BETA
Yonatan Potret Pria Bijak
Sumber: telaga
Id Topik: 320

Abstrak:

Yonatan mewakili karakteristik seorang pria yang bijak. Seorang pria yang bijak adalah dia bersahabat hanya dengan sesama pria, dia adalah seorang yang membela kebenaran dan dia juga adalah seorang yang lepas dari ambisi pribadi dan dia juga adalah seorang yang setia.

Transkrip:

Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang Yonatan: potret pria bijak. Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.

Lengkap
(1) GS : Pak Paul, sering kali kita mengenal Yonatan hanya sebatas sahabat Daud, karena mereka berteman baik sekali dan sering kali dipakai sebagai contoh persahabatan Yonatan, anak raja Saul itu. Kalau Pak Paul mengangkat atau menempatkan Yonatan sebagai contoh atau figur pria yang bijak itu, alasannya apa Pak Paul?

PG : Pertama memang cukup banyak data tentang Yonatan, sehingga kita bisa simpulkan kehidupannya dengan cukup tepat. Kedua dapat dikatakan, dari awal hingga akhir kehidupannya tidak ada cacat stupun yang bisa ditemukan pada Yonatan.

Menarik sekali kisah tentang Yonatan ini, Pak Gunawan, karena dia mempunyai karakteristik yang begitu indah tapi hidupnya tidaklah berumur panjang, namun dari hidup yang pendek ini kita bisa belajar terutama yang berguna bagi kita sebagai pria-pria Kristen.
GS : Contohnya seperti apa Pak Paul ?

PG : Ada 4 karakter yang bisa kita pelajari dari kehidupan Yonatan, yang pertama adalah di 1 Samuel 18:1 dikatakan "Ketika Daud habis berbicara dengan Saul berpadulah jiwa Yonaan dengan jiwa Daud dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri."

Yonatan adalah sahabat Daud, jadi karakteristik pertama tentang seorang pria yang bijak adalah dia bersahabat dengan sesama pria. Nah apalagi kita yang sudah beristri ini Pak Gunawan, penting sekali kita menjunjung tinggi prinsip ini, boleh tidak berteman dengan wanita, boleh tapi jangan dekat. Bertemanlah dekat hanya dengan sesama pria, nah kita tahu bahayanya kebanyakan perselingkuhan diawali dengan persahabatan. Jadi biasanya pria itu bercerita masalahnya kepada teman wanitanya, dimulai dengan cerita-cerita masalahnya, lama-lama dia merasakan dimengerti sepenuhnya oleh si wanita itu, akhirnya dia sangat membutuhkan si wanita itu dalam kehidupannya. Kalau ada apa-apa yang langsung terpikir, yang dicarinya adalah si wanita itu dan akhirnya mulailah keterlibatan emosional di antara mereka berdua. Jadi sebagai pria Kristen, saya kira yang lebih baik adalah kita menjadikan sesama pria sebagai sahabat kita dan jangan jadikan wanita lain sebagai sahabat kita.
GS : Biasanya begini Pak Paul, sebelum menikah kita punya sahabat-sahabat pria yang cukup dekat, namanya sahabat cukup lama dibina tetapi setelah menikah biasanya hubungan itu menjadi renggang dan tidak lagi menjadi sahabat, ya cuma sekadar pertemanan biasa saja itu bagaimana, Pak Paul?

PG : Memang ada perubahan yang akan terjadi setelah kita menikah, karena tidak bisa tidak pernikahan itu menuntut konsentrasi dan energi kita sepenuhnya. Oleh karena itu tidak bisa tidak, akan da perbedaan dalam persahabatan namun secara berkala kita masih bisa bertemu dengan teman-teman pria kita, misalnya bermain tenis atau bermain basket, atau ngobrol-ngobrol di telepon atau nanti kita dengan istri dan teman kita dengan istrinya bisa pergi bersama.

