sendiri suatu hari kelak, nah hal-hal seperti itu menjadi hal-hal yang tidak sehat.
GS : Pak Paul, apakah di dalam hal ini ketika orang mulai mencari persamaan untuk menemukan kriteria ini, itu apakah mereka masih tetap menantikan pimpinan Tuhan?

PG : Harus Pak Gunawan, jadi saya kembalikan lagi kepada firman Tuhan yang Tuhan ucapkan sewaktu dia menciptakan istri bagi Adam, tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadkan penolong baginya yang sepadan dengan dia, artinya Tuhan terlibat aku akan menjadikan seorang penolong yang sepadan baginya.

Libatkan Tuhan, jangan takut libatkan Tuhan itu untuk kebaikan, Tuhan berbicara kepada kita melalui banyak cara, salah satunya orang yang kita kenal orang tua yang menyayangi kita dan sebagainya. Dengarkan masukan itu jangan sampai kita takut, sehingga menyembunyikan hubungan ini, mengisolasi relasi kita dari orang lain sehingga semua masukan kita tangkal. Nah relasi yang seperti itu tidak sehat karena apa, kita menutup pintu terhadap campur tangan Tuhan. Jadi buka pintu, biarkan Tuhan berbicara menuntun hidup kita melalui orang-orang dan peristiwa-peristiwa yang kita alami. Yang kedua yang saya mau tekankan adalah jujur, jujur artinya dengarkan hati yang terdalam. Kalau kita hidup dalam Tuhan, Tuhan akan berbicara lewat hati kita yang paling dalam bukan saja lewat orang atau peristiwa dari luar hidup kita. Kalau hati yang terdalam berkata ini tidak cocok, ini bukan untukmu, akui dengan jujur, dengarkan baik-baik. Berapa orang yang mengeraskan telinga, menutup telinga, tidak mau mendengar suara Tuhan dari dalam hatinya. Akhirnya harus menuai penyesalan setelah menikah.
GS : Ya, memang sering kali kita berkata cinta itu buta lalu juga buta terhadap pimpinan-pimpinan Tuhan ini, ini yang celaka Pak Paul.

PG : Betul.

GS : Jadi saya percaya perbincangan ini akan sangat menolong para muda-mudi atau mereka yang saat ini sedang mencari atau sedang mencari di dalam pergumulannya untuk mendapatkan pasangan hidup, tetapi kita percaya juga bahwa Tuhan pasti akan menolong dan memberkati mereka. Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan kali ini.

Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih bahwa anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Jika Saya Menikah Nanti". Bagi anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silahkan anda menghubungi kami lewat surat alamatkan surat anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami mngucapkan terima kasih atas perhatian anda sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.END_DATA


Ringkasan:

Jika saya menikah, saya akan menikah dengan:

  1. Orang yang dapat saya hormati (respectable), yaitu orang yang memiliki karakteristik yang kita kagumi. Berarti saya pun juga harus menjadi orang yang respectable.

  2. Orang yang dapat saya percaya (trustworthy), artinya orang ini jujur, terbuka. Prinsipnya adalah jangan menikah atau memilih orang yang tidak bisa kita percaya. Berarti saya pun juga harus menjadi orang yang trustworthy.

  3. Orang yang dapat saya kasihi (lovable). Berarti saya pun juga harus menjadi orang yang lovatable.

  4. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan (flexible). Berarti saya pun juga harus menjadi orang yang flexible.

  5. Orang yang telah siap mengakhiri hidup lajang. Berarti saya pun juga harus menjadi orang yang siap mengakhiri hidup lajang (siap menjadi suami/istri seseorang dimiliki seseorang).

  6. Orang yang telah siap berkeluarga. Berarti saya pun juga harus menjadi orang yang siap berkeluarga (siap menjadi ayah/ibu membagi hidup).

Kriteria Pasangan Hidup digolongkan dalam beberapa faktor, yaitu:

  1. Faktor IBADAH
    1. Apakah ia seiman?
    2. Apakah ia memiliki kematangan rohani yang setara?
      1. Berapa pentingnya Tuhan dalam kehidupannya?
      2. Berapa berminatnya ia pada hal-hal rohani?
      3. Berapa relanya ia berkorban bagi Tuhan dan pekerjaan-Nya?

  2. Faktor CINTA
    1. Apakah ia mencintai saya atau membutuhkan saya?
    2. Apakah ia mengutamakan kepentingan saya di atas kepentingan orang lain?

  3. Faktor RESPEK
    1. Apakah ia menghargai saya atau memanfaatkan/memakai saya?
    2. Apakah ia mempertanyakan pertimbangan?
    3. Apakah ia dapat menerima saya?
      1. diri saya
      2. keluarga saya
      3. teman pergaulan saya
      4. masa lalu saya
      5. masa depan saya
    4. Seberapa jauhkah ia berani mengabaikan pikiran, pendapat, perasaan saya?
    5. Apakah ia mengagumi saya?

  4. Faktor PERCAYA
    1. Apakah ia dapat mempercayai saya:
      1. dalam kesendirian tanpa kehadirannya
      2. dalam pengambilan keputusan
      3. dalam hubungan dengan lawan jenis
    2. Apakah ia dapat mempercayakan rahasia dan kelemahan hidupnya kepada saya?

