BETA
Mengenal Kasih Berdasarkan 1 Korintus 13:1-13
Sumber: telaga
Id Topik: 352

Abstrak:

Kasih adalah karakteristik Allah yang paling utama, karena itulah Alkitab penuh dengan kata kasih. Begitu dalam dan luasnya kasih sehingga tidak ada kata-kata yang cukup untuk bisa menjadi wadah mengungkapkan secara tepat apa itu makna kasih.


Transkrip:

Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, bersama Ibu Esther Tjahja, S.Psi. dan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, beliau berdua adalah pakar konseling keluarga dan juga dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, akan menemani Anda dalam sebuah perbincangan yang pasti sangat menarik dan bermanfaat. Perbincangan kami kali ini akan dilandaskan pada suatu bagian Alkitab yang cukup terkenal dan penting yaitu dari 1 Korintus 13 dan topik pembicaraan kami, kami beri judul "Mengenal Kasih berdasarkan 1 Korintus 13". Kami percaya perbincangan ini akan sangat menarik. Dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.

Lengkap

PG : Banyak orang yang bertanya apakah kasih itu dan banyak juga orang yang telah berupaya untuk mendefinisikan kasih. Yang menarik, Pak Gunawan dan Ibu Esther, Alkitab penuh dengan kata kash, sebab kasih adalah karakteristik Allah yang paling utama dan ternyata tidak memberikan definisi kasih secara formal atau secara teoritis melalui kata-kata.

Yang ada di Alkitab adalah ungkapan kasih, wujud nyata kasih dan terutama kasih Allah kepada manusia. Kesimpulan ini menurut saya setidak-tidaknya ada dua gagasan, yang pertama adalah memang kasih itu harus diwujudnyatakan, yang penting adalah tindakannya bukan perkataannya. Tapi yang kedua yang juga sama pentingnya bahwa kasih itu terlalu luas untuk bisa ditangkap dengan kata-kata manusia yang sederhana. Jadi dapat saya katakan bahwa kasih itu lebih luas daripada perbendaharaan dan kemampuan nalar manusia itu sendiri, begitu dalam dan luasnya cinta, sehingga tidak ada kata-kata atau nalar yang cukup untuk bisa menjadi wadah mengungkapkan secara tepat apa makna kasih itu.
GS : Sesuatu yang sangat menarik memang dari 1 Korintus 13 ini yang bicara tentang kasih, tetapi pasti ada alasan tertentu kenapa rasul Paulus ketika menulis surat kepada jemaat di Korintus ini justru menuliskan tentang kasih ini, Pak Paul?

PG : Alasan yang paling penting adalah rasul Paulus sedang memberikan teguran kepada jemaat di Korintus. Mereka adalah jemaat yang menerima karunia besar dari Tuhan, karunia-karunia Roh Kudu, mereka gereja yang dinamis sekali.

Tapi Korintus adalah jemaat yang paling bermasalah, baik itu masalah doktrinal, masalah kurangnya moralitas, hubungan seksual di antara anggota keluarga dan sebagainya. Di tengah-tengah situasi yang kacau itu, rasul Paulus memberikan pengajarannya tentang penggunaan karunia dan pentingnya karunia Roh Kudus sehingga tidak disalahgunakan oleh mereka. Setelah dia memberikan pengajarannya barulah dia menekankan yang terpenting dari semua tetap adalah kasih, maka dia mengawali 1 Korintus 13 itu dengan pengantar "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku." Jadi di sinilah maksud pengajarannya yang begitu agung tentang kasih. Pak Gunawan dan Bu Esther, pada saat ini kita ingin menerapkan konsep kasih seperti yang ditulis oleh rasul Paulus ke dalam relasi pernikahan kita ini.
(1) GS : Tetapi di situ dengan panjang lebar rasul Paulus menguraikan tentang kasih. Tadi Pak Paul katakan, itu adalah sesuatu yang praktis bukan teoritis. Bagaimana itu bisa dikelompokkan supaya lebih sederhana untuk kita memahaminya?

PG : Kasih dapat kita kelompokkan dalam 2 golongan atau 2 kategori. Yang pertama adalah ternyata kasih itu mempunyai aspek mengekang diri, maka kita mendengar kata-kata seperti itu dari firmn Tuhan.