Dengan kata lain meskipun frekwensinya berkurang, tapi kadar persahabatan itu tetap bisa dipelihara. Misalkan di gereja, kita berteman dengan satu dua orang dan kita bisa misalnya mulai pergi bersama-sama dengan pasangan kita atau secara teratur kita sekali-sekali pergi makan siang atau makan pagi dengan dia dan bisa ngobrol-ngobrol. Waktu saya di Seminari, saya masih ingat guru saya seorang psikolog bercerita setiap minggu sekali dia makan pagi bersama dengan 2 temannya. Nah salah seorang temannya seorang pengusaha, teman yang lain adalah seorang pendeta, jadi mereka bertiga akan makan pagi pada hari yang sama untuk berdoa dan juga untuk saling cerita. Nah guru saya itu cerita bahwa saya itu seorang psikolog dan adakalanya diapun bisa tertarik kepada lawan jenisnya, pada kliennya. Nah pada waktu itu terjadi, dia akan berkata pada dua temannya itu, saya mulai tertarik dengan klien saya ini, saya minta minggu depan engkau berdua menanyai saya, sebab saya harus mempertanggungjawabkan perbuatan saya kepada orang lain. Dengan perkataan lain, pria yang mempunyai tempat untuk bertanggung jawab, cenderung berhati-hati dengan tindakannya, sedangkan pria yang tidak punya teman tidak ada tempat untuk dia bertanggung jawab kepada orang lain dan bisa-bisa dia bebas dan cenderung liar dalam perbuatannya.
GS : Memang ada kekhawatiran dari pihak suami terhadap istrinya, kalau misalnya tadi itu makan pagi bersama, pergi bersama nah mengatasinya itu bagaimana, Pak Paul?

PG : Sebetulnya kalau si istri tahu bahwa si suami itu pergi dengan teman prianya dan ini adalah teman-teman yang baik bagi suaminya, seharusnya istri tidak akan berkeberatan sebab yang istri mu adalah suaminya itu berjalan dalam rel yang benar.

Jadi seharusnya tidak ada masalah di situ.
GS : Hanya perlu komunikasi dan pengertian yang benar ya, Pak Paul. Selain sikap bersahabat dengan sesama pria dan memang kita kenal Yonatan sebagai sahabat Daud dan itu terbukti dengan tindakannya. Apakah ada ciri lain?

PG : Di 1 Samuel 16:4-5 tertulis: Lalu Yonatan mengatakan tentang yang baik kepada Saul ayahnya, katanya: "Janganlah raja berbuat dosa pada hambanya sebab dia tidak berbuat dos terhadapmu.

Bukankah apa yang diperbuatnya sangat baik bagimu, ia telah mempertaruhkan nyawanya dan telah mengalahkan orang Filistin itu dan Tuhan telah memberikan kemenangan yang besar kepada seluruh Israel, engkau sudah melihatnya dan bersukacita karenanya. Mengapa engkau hendak berbuat dosa terhadap darah orang yang tidak bersalah dengan membunuh Daud tanpa alasan." Nah di sini kita melihat karakter yang kedua adalah Yonatan membela yang benar meskipun dalam hal ini dia harus melawan ayahnya sendiri. Ayahnya seorang raja yang sangat berkuasa dan cenderung memang semena-mena, tapi Yonatan tahu jelas bahwa Daud di pihak yang benar, untuk itu dia rela membela Daud. Dan kalau kita baca lebih lanjut lagi, kita akan bisa mengetahui pula bahwa Yonatan meresikokan hidupnya sendiri. Dalam kemarahan ayahnya, Saul hampir membunuh Yonatan, jadi dengan perkataan lain sebagai pria Kristen, sebagai suami Kristen kita dipanggil Tuhan untuk membengkokkan yang benar atau menutupi yang salah, tidak. Nah ini saya kira juga dapat diterapkan dalam hubungan suami istri, kalau memang istri salah ya tetap salah, kalau benar ya benar. Jadi kita memang perlu menjaga jangan sampai melebih-lebihkan hal itu tapi kita perlu objektif, sama seperti yang lalu kita berbicara tentang Abigail sebagai wanita yang bijak.
GS : Yang sebenarnya posisi Yonatan pada waktu itu sulit juga ya Pak Paul, karena Saul adalah ayahnya yang dihormatinya dan dikasihinya, tetapi seperti tadi Pak Paul katakan objektifitas itu penting. Jadi kalau beberapa waktu yang lalu kita bicara tentang istri yang bijak, objektifitas itu penting bagi suami, juga tidak kalah pentingnya untuk bersifat objektif itu.

