Bagaimana Pencobaan Bekerja?
Sumber: artikel_c3i
Id Topik: 3045
Adalah berguna jika kita mengetahui bahwa Iblis bisa diramalkan sepenuhnya. Dia telah memakai strategi dan tipuan-tipuan kuno yang sama semenjak Penciptaan. Semua pencobaan mengikuti pola yang sama. Itulah sebabnya Paulus berkata, "Kita tahu apa maksudnya" (2 Korintus 2:11). Dari Alkitab kita mengetahui bahwa proses pencobaan mengikuti empat langkah, yang dipakai Iblis baik terhadap Adam dan Hawa maupun terhadap Yesus.
Pada langkah pertama, Iblis mengenali suatu KEINGINAN di dalam diri Anda. Mungkin keinginan yang berdosa, seperti keinginan untuk membalas dendam atau untuk menguasai orang lain, atau mungkin keinginan yang logis dan normal, seperti keinginan untuk dikasihi dan dihargai atau untuk merasakan kesenangan. Pencobaan dimulai ketika Iblis mengusulkan (dengan suatu pemikiran) agar Anda menyerah pada sebuah keinginan jahat, atau agar Anda memenuhi suatu keinginan yang logis dengan cara yang salah atau pada waktu yang salah. Sadarlah selalu akan jalan pintas. Hal-hal tersebut sering kali merupakan pencobaan! Iblis berbisik, "Kamu layak mendapatkannya! Kamu harus memilikinya sekarang! Itu akan mengasyikkan ... menyenangkan ... atau membuatmu merasa lebih baik."
Kita mengira pencobaan berada di sekeliling kita, tetapi Allah berfirman bahwa pencobaan dimulai dari dalam diri kita. Jika Anda tidak memiliki keinginan batin, pencobaan tidak bisa menarik perhatian Anda. Pencobaan selalu berawal dari dalam pikiran Anda, bukan dari keadaan. Yesus mengatakan,
"Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam." (Markus 7:21-23)
Yakobus memberi tahu kita bahwa ada "hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?" (Yakobus 4:1)
Langkah kedua ialah KERAGUAN. Iblis berusaha membuat Anda meragukan apa yang telah Allah firmankan tentang dosa: Apakah hal tersebut benar-benar salah? Apakah Allah benar-benar melarang kita melakukannya? Apakah Allah bukan memaksudkan larangan ini untuk orang lain atau untuk waktu yang lain? Tidakkah Allah ingin agar aku bahagia? Alkitab memperingatkan,
"Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup." (Ibrani 3:12)
Langkah ketiga ialah TIPU DAYA. Iblis tidak mampu mengatakan yang sebenarnya dan disebut "bapa segala dusta" (Yohanes 8:44). Segala sesuatu yang Iblis katakan kepada Anda tidaklah benar atau hanya separuh benar. Iblis menawarkan dustanya untuk menggantikan apa yang telah Allah katakan di dalam Firman-Nya. Iblis mengatakan, "Kamu tidak akan mati. Kamu akan menjadi lebih bijaksana seperti Allah. Kamu bisa melakukannya dan lolos dengan selamat. Tidak seorangpun akan tahu. Itu akan memecahkan masalahmu. Selain itu, semua orang juga melakukannya. Itu hanyalah sebuah dosa kecil." Tetapi melakukan sebuah dosa kecil adalah bagaikan sedang hamil muda: Pada akhirnya ia akan kelihatan dengan sendirinya.
Langkah keempat ialah KETIDAKTAATAN. Pada akhirnya Anda bertindak berdasarkan pikiran yang selama ini Anda timbang-timbang di dalam benak Anda. Apa yang mulanya merupakan sebuah gagasan kemudian muncul dalam perbuatan. Anda menyerah pada apa pun yang menarik perhatian Anda. Anda memercayai dusta Iblis dan jatuh ke dalam perangkap yang diperingatkan oleh Yakobus:
"Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut. Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat!" (Yakobus 1:14-16)
Mengalahkan Pencobaan
Memahami cara kerja pencobaan sangatlah berguna, tetapi yang lebih penting adalah mengetahui langkah-langkah khusus yang perlu Anda ambil untuk mengalahkannya.
1. Jangan mau diintimidasi
Banyak orang Kristen dibuat takut dan hilang semangat oleh pikiran-pikiran yang menghasut, dengan merasa bersalah karena mereka berada "di dalam" jangkauan pencobaan. Mereka merasa malu hanya karena terkena pencobaan. Inilah kesalahpahaman tentang kedewasaan. Anda tidak akan pernah bertumbuh tanpa pencobaan.
