BETA
Sampai Hari Tuaku
Sumber: artikel_c3i
Id Topik: 3160
Seperti halnya seorang anak yang mulai memasuki usia remaja, yang sibuk mencari jati diri mereka dan beradaptasi dengan berbagai perubahan baik secara fisik maupun psikologis, demikian pula dengan seseorang yang mulai memasuki usia senja. Adaptasi dengan masa yang baru juga mereka perlukan untuk dapat menjalani sisa hidup mereka. Dalam tanya jawab berikut ini, Pdt. Paul Gunadi Ph.D. akan memaparkan perubahan-perubahan dan adaptasi apa saja yang terjadi ketika kita memasuki usia lanjut. Silakan menyimak!
T | : | Setiap fase pernikahan memiliki masalahnya sendiri-sendiri. Bagi |
pasangan yang sudah memasuki fase usia lanjut, masalah-masalah | ||
apa saja yang biasanya muncul? | ||
J | : | Masalah yang biasanya muncul adalah keterbatasan. Kesehatan kita |
di hari tua sudah terbatas, tidak sesehat dulu lagi. Contohnya, | ||
dalam hal pendengaran. Pendengaran kita mulai berkurang sehingga | ||
perlu penyesuaian untuk berbicara dengan pasangan. Atau ingatan | ||
kita berkurang sehingga kita atau pasangan kita kembali | ||
menanyakan hal-hal yang baru saja kita bicarakan. Mereka yang | ||
kebetulan memiliki memori lebih kuat bisa menjadi jengkel karena | ||
pasangannya bertanya lagi, padahal baru saja diberitahukan. | ||
Masalah juga bisa timbul karena sering lupa sehingga merepotkan | ||
pasangan. Di dalam keterbatasan inilah sebagai suami-istri kita | ||
harus menghadapi tantangannya. Untuk menghadapi tantangan ini, | ||
kita harus belajar melihat unsur-unsur yang menimbulkan | ||
keterbatasan itu. | ||
Pertama adalah jenis aktivitas. Ada hal-hal yang biasa kita | ||
lakukan, namun sekarang tidak bisa lagi kita lakukan. Misalnya, | ||
kalau kita senang main tenis, sampai usia tertentu kita masih | ||
bisa bermain tenis. Namun, melewati usia tertentu, kita tidak | ||
akan bisa lagi bermain tenis. Pilihannya adalah tidak lagi | ||
bermain tenis atau harus mengganti jenis aktivitasnya karena | ||
tetap ingin hidup sehat. Ada orang yang tidak bersedia dan | ||
berkata, "Saya suka tenis, maka saya akan terus main tenis." | ||
Akhirnya, tulangnya patah atau terkena serangan jantung karena | ||
tenis tidak cocok lagi untuk usia yang sudah lanjut. Atau karena | ||
tidak bersedia mengganti dengan aktivitas lain, akhirnya tidak | ||
olahraga sama sekali sehingga di masa tuanya ia justru | ||
mengumpulkan penyakit-penyakit yang lain. | ||
Kecenderungan bagi pasangan yang sudah lanjut usia adalah adanya | ||
salah satu pihak yang menyangkali keterbatasannya sehingga | ||
pasangannya akan menjadi kesal. Akhirnya, terjadilah percekcokan | ||
yang tidak pernah muncul di usia muda karena masalah ini memang | ||
muncul di usia tua. Sebaliknya, ada juga pasangan yang tidak mau | ||
mengerti bahwa pasangannya tidak lagi sekuat dan selincah dulu. | ||
Dia memaksa pasangannya untuk terus pergi bersamanya. Dengan | ||
demikian, kita bisa menyimpulkan bahwa kedua belah pihak memang | ||
harus benar-benar saling memahami, menerima, dan terutama | ||
saling memercayai. Jadi, perlu suatu jalinan komunikasi yang | ||
baik dengan berlandaskan saling memercayai dan menghargai. | ||
T | : | Selain keterbatasan dalam jenis aktivitas, apakah ada hal-hal |
lainnya? | ||
J | : | Hal yang kedua adalah frekuensi. Jika kita terbiasa bermain |
tenis, misalkan tiga kali per minggu, ketika berusia lanjut, | ||
kita tidak lagi bisa bermain tiga kali seminggu. Mungkin hanya | ||
menjadi dua kali seminggu. Aktivitas yang biasa kita lakukan | ||
beberapa kali per hari atau per minggu, seiring pertambahan | ||
usia, harus kita kurangi. | ||
Selain frekuensi, yang juga harus kita pertimbangkan ulang | ||
adalah seberapa baik dan memuaskan kualitasnya. Salah satu yang | ||
juga mesti kita sadari adalah relasi suami-istri secara seksual. | ||
Tidak bisa disangkal, relasi seksual pada masa tua akan berubah, | ||
tidak lagi mempunyai kualitas sebaik dulu. Ini bagian yang juga | ||
harus diterima. Ada hal-hal yang masih bisa dilakukan, tapi | ||