PG : Tepat sekali, sebab pada akhirnya ya Pak Gunawan, saya perhatikan bahwa yang kita hormati bukanlah orang yang membela kita, yang lebih kita hormati adalah orang yang membela kebenaran. Mesipun waktu kita tidak dibela pada waktu kita salah, sesungguhnya dalam hati kita angkat topi.

Karena dia membela yang benar dan dia tidak hanya membela saya karena saya istrinya atau suaminya. Nah, jadi saya kira tepatlah yang Tuhan minta dan inilah yang dilakukan oleh Yonatan, dia tetap membela yang benar, meskipun dalam hal ini, tadi Pak Gunawan katakan, dia dalam posisi yang sangat sulit. Melawan ayahnya sendiri, tapi karena sahabatnya berdiri pada pihak yang benar maka dia harus membelanya. Ini kadang-kadang terjadi dalam hubungan suami istri dengan mertua, Pak Gunawan, misalkan seorang suami berada di tengah-tengah antara istrinya dan orang tuanya. Nah mana yang harus dia bela, nasihat firman Tuhan jelas sekali dia membela yang benar, yang benar siapa pada saat itu. Kalau yang benar saat itu adalah istrinya, dia harus membela istrinya meskipun melawan orang tuanya sendiri. Tapi kalau saat itu yang benar adalah orang tuanya, dia juga harus mengatakan kepada istrinya, engkau yang salah.
GS : Meskipun ada sifat lain, karakter lain yang tadi Pak Paul katakan, cukup banyak bisa ditemui dalam diri Yonatan sehingga diangkat sebagai potret pria yang bijak?

PG : Yang berikutnya adalah saya ambil dari 1 Samuel 20:30-31, "Lalu bangkitlah amarah Saul kepada Yonatan katanya kepadanya: "Anak sundal yang kurang ajar, bukankah aku tau bahwa engkau telah memilih anak Isai dan itu noda bagi kau sendiri dan bagi perut ibumu.

Sebab sesungguhnya selama anak Isai itu hidup di muka bumi engkau dan kerajaanmu tidak akan kokoh dan sekarang suruhlah orang memanggil dan membawa dia kepadaku, sebab ia harus mati." Di sini kita membaca kemarahan Saul kepada anaknya Yonatan, kenapa engkau membela Daud, nah di sini Saul membuka isi hatinya bukankah engkau itu putra mahkota dan sekarang mahkota ini diambil untuk diserahkan kepada Daud, kenapa engkau malah membela Daud, kenapa engkau tidak menghiraukan mahkota itu. Ciri ketiga atau karakteristik ketiga dari Yonatan yang indah adalah dia seorang yang lepas dari ambisi pribadi. Bagi dia yang penting adalah dia tahu Tuhan menghendaki apa dalam hidupnya. Dia tahu Daud adalah orang yang sudah Tuhan urapi maka sudah selesai masalahnya, dia tidak perlu lagi memperdebatkan hal itu untuk mempertanyakan keabsahan pengurapan Tuhan atau Daud, bukannya dia tidak bisa lagi dan dia tidak perlu lagi memperbesar masalah itu. Yang menarik di sini adalah, Pak Gunawan, Yonatan seorang yang baik, namun Tuhan tidak memilihnya, itu yang tidak kita mengerti meskipun dia seorang yang begitu baik memang Tuhan dalam rencananya tidak memilih Yonatan. Seharusnya memang misalkan Saul itu jahat, ya bisa digantikan oleh putranya, tapi Tuhan memilih Daud dari keturunan orang yang lain. Saya kira Tuhan memang punya rencana dan kita tahu rencana Tuhan adalah dari Daud akan muncul Juru Selamat yaitu Tuhan Yesus yang kita kenal itu. Namun sekali lagi kita kembali ke Yonatan, di sini karakteristik yang indah adalah dia seorang yang lepas dari ambisi pribadi. Ini sukar untuk ditekan di kalangan pria, Pak Gunawan, pria pada umumnya memang mudah terbakar oleh ambisi pribadinya.
GS : Apalagi di dalam situasi seperti sekarang ini, di mana orang didorong justru untuk menumbuhkan ambisi pribadinya, Pak Paul.