Kasih itu sabar, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan atau tidak kasar, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran, tidak menyimpan kesalahan orang lain, sabar menanggung segala sesuatu. Semua kata-kata yang digunakan bagi saya mengacu pada satu konsep yang serupa akarnya yaitu mengekang diri. Jadi kasih membuat manusia membatasi dirinya, sabar artinya apa? Sabar artinya kita ini tidak senang dengan sesuatu, reaksi yang alamiah adalah ingin menegur, ingin memarahi dan sebagainya. Tapi kasih membatasi tindakan kita yang seharusnya agresif menjadi tidak agresif. Tidak cemburu sama juga, tidak cemburu artinya seolah-olah kita mau menuntut sesuatu yang seharusnya menjadi milik kita, kita mau menguasai sesuatu yang baik, yang indah, yang menyenangkan buat kita. Tapi kasih berhasil membatasi diri sehingga kita tidak menguasai orang, jadi kasih mempunyai unsur mengekang diri.
GS : Mungkin Pak Paul bisa membantu saya karena agak terlintas di pikiran saya tentang cemburu ini tadi. Kita tahu bahwa Allah itu kasih dan Allah itu juga cemburu, nah itu bagaimana Pak Paul?

PG : Allah cemburu selalu harus dikaitkan dalam konteks penyembahan, bahwa hanya ada satu yang boleh kita sembah dalam hidup ini, yakni Allah. Dan Allah tidak akan menoleransi kalau kita menembah dewa-dewa atau illah-illah yang lainnya, nah dalam pengertian itulah Allah menuntut sepenuhnya penyembahan dari pihak kita sebagai manusia.

Jadi sangat berbeda sekali dengan konsep cemburu yang kita miliki.

ET : Pak Paul tadi mengatakan kalau kasih itu artinya mengekang diri kita, sepertinya merasa boleh marah tapi kita tidak marah, tapi bagaimana hal ini mau dikaitkan dengan katakanlah seperti dengan proses penegakan kebenaran? Misalkan jelas-jelas kita melihat orang yang kita kasihi jalannya tidak tepat, apa yang seharusnya kita lakukan kaitannya dengan kasih yang mengekang ini?

PG : Saya kira secara alamiah marah itu bisa timbul dan marah itu kita ungkapkan pula, namun saya kira ada perbedaan antara reaksi marah dan reaksi memarah-marahi untuk menekan atau melindasseseorang, menghukum seseorang, menghancurkan seseorang.

Jadi yang dimaksud oleh firman Tuhan bukannya manusia itu sama sekali tidak bisa marah, Tuhan pun pernah berkata silakan marah asal jangan membiarkan kemarahan itu tinggal di hati kita sampai matahari terbenam. Jadi reaksi marah secara natural itu tidak apa-apa, yang Tuhan minta di sini adalah jangan sampai kemarahan itu menggebu-gebu menghancurkan orang, kasihilah yang mengekang kita untuk melakukan hal seperti itu. Coba kita terapkan misalkan dalam kondisi rumah tangga kita, bukankah itu yang kadang-kadang terjadi, kita marah melihat istri kita atau suami kita melakukan ini lagi, mengulang lagi. Kita pasti marah, tapi kasih seharusnya menolong kita untuk mengekang diri, mau mengatakan yang kasar tidak jadi sehingga kita tidak menggunakan kata-kata yang kasar. Makanya kasih tidak melakukan hal yang tidak sopan atau tidak kasar, jadi kasih mengekang manusia untuk bertindak.
GS : Mungkin itulah yang dikatakan Paulus bahwa kasih itu juga tidak bersukacita karena ketidakadilan, jadi kalau melihat suatu ketidakadilan kita pun dengan kasih itu akan menegur ya Pak Paul?

PG : Tepat, jadi karena kita kasih justru waktu melihat ketidakadilan kita bereaksi, sudah tentu reaksinya bukan reaksi tenang-tenang tapi kita pasti marah. Sebab kita mau melihat kebenaranlh yang ditegakkan, keadilanlah yang akhirnya dijunjung.