tidak lagi sebaik atau sememuaskan sebelumnya. Bagian yang mesti | ||
kita sadari juga adalah berapa lama durasinya. Misalnya, jika | ||
dulu bisa bermain tenis dua jam, maka dengan bertambahnya usia | ||
mungkin harus ada pengurangan dari dua jam ke satu setengah jam. | ||
Bepergian dulu bisa dari pagi sampai sore, sekarang sampai siang | ||
saja harus sudah pulang. Inilah elemen-elemen yang mesti kita | ||
sadari telah berubah dan harus kita terima. | ||
T | : | Kalau keterbatasan justru mengurangi jenis aktivitas, tidakkah |
sebaiknya dicarikan penggantinya? Misalnya, walaupun tidak bisa | ||
menikmati kepuasan seksual, bukankah harus ada sesuatu yang | ||
memuaskan dirinya? | ||
J | : | Sudah tentu dia harus kreatif mencari bentuk-bentuk aktivitas |
lain yang dapat dilakukannya. Namun, kita harus tetap berjalan | ||
di koridor kehendak Tuhan. Jangan sampai kita mencari aktivitas | ||
pengganti yang melawan kehendak Tuhan. Kita memang harus | ||
kreatif dan kreativitas itu bisa diwujudkan. Misalnya, kalau | ||
dulu terbiasa pergi ke mana-mana, sekarang mungkin jalan di | ||
sekitar rumah saja bersama-sama. Dulu biasa pulang malam, | ||
sekarang pulang sore karena mata tidak lagi awas untuk bisa | ||
melihat jalanan dengan baik. Pikirkanlah apa yang bisa dilakukan | ||
di rumah sehingga masih bisa melakukan kebersamaan. | ||
T | : | Selain faktor keterbatasan, adakah faktor lainnya? |
J | : | Masa tua ini sebenarnya masa mengenang dan menuai. Di masa |
seperti ini, kita tidak lagi dapat memandang ke depan sebab | ||
secara alamiah kita tahu bahwa tidak banyak lagi waktu yang | ||
tersisa. Secara fisik pun ingatan jangka pendek kita makin | ||
memudar sehingga kita sering melupakan yang sekarang. Tapi | ||
jangka waktu kita masih ada. Kita bisa mengingat hal-hal yang | ||
dulu pernah terjadi. Itu sebabnya, kalau kita pernah mengalami | ||
kepahitan atau kekecewaan di masa lalu, kita perlu | ||
membereskannya, mengampuni orang yang melukai atau mengecewakan | ||
kita. Bila tidak, di hari tua kepahitan itu akan mengganggu, | ||
membesar, dan benar-benar menguasai kita. Ketika berkunjung ke | ||
rumah orang seperti ini, kita akan selalu disuguhi cerita yang | ||
sama tentang kepahitan dan kebenciannya kepada orang lain. | ||
Masalahnya, orang ini sudah membicarakan kemarahan dan | ||
kekecewaannya berkali-kali kepada setiap orang yang berkunjung | ||
kepadanya. Masa tua adalah masa mengenang dan menuai. Kalau | ||
sebelumnya menabur benci dan dendam, di hari tua kelak kita akan | ||
menuai benci dan dendam dalam skala yang lebih besar. | ||
Sebaliknya, kalau di masa lampau kita menanam banyak pengalaman | ||
indah dengan mengampuni, tidak menggenggamnya sendiri, tetapi | ||
memilih menyerahkan semuanya kembali kepada Tuhan, masa tua akan | ||
menjadi masa yang lebih indah sebab yang kita ingat adalah yang | ||
hal yang indah. Ketika kita tidak menyimpan dendam, maka yang | ||
kita tuai adalah pengampunan dan keindahan. Itu sebabnya, kita | ||
akan melihat mata orang tua yang indah, bersinar, dan menjadi | ||
berkat karena masa lalu yang penuh pengampunan. Tapi ada juga | ||
orang tua yang masih memancarkan kebencian dan kepahitan. | ||
T | : | Kadang-kadang, ada orang tua yang terus menyesali masa lalunya, |
tapi tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena unsur usia. | ||
Bagaimana mengatasi keadaan seperti ini? | ||
J | : | Dia harus datang kepada Tuhan dan berkata, "Tuhan, ada kerikil |
dalam hidup saya. Saya tahu ini tidak benar, saya harus | ||
membereskannya." Nah, dia harus mau membereskan. Tidak saat di | ||
mana kita berkata terlambat untuk mengampuni, untuk | ||
membereskan -- selama masih ada hari, berarti kita masih bisa | ||
mengampuni. Yang penting ada kemauan. Namun, sering kali | ||
kebencian sudah mendarah daging dan menjadi bagian hidupnya | ||
untuk waktu yang lama. Bila ini terjadi, ia tidak dengan mudah | ||
mau atau melepaskan kebencian itu. Jadi semakin hidup ini diisi | ||