PG : Tepat sekali dan apalagi kalau dia merasa bisa menggapai yang diinginkan itu dengan begitu mudahnya, kenapa harus dia lepaskan. Nah Yonatan hanya satu jengkal dari tahta kerajaannya, namundia lepaskan dan tidak pernah meributkan hal itu.

Karena dia mengetahui ini bukan bagiannya, Tuhan tidak memberikan ini untuk dia dan dia menerima itu. Sebagai pria Kristen kita harus belajar dari Yonatan, terimalah yang Tuhan berikan, jangan kita tidak terima dan mau membesar-besarkan diri. Banyak pria yang akhirnya terjerumus dalam dosa penipuan dan sebagainya karena ingin besar terlalu cepat dan tidak menerima porsi yang Tuhan tetapkan baginya.
GS : Mungkin yang belum terlalu jelas buat saya, darimana Yonatan memiliki sikap-sikap yang positif seperti itu. Kalau kita lihat, orang tuanya Saul itu tidak memberikan teladan yang baik buat anaknya.

PG : Ini pertanyaan yang bagus sekali Pak Gunawan, tidak bisa diketahui secara pasti dari mana Yonatan belajar sifat-sifat yang baik itu sebab ayahnya seorang yang memang tidak baik. Tapi kalaukita baca baik di kitab 1 Samuel, 2 Samuel, 1 Tawarikh dan juga 1 Raja-raja dan 2 Raja-raja kita akan menyaksikan bahwa raja yang sangat jahat, anaknya sangat baik.

Dan ada raja yang sangat baik, anaknya sangat jahat, itu benar-benar suatu rahasia yang tidak diketahui, suatu misteri yang tidak kita ketahui. Kenapa dari raja yang baik bisa muncul anak yang jahat, dan kenapa dari raja yang jahat bisa muncul anak yang sangat baik.
GS : Mungkin ada karakter lain yang Pak Paul mau sebutkan, yang bisa ditemukan di dalam Alkitab tentang segi yang positif di dalam diri Yonatan?

PG : Saya akan bacakan dari kitab 1 Samuel 31:1-2 "Sementara itu orang Filistin berperang melawan orang Israel, orang-orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin da banyak yang mati terbunuh di pegunungan Gilboa.

Orang Filistin terus mengejar Saul dan menewaskan Yonatan, Abinadab, dan Malkisua, anak-anak Saul." Pak Gunawan, ciri terakhir, karakteristik terakhir yang kita bisa petik dari kehidupan Yonatan adalah dia seorang yang setia. Meskipun ayahnya mempunyai banyak kelemahan tapi waktu ayahnya berperang membela orang Israel, karena ini memang perang melawan bangsa Filistin yang tidak baik, yang tidak ramah terhadap Israel, Yonatan berada di samping ayahnya. Dia tidak berkata: "Engkau ayah yang tidak baik, engkau ayah yang penuh kelemahan, ya sudah sekarang engkau tanggung sendiri", o....tidak, jadi cirinya adalah setia, Pak Gunawan. Saya kira dewasa ini ciri atau karakteristik setia menjadi karakteristik yang sangat penting karena mulai langka, Pak Gunawan. Bukankah kalau kita ini sebagai suami mulai melihat ketuaan istri kita, penurunan fisiknya tidak terlalu menarik seperti dulu lagi, akhirnya kita tidak setia. Banyak dari kita mencari yang lain dan yang lebih menarik mata kita dan hati kita. Tidak demikian dengan Yonatan, meskipun ayahnya mempunyai kelemahan-kelemahan tapi tetap dia setia tidak meninggalkan ayahnya, dia mati di samping ayahnya sendiri.
GS : Ciri setia itu, saya rasa yang terus-menerus ditekankan oleh Tuhan Yesus terhadap umatNya, tetapi kita mempunyai Roh Kudus di dalam diri kita yang bisa membantu merubah kehidupan kita yang tidak setia ini menjadi setia. Masalahnya sekarang adalah bagaimana kesetiaan itu bisa kita wujudkan dalam kehidupan suami istri?

PG : Kesetiaan itu sebetulnya merupakan sebuah pilihan yang tidak muncul dengan mendadak dan tidak kita rasakan secara perasaan. Kesetiaan adalah sebuah komitmen, sebuah tekad. Saya masih ingatsekali perkataan dari seorang psikolog Kristen, Dr.