Tapi sekali lagi sebagai contoh yang konkret karena melihat ketidakbenaran terjadi, bukannya berarti kita mempunyai hak untuk membalas misalnya kita akhirnya bertindak sendiri, menghabisi orang karena kita menganggap dia tidak lagi benar. Kasih mengekang itu semuanya, jadi dapat saya simpulkan di sini, Pak Gunawan dan Ibu Esther, kasih pada intinya mempunyai kerelaan untuk melepaskkan hak, itu yang Tuhan minta yaitu hak untuk marah, hak untuk kenikmatan, hak untuk diakui, hak untuk membalas. Kenapa saya simpulkan atau saya gunakan kata hak, sebab tidak bisa disangkal dalam rumah tangga, istilah hak adalah hal yang penting apalagi zaman sekarang. Di mana hubungan suami-istri lebih merupakan hubungan setara, egalitarian benar-benar hak itu menjadi hal yang penting bagi kita. Saya takut pernikahan Kristen dewasa ini sudah kehilangan makna ini, Pak Gunawan dan Ibu Esther, kehilangan makna kasih yang Tuhan ajarkan yaitu sebetulnya kasih yang melepaskan hak, tidak menggenggam hak keras-keras, ini hak saya untuk begini kamu jangan ganggu, ini hak saya untuk begitu jangan kamu halangi, hak saya untuk mengembangkan diri, kenapa saya harus berkorban demi kamu. Inilah hal-hal yang menghancurkan pernikahan dewasa ini sebab unsur kasih yang Tuhan minta sudah terhilang, tidak ada lagi pengekangan diri, tidak ada lagi kerelaan untuk melepaskan hak.
(2) GS : Tapi juga pada bagian yang lain di surat Korintus itu Paulus pernah mengatakan bahwa mengekang diri, mengendalikan diri, mendisiplin diri sendiri itu adalah suatu proses latihan seperti seorang atlet, jadi bagaimana kita melatih diri agar kita mampu mengekang diri?

PG : Susah sekali Pak Gunawan, sebab memang ini berlawanan dengan kodrat kita sebagai manusia. Kodrat kita sebagai manusia ingin mengekspresikan seoptimal mungkin diri kita, kita marah inginekspresikan secara optimal, kita punya barang ini kita ingin miliki sepenuhnya begitu.

Waktu kita tidak bisa melakukannya rasanya frustrasi, jadi memang sangat bertentangan dengan kodrat manusia. Jadi kalau Pak Gunawan bertanya bagaimana caranya, saya kira terus-meneruslah belajar, contoh yang paling mudah adalah melalui suatu perumpamaan. Ada orang berdoa, Tuhan berilah saya kesabaran sekarang, sekarangnya itu dibesarkan jadi dia sudah gagal meminta kesabaran. Dan Tuhan menjawab doa kita memberikan kesabaran dengan cara yang sangat menusiawi dan praktis, yaitu Tuhan tidak menurunkan kado dari sorga dibungkus dan diberikan nama kesabaran. Tuhan menjawab kita yang meminta kesabaran dengan menghadirkan situasi-situasi dalam hidup kita yang membuat kita cepat naik darah. Sebab dalam keadaan cepat naik darahlah yang sangat menjengkelkan kita, maka kita diberikan kesempatan untuk sabar. Bagaimana dengan yang lain juga sama, sabar menanggung segala sesuatu, tidak menyimpan kesalahan orang lain. Saya berani berkata Tuhan akan hadirkan kesalahan di sekitar kita, membuat kita sangat jengkel mau menyimpan kesalahan dan di situlah Tuhan menyuruh kita bergumul untuk melupakannya, jangan ingat-ingat kesalahan orang.

ET : Dan umumnya kita cenderung baru mampu melepaskan hak itu ketika memang sudah tidak ada pilihan, memang sudah berusaha tidak bisa mendapatkannya.

PG : Dan tidak terlalu salah, Bu Esther, sebab sering kali situasi seperti itulah yang diperlukan untuk benar-benar menelanjangi kita sehingga kita tidak berdaya. Dan dari situ mulailah kitaberangkat, mengembangkan aspek kesabaran dalam hidup kita.

Bukankah kita mungkin pernah mendengarkan kesaksian seseorang yang kaya raya, berkuasa luar biasa, kemudian musibah menghampirinya semua hilang habis dan dia bersaksi misalnya dulu saya sombong dan sebagainya sekarang tidak. Nah yang mengubah dia memang yang menjadi pemicunya adalah hilangnya semua kekuasaan itu, jadi dalam keadaan tidak berdaya, akhirnya dia harus berserah kepada Tuhan dan belajar lebih bersabar.
GS : Tadi Pak Paul mengatakan dikelompokkan dalam 2 kelompok dan kita baru membicarakan satu kelompok yaitu pengekangan diri, kelompok yang lain itu apa Pak Paul?

PG : Yang lainnya adalah kebalikan dari mengekang diri yaitu memberikan diri. Jadi ayat-ayat yang bisa kita kaitkan dengan aspek memberikan diri adalah firman Tuhan berkata kasih itu murah hti, kasih itu menutupi segala sesuatu atau terjemahan yang lainnya adalah kasih itu melindungi segala sesuatu, kasih itu percaya segala sesuatu, kasih itu mengharapkan segala sesuatu, jadi penuh pengharapan.