  5. Faktor KEINTIMAN
    1. Apakah ia tertarik kepada saya dan ingin berdekatan dengan saya?
    2. Apakah ia dan saya dapat saling mendengarkan dan membagikan hidup?
    3. Apakah ia dapat berkomunikasi dengan saya tanpa harus frustasi?
    4. Apakah ia dapat mengambil keputusan dengan saya?
    5. Apakah ia dapat menyentuh perasaan saya?


Questions:

GS : Pak Paul, perbincangan kita kali ini adalah kelanjutan dari perbincangan kita beberapa waktu yang lalu tentang mencari pasangan hidup. Nah, supaya para pendengar kita yang mungkin tidak sempat mengikuti pada kesempatan yang lalu bisa mengikuti perbincangan kita kali ini dengan baik, mungkin Pak Paul bisa secara singkat menguraikan tentang hal-hal yang sangat penting mengenai mencari pasangan hidup.

GS : Ya, dan sekarang kita mencoba untuk lebih riil membicarakan ini dengan membayangkan kalau seandainya saya menikah nanti orang seperti apa, person seperti apa yang akan menjadi pendamping hidup kita atau pasangan hidup kita. Itu bagaimana Pak Paul?.

GS : Ya, berarti hormat itu bukan sambil lalu kita lakukan penghormatan seperti itu, tetapi kekaguman atas sifatnya yang baik itu yang tidak kita jumpai pada orang lain mungkin.

GS : Apakah ada ciri yang lain Pak Paul?

GS : Nah apakah untuk mengetahui calon pasangan hidup kita itu pantas dipercaya atau tidak, apakah kita perlu melakukan suatu tes atau bagaimana Pak Paul?

GS : Tadi Pak Paul katakan setidaknya ada enam, ini baru dua yang lainnya apa Pak Paul?

GS : Pada hal Pak Paul untuk bisa merasakan itu sebenarnya kita sendiri harus bisa dihormati, harus bisa dipercaya dan harus bisa mengasihi orang lain Pak Paul?

GS : Mungkin yang sulit itu adalah menyesuaikan diri dengan lingkungannya Pak Paul, dengan lingkungan barunya nanti, biasanya dia akan kesulitan.

GS : Ya dan dia harus siap-siap juga untuk menyesuaikan diri bahwa dia tidak lagi seperti waktu sebelum menikah Pak Paul ya?

GS : Ada ciri yang lain Pak Paul?

GS : Ya itulah sebabnya kadang-kadang orang merasa tidak mau menikah karena merasa terikat Pak Paul?

GS : Dan yang terakhir Pak Paul, yang keenam?

GS : Dan rupanya siap berkeluarga ini juga bisa ditinjau dari faktor ekonomi segala macam Pak Paul?

GS : Ya dalam hal ini Pak Paul persetujuan orang tua itu dimana tempatnya?

GS : Jadi Pak Paul kalau kita sudah punya gambaran tentang siapa calon pasangan hidup kita Pak Paul, itu sebenarnya kriteria yang jelas di dalam menentukan pasangan hidup ini seperti apa Pak Paul?

GS : Ya itu di dalam hal mengatur keuangan segala kalau kematangan rohani tidak seimbang ini bisa jadi masalah juga Pak Paul?

GS : Yang satu justru ingin berboros-boros, berfoya-foya.

GS: Pandangannya berbeda Pak Paul. Tetapi apakah ibadah itu menjadi satu-satunya kriteria di dalam pasangan hidup ini?

GS : Ini sering kali ditempatkan pada faktor yang seolah-olah paling menentukan Pak Paul, pokoknya ada cinta segala sesuatunya akan beres Pak Paul?

GS : Ini menyangkut rasa hormat Pak Paul ya? Rasa hormat terhadap calon pasangan kita itu.

GS : Faktor yang lain Pak Paul, yang harus dipertimbangkan?

GS : Di dalam kecemburuan itu sering kali orang mengatakan karena saya itu sangat mengasihi kamu maka saya itu cemburu kalau kamu itu dengan orang lain, bukan saya tidak percaya tetapi kecemburuan itu ada karena saya itu cinta kamu, bagaimana itu Pak Paul?

GS : Ya, kriteria yang kelima mungkin Pak Paul?

GS : Pak Paul sudah menyampaikan lima kriteria, nah di dalam hal kita menentukan pasangan hidup, kita itu rasanya sulit untuk mencapai kelima-limanya itu terpenuhi Pak Paul. Bagaimana kalau misalnya memang yang tiga terpenuhi, tapi yang dua tidak, bagaimana Pak Paul?

GS : Ada orang yang sedang berpacaran, salah satunya itu sudah mengatur-atur Pak Paul, dia tidak menguasai katanya, cuma diatur karena ini memang tidak bisa kalau tidak diatur.

GS : Pak Paul, apakah di dalam hal ini ketika orang mulai mencari persamaan untuk menemukan kriteria ini, itu apakah mereka masih tetap menantikan pimpinan Tuhan?

GS : Ya, memang sering kali kita berkata cinta itu buta lalu juga buta terhadap pimpinan-pimpinan Tuhan ini, ini yang celaka Pak Paul.

GS : Jadi saya percaya perbincangan ini akan sangat menolong para muda-mudi atau mereka yang saat ini sedang mencari atau sedang mencari di dalam pergumulannya untuk mendapatkan pasangan hidup, tetapi kita percaya juga bahwa Tuhan pasti akan menolong dan memberkati mereka. Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan kali ini.