Di satu sisi Anda bisa menganggap pencobaan sebagai suatu pelengkap. Iblis tidak perlu mencobai orang-orang yang sudah melakukan kehendaknya yang jahat; mereka sudah menjadi milik Iblis. Pencobaan adalah tanda bahwa Iblis membenci Anda, bukan tanda kelemahan atau sifat keduniawian Anda. Pencobaan juga merupakan bagian yang normal dari hidup manusia dan dari kehidupan dalam sebuah dunia yang berdosa. Jangan terkejut atau kecil hati karenanya. Bersikaplah realistis dengan kenyataan tak terhindarkannya pencobaan; Anda tidak akan pernah dapat menghindari sepenuhnya. Alkitab mengatakan, "Pada waktu kamu dicobai," bukan jika. Paulus menasihati,
"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia." (1 Korintus 10:13)
Dicobai bukanlah sebuah dosa. Yesus dicobai, tetapi Dia tidak pernah berbuat dosa (Ibrani 4:15). Pencobaan menjadi dosa hanya bila Anda menyerah padanya. Martin Luther mengatakan, "Anda tidak bisa mencegah burung untuk terbang di atas kepala Anda, tetapi Anda bisa mencegah mereka membangun sarang di rambut Anda." Anda tidak bisa mencegah Iblis untuk mengajukan pikiran-pikiran, tetapi Anda bisa memilih untuk tidak memikirkannya atau bertindak berdasarkannya.
Misalnya, banyak orang tidak mengetahui perbedaan antara rasa terpikat fisik atau gairah seksual dengan hawa nafsu. Hal-hal tersebut tidak sama. Allah menjadikan kita semua sebagai makhluk seksual, dan hal itu baik. Rasa terpikat dan gairah merupakan tanggapan pemberian Allah yang bersifat alami dan spontan terhadap keindahan fisik, sementara hawa nafsu merupakan tindakan kehendak yang disengaja. Hawa nafsu merupakan pilihan untuk memikirkan apa yang ingin Anda lakukan dengan tubuh Anda. Anda bisa terpikat atau bahkan tergairahkan tanpa memilih untuk berdosa dengan hawa nafsu. Banyak orang, terutama laki-laki Kristen, merasa bersalah karena hormon-hormon pemberian Allah mereka bekerja. Ketika mereka secara otomatis melihat seorang wanita yang menarik, mereka menganggap itu hawa nafsu dan merasa malu serta bersalah. Tetapi rasa terpikat bukanlah hawa nafsu sebelum Anda mulai memikirkannya.
Sesungguhnya, semakin dekat Anda kepada Allah, semakin gencar Iblis berupaya mencobai Anda. Saat Anda menjadi anak Allah, Iblis yang bagaikan penjahat memukul manusia, membuat suatu "kontrak" untuk Anda. Anda merupakan musuhnya dan dia merencanakan kejatuhan Anda.
Kadang-kadang sementara Anda sedang berdoa, Iblis akan mengajukan sebuah hal aneh atau pikiran jahat hanya untuk membingungkan Anda dan membuat Anda malu. Jangan takut atau malu karena ini, tetapi sadarilah bahwa sebenarnya Iblis takut terhadap doa-doa Anda dan akan mencoba segala upaya untuk menghentikannya. Daripada menyalahkan diri sendiri dengan "Bagaimana saya bisa memikirkan hal-hal semacam itu?" lebih baik menganggapnya sebagai gangguan Iblis dan segera pusatkan pikiran kembali kepada Allah.
2. Kenali pola pencobaan Anda dan bersiaplah menghadapinya
Ada situasi-situasi tertentu yang membuat Anda lebih rentan terhadap pencobaan daripada orang lain. Beberapa situasi akan membuat Anda tersandung dengan cepat; sementara yang lainnya tidak begitu mengganggu Anda. Situasi-situasi ini unik bagi kelemahan Anda dan Anda perlu mengenalinya karena Iblis pasti mengenalnya! Iblis tahu persis apa yang membuat Anda tergelincir, dan dia terus-menerus bekerja untuk memasukkan Anda ke dalam situasi-situasi itu. Petrus memperingatkan,
"Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8)
Tanyakan diri Anda sendiri, "Kapankah saya paling sering dicobai? Hari apakah? Jam berapa?" Tanyakan, "Di mana saya paling sering dicobai? Di tempat kerja? Di rumah? Di rumah tetangga? Di tempat olah raga? Di bandara atau rumah penginapan di luar kota?"