Satu hal mengekang diri, hal yang lain memberikan diri kepada orang lain. Saya kira semua orang dapat memberikan dirinya, tapi pertanyaannya adalah kepada siapa dan untuk siapa. Dengan kata lain kita memberikan diri secara selektif, bahkan dalam hubungan suami-istri kita juga harus memberikan diri kita. Kita murah hati kalau dia murah hati, kalau dia tidak murah hati kita juga tidak murah hati, dulu kita diizinkan sekarang tidak diizinkan, kita balas dia juga sekarang tidak kita izinkan, misalkan seperti itu hal-hal yang tidak boleh kita lakukan. Jadi murah hati adalah benar-benar kita harus keluar dari diri kita, melampaui diri kita yang sempit ini sehingga kita melebarkan, memperluas diri kita, sehingga akhirnya bisa memberikan diri kepada orang lain meskipun rasanya tidak ada keinginan.

ET : Dan berat, maksudnya saya juga membayangkan rasanya memang manusia mengasihi secara selektif. Karena rasanya di mata kita ada orang-orang yang katakanlah seperti tidak layak untuk dikashi.

Padahal kalau memang mau dipikir-pikir juga siapa kita bisa memilih yang layak dan tidak layak, tapi nyatanya itu yang berulang juga Pak Paul?

PG : Betul sekali, kecenderungan manusia mengasihi dengan selektif, karena cinta kita yang sangat berkondisi. Kondisinya adalah engkau menyenangkan hati saya, maka saya akan menyenangkan hatmu.

Engkau mengasihi saya engkau berbuat baik kepada saya, maka aku akan baik kepadamu dan mengasihimu, jadi kondisi. Tapi di sini Tuhan meminta kita keluar dari diri kita melampaui kemanusiawian kita sehingga bisa memberikan kepada orang, meskipun tidak mendapatkan yang kita inginkan.
GS : Beberapa waktu yang lalu kita bicara tentang macam-macam kasih di dalam bahasa Yunani, nah kalau kasih seperti ini apakah itu sudah sampai ke tingkat kasih agape, Pak Paul?

PG : Tepat sekali Pak Gunawan, jadi kasih yang memberikan diri bahkan tadi kasih yang mengekang diri adalah kasih agape, kasih yang memang tidak lagi bertumpu pada apa yang orang lain lakuka kepada kita.

Sekali lagi saya mau masukkan ini ke dalam konteks pernikahan. Saya melihat gejala di tengah-tengah kita makin banyak pernikahan Kristen yang bercerai atau berakhir dengan perceraian. Dan saya harus berkata bahwa saya tidak akan memahami semua penyebabnya dan saya tidak terburu-buru atau tergesa-gesa menghakimi orang yang bercerai, banyak hal yang saya tidak mengerti. Tapi kalau saya boleh berikan pengamatan saya, yang mulai terhilang dari pernikahan Kristen dewasa ini adalah unsur kasih agape. Yaitu unsur yang berkata bahwa aku senang bersamamu, apapun kondisimu sekarang ini. Apapun yang engkau lakukan yang tidak bisa memberiku kepuasan ya sudah, aku bisa terima. Nah itu yang saya kira terhilang secara nyata di dalam pernikahan Kristen.
GS : Padahal di dalam Kekristenan kasih itu sangat mendapatkan tekanan seperti yang Tuhan Yesus ditanyai hukum, jawabNya hukum kasih. Jadi itu bagaimana maksudnya Pak Paul?

PG : Sejak dari dulu kasih adalah "trade mark" atau merk orang-orang Kristen. Orang Kristen dari dulu dikenal sebagai orang yang penuh dengan kasih. Nah "trade mark" ini diwariskan dari satugenerasi ke generasi lainnya, sebab ini adalah perintah Tuhan.

Bagaimanakah orang tahu kita murid Tuhan yaitu dengan saling mengasihi. Tuhan adalah kasih, bahkan Tuhan berkata kasihilah musuhmu jangan kita membalasnya, kita diminta Tuhan mendoakan dan memberkati musuh kita. Hal-hal yang memang melawan akal manusia dan melawan kodrat kita sebagai manusia yang ingin membalas. Bagaimanakah mungkin bermurah hati kepada orang yang tidak baik atau tidak bermurah hati kepada kita. Tapi sekali lagi inilah ciri Tuhan yang paling utama.
GS : Tapi itu sering kali disalahgunakan bahkan oleh sebagian orang yang menganggap Kekristenan ini menjadi lemah.