James Dobson. Dia pernah berkata mungkin orang akan mengira saya ini terlalu berlebihan mengatakan hal ini, tapi saya berkata kepada saudara-saudara sekalian, saya tidak akan berzinah. Memang saya tidak bisa memastikan masa depan saya, tapi dia mengatakan, "Saya sudah membuat tekad bahwa saya tidak mau mengkhianati istri saya". Saya kira itu harus menjadi tekad kita semua sebagai seorang pria dan suami Kristen, mempunyai tekad bahwa tidak ada kosa kata berkhianat, tidak ada istilahnya berhubungan dengan wanita lain, tekad itu harus kita jaga. Jadi bukannya kita ini takabur memastikan masa depan kita, tetapi kita tahu kelemahan kita yang bisa jatuh ke dalam dosa namun kita mempunyai tekad itu. Dan yang kedua adalah untuk bisa setia orang harus bijaksana, caranya adalah yang tadi itu, kita bersahabat dengan sesama jenis, jangan bersahabat dengan lawan jenis. Atau kita tidak menempatkan diri kita di situasi di mana akhirnya kita mudah jatuh ke dalam pencobaan, jangan tinggal di hotel, atau kita bawa orang lain atau teman kita yang sesama jenis sehingga kita tidak jatuh ke dalam pencobaan. Jadi kita harus bijaksana karena kita tahu bahwa dosa ada dalam tubuh kita dan kita mudah untuk terseret kembali.
GS : Banyak orang berdalih, nanti bila saya setia, pasangan saya tidak setia, dia merasa dirugikan jadi sikap seperti itu sebenarnya bagaimana?

PG : Kalau sampai seseorang mempunyai sikap seperti itu, yang sudah terjadi dalam pernikahan itu adalah merosotnya rasa percaya. Jadi suami istri perlu mempunyai rasa percaya dan rasa percaya tdak datang dari langit, harus diberikan, harus dibuktikan oleh pasangannya.

Jadi seorang suami yang ingin dipercaya harus membuktikan dirinya sebagai orang yang layak dipercaya. Istri yang ingin dipercaya perlu membuktikan dirinya bahwa diapun patut dipercayai oleh suaminya. Jadi setelah ada rasa percaya itu barulah kita tidak akan berpikir seperti tadi, "kalau saya setia dia tidak setia, jadinya saya rugi". Nah sebetulnya kita tidak perlu berpikir seperti itu, sebab kita setia terutama kepada Tuhan, itu adalah Hakim Agung kita. Kita memang setia dalam prakteknya dengan istri namun sesungguhnya yang nomor satu yang paling penting adalah kita setia kepada Tuhan. Kita tidak mau berdosa kepada Tuhan dan rasa takut berdosa itulah seharusnya yang mendorong kita untuk lebih berhati-hati.
GS : Jadi rasa atau komitmen atau tekad untuk setia itu harus dipupuk terus-menerus di dalam kehidupan ini, karena tatkala kita lengah sedikit kita bisa dengan mudah mengkhianati kesetiaan kita sendiri.

PG : Betul, dan kalau kita tidak memelihara hubungan yang dekat dengan Tuhan kita akan lebih mudah terseret ke dalam perzinahan. Sebagai suami Kristen kita perlu menjaga hubungan yang sangat inim dengan Tuhan kita, kalau tidak maka di luar akan banyak angin yang bisa langsung menyeret kita ke dalam lembah dosa.

GS : Walaupun akibat dari kesetiaan Yonatan itu, dia harus bayar dengan nyawanya sendiri, Pak Paul?

PG : Tepat sekali, tepat sekali dan yang indah adalah dia setia meskipun orang yang dibelanya itu sebetulnya orang yang begitu penuh kelemahan. Dan kalau dia berkata "saya tidak mau membela" pu, tidak akan disalahkan karena memang ayahnya itu bukan orang yang baik dan banyak kelemahan.

