BETA
Pertengkaran
Sumber: artikel_c3i
Id Topik: 2713
Problem Menggejala Dalam:
- Pertengkaran yang terjadi disebabkan oleh hal-hal yang sepele dan yang tidak berarti apa-apa.
- Komunikasi yang saling melukai.
- Lelah dengan kehidupan sehingga muncul keinginan untuk saling menghindar, bahkan pada saat pertengkaran muncul ide perceraian.
- Anak-anak yang bermasalah.
- Penyelewengan dan ketidaksetiaan dalam pernikahan.
Penyebab:
- Kebiasaan memaksakan kehendak.
- Kepribadian ego-sentrik, pembosan dan 'low self-esteem' (harga diri yang rendah), sehingga cenderung tidak mensyukuri anugerah Tuhan terhadap pernikahan tersebut.
- Konflik yang tidak terselesaikan dengan baik dan menciptakan sistem komunikasi yang makin memburuk.
- Kehidupan rohani yang tidak sehat, sehingga naik turunnya perasaan yang menentukan tingkah lakunya.
- Tidak mempunyai teman bersekutu untuk membagi perasaan.
Dampak:
- Tidak memiliki gairah dalam kehidupan, menurunnya semangat kerja dan keinginan untuk lebih banyak di luar rumah.
- Berkembangnya pikiran yang negatif terhadap pasangannya, sehingga menutup kesempatan-kesempatan untuk berubah dan bertumbuh sebagai pribadi dewasa yang diperkenan Allah (sistem memberikan label pada pasangannya, misalkan: pribadi yang brengsek, dsb.)
- Sengaja membawa diri ke dalam pencobaan dengan memakai kata-kata yang memancing pasangannya untuk berbuat dosa.
Perspektif Alkitab:
- Kebiasaan bertengkar tidak diperkenan oleh Allah. (
Amsal 27:15 ) - Tidak mengkomunikasikan melainkan mereka-reka yang jahat dalam
hati. (
Amsal 18:1-2; 15:4; 14:1 ) - Memberikan reaksi sebelum mendengar dengan benar, adalah satu
kebodohan. (
Amsal 15:23; 18:13; 25:11 ) - Tuhan memanggil orang percaya untuk dapat menguasai dirinya.
(
Amsal 16:32; 25:28 )
Prinsip Bimbingan:
- Menolong klien untuk mengerti tujuan yang indah dari pernikahan yang ditetapkan Allah, sehingga tidak membiarkan diri terjerat dalam kebiasaan yang merusak atau merugikan.
- Menolong klien menyadari kelemahan emosinya dan menemukan strategi untuk mengontrol dirinya.
- Menolong klien untuk belajar berkomunikasi dengan pasangannya dalam pola dialogis (bisa menerima dan menghargai perbedaan dan keunikan masing-masing dan belajar membedakan antara yang primer dan sekunder)
- Menolong klien untuk menanggalkan kebiasaan dan keinginan untuk mengubah pasangannya.