PG : Dan ini kadang kala yang kita takuti dalam rumah tangga kita pula, bukan saja terhadap orang lain tapi terhadap istri atau suami kita juga sama. Kalau kita penuh kasih nanti kita dianggpnya pihak yang lemah, jadi kita akhirnya menggunakan sistem transaksi dalam pernikahan kita, kau beri satu aku berikan satu, istilahnya gigi ganti gigi, nyawa ganti nyawa, begitu.

GS : Kalau kita menampilkan kasih, bisa atau tidak orang terkesan kita itu kuat, Pak Paul?

PG : Bisa, jadi orang yang pertama-tama sabar dan tabah menanggung penderitaan tidak akan dikatakan dia lemah tapi akan dikatakan orang yang kuat. Contoh kasus, suami yang tidak setia kepadaistrinya, menyalahgunakan kepercayaan istrinya, menyia-nyiakan keluarganya tapi istrinya terus bertahan, membesarkan anak-anak juga mau menerima si suami.

Saya kira yang ada dalam hati si suami meskipun dia tidak kemukakan secara langsung pada si istri ialah rasa kagum, kagum bahwa istri saya begitu kuat. Dia tidak akan berkata istri saya begitu lemah, dia akan berkata istri saya begitu kuat sehingga meskipun saya sia-siakan dia tetap berdiri dengan teguh, nah itu adalah lambang kekuatan. Jadi justru sebetulnya meskipun tidak diakui, itulah kesan orang terhadap sesamanya yang berhasil tegar menghadapi penderitaan.

ET : Jadi sepertinya walaupun di mata manusia kelihatannya dia lemah karena melepaskan hak-hak itu tadi, tapi kalau mau dilihat mungkin sebenarnya dia akan kembali mendapatkan hak-hak yang dia lepaskan itu, Pak Paul?

PG : Tepat sekali, saya berikan contoh yang mudah sekali, kita mungkin masih bisa mengingat beberapa nama milioner. Misalkan kita masih bisa mengingat siapa nama Onassis tapi bukankah nama Oassis itu nama yang makin hari makin pudar.

Nama seperti John Paul Gheatty, kita mungkin masih ingat nama-nama seperti Howard Huge tapi nama-nama itu makin hari makin pudar. Tapi bukankah kita tetap sampai sekarang mengingat nama misalnya Ibunda Theresa yang memberikan hidupnya untuk melayani Tuhan di sudut-sudut kota yang kumuh di Calcuta, India. Bukankah yang kita sebut dengan hati bergetar dan bulu kuduk berdiri adalah orang-orang yang menunjukkan kasih yang luar biasa seperti ini. Dan kita tidak akan berkata Ibunda Theresa orang yang lemah, meskipun dia orang yang melepaskan haknya dan hidup di tengah-tengah orang yang miskin. Kita juga mungkin pernah membaca kisah seorang pastur Katolik yang ke Hawai melayani orang-orang yang menderita lepra atau kusta, yang akhirnya mati karena penyakit kusta juga. Kita tidak akan berkata orang-orang seperti ini orang yang lemah, orang yang melepaskan hak dan memberikan diri dengan begitu luar biasa, kita akan katakan mereka orang-orang yang sangat kuat. Justru dari sinilah muncul respek dan kekaguman, saya kira rumah tangga perlu dibangun di atas respek yang seperti ini. Respek bukannya karena pasangan kita menuntut hak dan bukan karena kita menuntut hak, bukan karena kita ini tegas dengan hak dan kewajiban kita. Rumah tangga yang didirikan seperti itu akan menjadi seperti rumah tangga yang kaku sekali, tidak ada lagi unsur-unsur kemanusiawian tapi kita akan bisa mendirikan keluarga yang kuat jika kita memiliki kekaguman terhadap hal-hal yang seperti ini. Kekuatan batiniah, kekuatan mengekang, melepaskan hak dan kekuatan memberikan diri melampaui yang diminta dan dipikirkan oleh manusia.

GS : Saya yakin sekali bahwa pada saat-saat seperti ini, sekarang ini orang-orang di sekeliling kita bahkan di dalam rumah tangga kita itu membutuhkan kasih yang nyata yang bukan cuma dibicarakan, didiskusikan tetapi dipraktekkan di dalam kehidupan nyata sehari-hari. Jadi terima kasih sekali, Pak Paul dan Ibu Esther, untuk perbincangan kali ini yang tentu akan menjadi berkat bagi semua pendengar kita. Saudara-saudara pendengar kami baru saja memperbincangkan bersama Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Mengenal Kasih berdasarkan 1 Korintus 13". Dan bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami ucapkan terima kasih dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.