oleh kepahitan, yang harus menanggung hal itu justru | ||
pasangannya. Setiap hari pasangannya harus mendengarkan keluhan | ||
kepahitan yang tidak pernah habis. Jadi kalau kita melihat dia | ||
merugikan dirinya sendiri, tapi tidak mau melepaskannya, Tuhan | ||
memberikan pilihan kepada mereka, yaitu datang kepada-Nya | ||
sehingga dimampukan untuk mengampuni atau tetap tidak mau | ||
mengampuni sehingga ia terus dikuasai oleh kebencian. | ||
T | : | Masih adakah faktor lain pada masa tua ini yang perlu |
diperhatikan? | ||
J | : | Masa tua adalah masa perubahan prioritas. Maksudnya, oleh karena |
sedikitnya waktu yang tersisa dan berkurangnya kesanggupan | ||
fisik, kita pun dipaksa menetapkan ulang prioritas hidup kita. | ||
Kita mesti duduk bersama dan membicarakan apa yang sekarang | ||
ingin kita lakukan di sisa-sisa hari kita. Jangan sampai nanti | ||
yang satu mau ke kiri, yang lain mau ke kanan. Sudah tentu di | ||
masa tua tetap diperlukan suatu kerelaan untuk mengalah, untuk | ||
berkata, "Maaf, saya sebetulnya sulit menerima ini, tapi karena | ||
saya tahu ini penting bagimu saya akan mendukungmu." Semua ini | ||
harus dijaga dalam koridor saling mengerti. | ||
Ada kecenderungan di hari tuanya sebagian orang menggunakannya | ||
untuk membalas dendam. Adakalanya mereka memang terlalu pahit di | ||
masa lampau, diperlakukan buruk oleh pasangannya, jadi masa | ||
tua dimanfaatkan sebagai masa pembalasan dendam. Namun, kita | ||
mesti ingat bahwa kita tetap bertanggung jawab atas tindakan | ||
kita sekarang. Tuhan memanggil kita untuk mengampuni -- tidak | ||
membalas kejahatan dengan kejahatan, Tuhan memanggil kita untuk | ||
mengasihi, dan kita bertanggung jawab untuk menunaikan perintah | ||
Tuhan ini. | ||
T | : | Apakah orang yang sudah lanjut usia tetap perlu mempunyai |
cita-cita atau pengharapan untuk masa depannya walaupun hanya | ||
tinggal sedikit? | ||
J | : | Itu penting sekali. Bicarakanlah apa yang ingin dikerjakan |
bersama setahun ini atau tahun depan kalau Tuhan mengaruniakan | ||
kesehatan kepada kita. Jadi, silakan mengisi masa tua dengan | ||
rencana-rencana yang realistik dan dapat dilakukan. | ||
T | : | Bagaimana dengan harapan-harapan masa lalunya yang tidak menjadi |
kenyataan? Bukankah harapan-harapan itu harus ditinjau ulang, | ||
atau malah harus ditinggalkan, dsb.? Bukankah menyakitkan | ||
meninggalkan harapan-harapan yang sudah tidak mungkin tercapai? | ||
J | : | Di masa tua, kita mesti berdamai dengan diri kita pula. |
Maksudnya, waktu kita menengok ke belakang dan melihat hal-hal | ||
yang tidak kita dapatkan, kita mesti duduk dan berpikir dengan | ||
jernih. Jangan menyalahkan orang karena tindakan ini hanya akan | ||
menambahkan kepahitan. Lihatlah, apakah itu bagian kita. Kalau | ||
memang ini kesalahan orang dan orang berbuat buruk kepada kita, | ||
tugas kita di masa tua adalah meminta Tuhan menolong kita | ||
mengampuni orang itu, ini proyek kita. Kita tidak bisa | ||
mendelegasikan ini kepada orang lain, ini adalah tanggung jawab | ||
kita kepada Tuhan. Kalau memang kitalah yang berandil, yang | ||
membuat kita kehilangan kesempatan baik itu, kita juga mesti | ||
berdamai dengan diri kita dan menerimanya. Setelah itu, kita | ||
datang kembali kepada Tuhan dan percaya bahwa meskipun kita | ||
kehilangan itu semua, tetapi rencana Tuhan, anugerah Tuhan bagi | ||
kita cukup, tidak lebih juga tidak kurang. | ||
T | : | Apa firman Tuhan yang sesuai dengan topik ini? |
J | : | |
waktunya ...; dan bahwa setiap orang dapat makan, minum, dan | ||
menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga | ||
adalah pemberian Allah." Ini benar-benar konsep teologis yang | ||
dalam, yaitu bahwa Tuhan menguasai segalanya. Dia Allah yang | ||
berdaulat; Dia yang memberikan keindahan pada waktunya; Dia | ||
yang membuat seseorang mampu untuk makan, minum, dan menikmati | ||
hidupnya. Tuhanlah segalanya. Jadi, di hari tua kita kembali | ||
kepada Tuhan, bersyukur dan berserah kepada-Nya. |