Tanyakan, "Siapa yang bersamaku ketika aku paling sering dicobai? Teman? Rekan sekerja? Sekelompok orang asing? Ketika saya sendirian?" Juga tanyakan, "Bagaimana biasanya perasaan saya ketika saya paling banyak dicobai?" Mungkin ketika Anda lelah atau kesepian atau bosan atau sedih atau tertekan. Mungkin ketika Anda terluka perasaan atau marah atau khawatir, atau setelah sebuah keberhasilan besar atau kesuksesan rohani.
Anda perlu mengenali pola khas pencobaan Anda dan selanjutnya bersiap untuk menghindari situasi-situasi tersebut sebanyak mungkin. Alkitab secara berulang-ulang menyuruh kita untuk mengantisipasi dan siap menghadapi pencobaan (Matius 26:41; Efesus 6:10-18; 1 Tesalonika 5:6,8; 1 Petrus 1:13; 1 Petrus 4:7; 1 Petrus 5:8). Paulus berkata, "dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis" (Efesus 4:27).
Perencanaan yang bijak mengurangi pencobaan. Ikutilah nasihat Amsal:
"Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan." (Amsal 4:26-27)
"Menjauhi kejahatan itulah jalan orang jujur; siapa menjaga jalannya, memelihara nyawanya." (Amsal 16:17)
3. Mintalah pertolongan Allah
Surga memiliki saluran gawat darurat dua puluh empat jam. Allah ingin Anda meminta pertolongan-Nya untuk mengatasi pencobaan. Dia berkata,
"Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." (Mazmur 50:15)
Saya menyebutnya doa "microwave" karena cepat dan langsung pada pokok masalah: Tolong! SOS! Mayday! Ketika pencobaan menghantam, Anda tidak punya waktu untuk percakapan yang panjang dengan Allah; Anda hanya berseru. Daud, Daniel, Petrus, Paulus, dan jutaan orang lain pernah menaikkan jenis doa yang cepat ini untuk meminta pertolongan di dalam kesulitan.
Alkitab menjamin bahwa seruan kita untuk meminta bantuan akan didengar karena Yesus peduli pada pergumulan kita. Dia menghadapi pencobaan-pencobaan yang sama seperti kita.
"Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa." (Ibrani 4:15)
Jika Allah terus menanti untuk menolong kita mengalahkan pencobaan, mengapa kita tidak berpaling kepada-Nya lebih sering? Secara jujur, kadang kita tidak ingin ditolong! Kita ingin menyerah pada pencobaan sekalipun kita tahu itu salah. Pada saat itu kita mengira kita lebih mengetahui apa yang terbaik bagi kita daripada Allah.
Pada saat-saat lain kita malu untuk meminta Allah menolong karena kita tetap menyerah pada pencobaan yang sama berulang-ulang. Tetapi Allah tidak pernah menjadi marah, bosan, atau tidak sabar bila kita tetap kembali kepada-Nya. Alkitab mengatakan,
"Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." (Ibrani 4:16)
Kasih Allah abadi, dan kesabaran-Nya tetap selamanya. Jika Anda harus berseru meminta pertolongan Allah 200 kali sehari untuk mengalahkan pencobaan tertentu, Allah akan tetap dengan senang hati memberikan rahmat dan kasih karunia, jadi datanglah dengan berani. Mintalah kepada-Nya kuasa untuk melakukan hal yang benar dan kemudian berharaplah bahwa Dia memberikannya.
Pencobaan-pencobaan membuat kita bergantung kepada Allah. Sama seperti akar bertumbuh makin kuat ketika angin bertiup menerpa sebuah pohon, begitu juga setiap kali Anda menghadapi sebuah pencobaan, Anda menjadi lebih serupa dengan Yesus. Ketika Anda tersandung, yang akan Anda alami pasti tidaklah fatal. Sebaliknya daripada menyerah, pandanglah pada Allah, harapkan Dia untuk menolong Anda, dan ingatlah akan upah yang sedang menanti Anda:
"Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia." (Yakobus 1:12)
Sumber: | ||
Halaman | : | 223 - 228 |
Judul Artikel | : | The Purpose Driven Life (Kehidupan yang Digerakkan oleh Tujuan) |
Penulis Artikel | : | Rick Warren |
Penerbit | : | Gandum Mas, Malang, 2004 |
Situs | : | https://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/097/ |