Ringkasan:

Alkitab penuh kata kasih, sebab kasih adalah karakteristik Allah yang paling utama. Saya memberikan dua gagasan tentang kasih:

  1. Memang kasih itu harus diwujudnyatakan, yang penting adalah tindakannya bukan perkataannya.

  2. Kasih itu terlalu luas untuk bisa ditangkap dengan kata-kata manusia yang sederhana. Jadi dapat saya katakan bahwa kasih itu lebih luas dari pada perbendaharaan dan kemampuan nalar manusia itu sendiri, begitu dalam dan luasnya cinta sehingga tidak ada kata-kata atau nalar yang cukup untuk bisa menjadi wadah mengungkapkan secara tepat apa itu makna kasih.

1Korintus 13, "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku."

Kasih dapat kita kelompokkan dalam 2 golongan yaitu:

  1. Kasih itu mempunyai aspek mengekang diri. Mengekang diri maka kita mendengar kata-kata dari firman Tuhan. Kasih itu sabar, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan atau tidak kasar, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran, tidak menyimpan kesalahan orang lain, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih pada intinya mempunyai kerelaan untuk melepaskan hak itu yang Tuhan minta, hak untuk marah, hak untuk kenikmatan, hak untuk diakui, hak untuk membalas.

  2. Kasih itu memberikan diri. Firman Tuhan berkata kasih itu murah hati, kasih itu menutupi segala sesuatu atau terjemahan yang lainnya adalah kasih itu melindungi segala sesuatu, protect segala sesuatu. Kasih itu percaya segala sesuatu, kasih itu mengharapkan segala sesuatu, jadi penuh pengharapan.

Kasih yang memberi diri maupun kasih yang mengekang diri adalah kasih agape, kasih yang memang tidak lagi bertumpu pada apa yang orang lain lakukan kepada kita.


Questions:

GS : Sesuatu yang sangat menarik memang dari 1 Korintus 13 ini yang bicara tentang kasih, tetapi pasti ada alasan tertentu kenapa rasul Paulus ketika menulis surat kepada jemaat di Korintus ini justru menuliskan tentang kasih ini, Pak Paul?

GS : Mungkin Pak Paul bisa membantu saya karena agak terlintas di pikiran saya tentang cemburu ini tadi. Kita tahu bahwa Allah itu kasih dan Allah itu juga cemburu, nah itu bagaimana Pak Paul?

GS : Mungkin itulah yang dikatakan Paulus bahwa kasih itu juga tidak bersukacita karena ketidakadilan, jadi kalau melihat suatu ketidakadilan kita pun dengan kasih itu akan menegur ya Pak Paul?

GS : Tadi Pak Paul mengatakan dikelompokkan dalam 2 kelompok dan kita baru membicarakan satu kelompok yaitu pengekangan diri, kelompok yang lain itu apa Pak Paul?

GS : Beberapa waktu yang lalu kita bicara tentang macam-macam kasih di dalam bahasa Yunani, nah kalau kasih seperti ini apakah itu sudah sampai ke tingkat kasih agape, Pak Paul?

GS : Padahal di dalam Kekristenan kasih itu sangat mendapatkan tekanan seperti yang Tuhan Yesus ditanyai hukum, jawabNya hukum kasih. Jadi itu bagaimana maksudnya Pak Paul?

GS : Tapi itu sering kali disalahgunakan bahkan oleh sebagian orang yang menganggap Kekristenan ini menjadi lemah.

GS : Kalau kita menampilkan kasih, bisa atau tidak orang terkesan kita itu kuat, Pak Paul?

GS : Saya yakin sekali bahwa pada saat-saat seperti ini, sekarang ini orang-orang di sekeliling kita bahkan di dalam rumah tangga kita itu membutuhkan kasih yang nyata yang bukan cuma dibicarakan, didiskusikan tetapi dipraktekkan di dalam kehidupan nyata sehari-hari. Jadi terima kasih sekali, Pak Paul dan Ibu Esther, untuk perbincangan kali ini yang tentu akan menjadi berkat bagi semua pendengar kita. Saudara-saudara pendengar kami baru saja memperbincangkan bersama Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Mengenal Kasih berdasarkan 1 Korintus 13". Dan bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami ucapkan terima kasih dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.