Namun dia tidak kehilangan obyektifitas, tadi telah kita bahas ayahnya salah ya tetap salah, Daud benar tetap benar dan dia membelanya. Namun waktu ayahnya menghadapi bahaya diserang oleh bangsa Filistin, dia membela ayahnya dan mati di samping ayahnya sendiri.
GS : Dari sisi itu kita bisa melihat gambar dari Tuhan Yesus yang sebenarnya tidak harus membela kita, tetapi justru di dalam kesetiaanNya kepada kita Dia mau mati di atas kayu salib.

Jadi saudara-saudara pendengar yang kami kasihi, kami telah persembahkan sebuah perbincangan bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang Yonatan: potret pria bijak. Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.END_DATA


Ringkasan:

Ada 4 karakter yang bisa kita pelajari dari kehidupan Yonatan sebagai pria bijak yaitu:

  1. 1Samuel 18:1, "Ketika Daud habis berbicara dengan Saul berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud dan Yonatan mengasihi dia seperi jiwanya sendiri." Yonatan adalah sahabat Daud, jadi karakteristik pertama seorang pria bijak adalah dia bersahabat dengan sesama pria. Apalagi kita yang sudah beristri, penting sekali menjunjung tinggi prinsip ini, boleh berteman dengan wanita tapi jangan dekat. Bertemanlah dekat hanya dengan sesama pria.

  2. 1Samuel 16:4,5, "Lalu Yonatan mengatakan tentang yang baik kepada Saul ayahnya, katanya: "Janganlah raja berbuat dosa pada hambanya sebab dia tidak berbuat dosa terhadapmu. Bukankah apa yang diperbuatnya sangat baik bagimu, ia telah mempertaruhkan nyawanya dan telah mengalahkan orang Filistin itu dan Tuhan telah memberikan kemenangan yang besar kepada seluruh Israel, engkau sudah melihatnya dan bersukacita karenanya. Mengapa engkau hendak berbuat dosa terhadap darah orang yang tidak bersalah dengan membunuh Daud tanpa alasan." Karakter kedua Yonatan membela yang benar meskipun dalam hal ini dia harus melawan ayahnya sendiri. Dengan kata lain kita sebagai pria Kristen, sebagai suami Kristen kita dipanggil Tuhan untuk berdiri di atas kebenaran.

  3. 1Samuel 20:30,31, "Lalu bangkitlah amarah Saul kepada Yonatan katanya kepadanya: "Anak sundal yang kurang ajar, bukankah aku tahu bahwa engkau telah memilih anak Isai dan itu noda bagiku kau sendiri dan bagi perut ibumu. Sebab sesungguhnya selama anak Isai itu hidup di muka bumi engkau dan kerajaanmu tidak akan kokoh dan sekarang suruhlah orang memanggil dan membawa dia kepadaku, sebab ia harus mati." Ciri ketiga atau karakteristik ketiga dari Yonatan adalah dia orang yang lepas dari ambisi pribadi. Bagi dia yang penting dia tahu Tuhan kehendaki apa dalam hidupnya, dia tahu Daud adalah orang yang Tuhan sudah urapi dan begitu dia tahu Daud adalah orang yang Tuhan urapi, dia tidak perlu lagi memperdebatkan hal itu untuk mempertanyakan keabsahan pengurapan Tuhan. Sebagai pria Kristen kita harus belajar dari Yonatan, terimalah yang Tuhan berikan, ini porsi kita, ya sudah terima, jangan kita tidak terima dan mau memperbesar-besar diri. Banyak pria yang akhirnya terjerumus dalam dosa penipuan dsb, gara-gara ingin besar terlalu cepat dan tidak menerima porsi yang Tuhan tetapkan baginya.

  4. 1Samuel 31:1,2, "Sementara itu orang Filistin berperang melawan orang Israel, orang-orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin dan banyak yang mati terbunuh di pegunungan Gilboa. Orang Filistin terus mengejar Saul." Ciri terakhir atau karakteristik terakhir yang kita bisa petik dari kehidupan Yonatan adalah dia seorang yang setia, meskipun ayahnya mempunyai banyak kelemahan tapi waktu ayahnya berperang membela orang Israel, Yonatan berada di samping ayahnya. Kesetiaan merupakan sebuah pilihan tidak muncul dengan mendadak dan tidak kita rasakan secara perasaan. Kesetiaan adalah sebuah komitmen, sebuah tekad. Dr. James Dobson dia pernah berkata: "Saya tidak akan berzinah, memang saya tidak bisa memastikan masa depan saya, tapi saya sudah membuat tekad itu, saya tidak akan dan tidak mau mengkhianati istri saya."
    Nah saya kira itu harus menjadi tekad kita semua sebagai seorang pria dan suami Kristen, untuk bisa setia yaitu:

    1. Mempunyai tekad bahwa tidak ada kosa-kata berkhianat, tidak ada istilahnya berhubungan dengan wanita lain, tekad itu harus kita jaga.

    2. Untuk bisa setia orang harus bijaksana, caranya adalah seperti yang diungkapkan di atas bersahabat dengan sesama jenis, jangan bersahabat dengan lawan jenis. Atau kita nggak menempatkan diri kita di situasi di mana akhirnya kita mudah jatuh ke dalam pencobaan.


  5. Questions:

    GS : Contohnya seperti apa Pak Paul ?

    GS : Biasanya begini Pak Paul, sebelum menikah kita punya sahabat-sahabat pria yang cukup dekat, namanya sahabat cukup lama dibina tetapi setelah menikah biasanya hubungan itu menjadi renggang dan tidak lagi menjadi sahabat, ya cuma sekadar pertemanan biasa saja itu bagaimana, Pak Paul?

    GS : Memang ada kekhawatiran dari pihak suami terhadap istrinya, kalau misalnya tadi itu makan pagi bersama, pergi bersama nah mengatasinya itu bagaimana, Pak Paul?

    GS : Hanya perlu komunikasi dan pengertian yang benar ya, Pak Paul. Selain sikap bersahabat dengan sesama pria dan memang kita kenal Yonatan sebagai sahabat Daud dan itu terbukti dengan tindakannya. Apakah ada ciri lain?

    GS : Yang sebenarnya posisi Yonatan pada waktu itu sulit juga ya Pak Paul, karena Saul adalah ayahnya yang dihormatinya dan dikasihinya, tetapi seperti tadi Pak Paul katakan objektifitas itu penting. Jadi kalau beberapa waktu yang lalu kita bicara tentang istri yang bijak, objektifitas itu penting bagi suami, juga tidak kalah pentingnya untuk bersifat objektif itu.

    GS : Meskipun ada sifat lain, karakter lain yang tadi Pak Paul katakan, cukup banyak bisa ditemui dalam diri Yonatan sehingga diangkat sebagai potret pria yang bijak?

    GS : Apalagi di dalam situasi seperti sekarang ini, di mana orang didorong justru untuk menumbuhkan ambisi pribadinya, Pak Paul.

    GS : Mungkin yang belum terlalu jelas buat saya, darimana Yonatan memiliki sikap-sikap yang positif seperti itu. Kalau kita lihat, orang tuanya Saul itu tidak memberikan teladan yang baik buat anaknya.

    GS : Mungkin ada karakter lain yang Pak Paul mau sebutkan, yang bisa ditemukan di dalam Alkitab tentang segi yang positif di dalam diri Yonatan?

    GS : Ciri setia itu, saya rasa yang terus-menerus ditekankan oleh Tuhan Yesus terhadap umatNya, tetapi kita mempunyai Roh Kudus di dalam diri kita yang bisa membantu merubah kehidupan kita yang tidak setia ini menjadi setia. Masalahnya sekarang adalah bagaimana kesetiaan itu bisa kita wujudkan dalam kehidupan suami istri?

    GS : Banyak orang berdalih, nanti bila saya setia, pasangan saya tidak setia, dia merasa dirugikan jadi sikap seperti itu sebenarnya bagaimana?

    GS : Jadi rasa atau komitmen atau tekad untuk setia itu harus dipupuk terus-menerus di dalam kehidupan ini, karena tatkala kita lengah sedikit kita bisa dengan mudah mengkhianati kesetiaan kita sendiri.

    GS : Walaupun akibat dari kesetiaan Yonatan itu, dia harus bayar dengan nyawanya sendiri, Pak Paul?

    GS : Dari sisi itu kita bisa melihat gambar dari Tuhan Yesus yang sebenarnya tidak harus membela kita, tetapi justru di dalam kesetiaanNya kepada kita Dia mau mati di atas kayu salib.