BETA
Menghipnosis Diri Mengusir Kecanduan Narkoba
Sumber: artikel_c3i
Id Topik: 2566

Hipnosis, kata beraroma magis ini ternyata dapat dimanfaatkan untuk terapi. Bisa dengan bantuan orang lain atau dilakukan sendiri. Korban ketergantungan narkoba dapat memanfaatkannya agar terbebas dari cengkeraman "obat laknat" itu. Penyembuhan alternatif ini juga sanggup untuk mengusir insomnia, menurunkan berat badan, menghilangkan tumor dan beberapa penyakit lainnya.

Hipnosis mengingatkan orang pada pertunjukan sulap yang sering membuat penonton terdecak kagum. Seorang kru sulap dibuat "tak sadarkan diri" dalam hitungan detik, kemudian dibaringkan di atas sebatang tongkat berujung runcing.

Hipnosis juga acap dihubungkan dengan tindak kejahatan penipuan meski sesungguhnya bukan. "Yang untuk penipuan itu bukan hipnosisme. Itu magnetisme," jelas dr. Tb. Erwin Kusuma, psikiater di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Karena berada dalam pengaruh si pelaku, tanpa sadar korban pun menuruti kemauannya, seperti menyerahkan perhiasan atau uang.

Dalam dunia kesehatan, hipnosis (yang sebenarnya) bukanlah "barang" baru. Kalangan psikiater dan dokter gigi tertentu sudah biasa menerapkannya untuk terapi. Lingkup kedokteran lebih akrab mengenalnya sebagai medical-hypnosis.

Untuk tujuan terapi

Hipnosis bisa diterapkan melalui dua cara yakni dengan bantuan hipnoterapis (dokter atau orang yang terlatih) atau dilakukan sendiri - biasa disebut autohipnosis atau selfhypnosis (hipnosis diri).

Sebagai terapi alternatif, autohipnosis memiliki beberapa kelebihan. Relatif lebih efektif dalam menyembuhkan penyakit. Untuk menghilangkan nyeri, misalnya, terapi ini lebih efektif ketimbang obat-obatan analgesik, termasuk kodein dan morfin. Cara ini juga jauh lebih aman karena tanpa menimbulkan efek sampingan negatif. Hipnosis diri tergolong cara penyembuhan alami dan tidak membuat kecanduan. Lagi pula, relatif lebih murah karena tidak perlu biaya, kecuali untuk proses belajarnya.

Menurut dr. Tb. Erwin Kusuma, hipnoterapis dan psikiater RSPAD Gatot Subroto dan Klinik Prorevital, Jakarta, autohipnosis bisa untuk menyembuhkan penyakit yang berkaitan dengan rekaman-rekaman negatif bawah sadar. Misalnya, daya tahan tubuh menurun, alergi, sakit tenggorokan karena rekaman negatif, sakit perut karena rekaman negatif, dsb. Juga nyeri, baik yang muncul sebagai "alarm" adanya penyakit macam kanker maupun akibat operasi atau persalinan tanpa bius. Bahkan terapi autohipnosis bisa membantu seseorang dalam proses penyembuhan dari ketergantungan narkoba, membebaskan diri dari insomnia (gangguan tidur), dan menurunkan bobot badan.

Menghapus rekaman alam bawah sadar

Manusia pada dasarnya roh yang berbadan. Makhluk rohani (badan halus) yang berjasmani (badan kasar). Ibarat sebuah komputer, yang disentuh terapi hipnosis atau autohipnosis sebenarnya software (piranti lunak), yakni jiwanya (badan halus). Bukan badan kasarnya (jasmani) yang bisa diibaratkan hardware (piranti keras). Nah, tugas hipnosis adalah mengungkap rekaman-rekaman dalam alam bawah sadar (badan halus), membuang rekaman-rekaman negatif, dan memasukkan yang positif.

Seperti halnya dunia kedokteran, autohipnosis juga bisa digunakan untuk tindakan prevensi (mencegah penyakit atau menghindari rekaman negatif), dan promosi (meningkatkan status kesehatan dan ketahanan). Keduanya diterapkan pada kondisi orang sehat. Dalam hal promosi, kondisi badan halus yang kurang sehat disehatkan, kurang seimbang diseimbangkan. Ketika kondisi badan halus sehat, kita bisa meningkatkan ketahanan tubuh. Kalau badan halusnya lemah, ketahanan mental maupun fisik turun. Secara fisik manifestasinya gampang alergi, gampang masuk angin, dsb. Secara mental, gampang menangis atau marah misalnya.

Untuk tujuan prevensi

Paling tidak harus bisa mencegah jangan sampai terekam hal-hal negatif. Umpamanya, "bila terkena gerimis akan pusing". Kalau hal itu sampai terekam dalam memori alam bawah sadar, maka begitu kehujanan kita akan pusing. Inilah yang perlu dicegah!

Kalau badan sudah telanjur sakit, kita bisa melakukan terapi dengan autohipnosis. Segala macam memori negatif dalam alam bawah sadar dihapus. Sementara, kalau penyakit sudah muncul di badan kasar (jasmani), pengobatan dilakukan secara fisik. Ini tugas dokter. Namun, kalau hanya penyembuhan secara fisik, masih ada kemungkinan penyakit timbul lagi, karena dalam jiwanya (badan halus) masih tersimpan rekaman itu. Urusan yang tidak kasat mata ini menjadi target terapi hipnosis atau autohipnosis. "Jadi, idealnya ya harus diobati dua-duanya. Penyakit badan diobati, yang berkaitan dengan psikis (jiwa) juga diobati," tegas Erwin.

Demikian pula dalam kasus ketergantungan narkoba. Menurut ketentuan WHO, pencandu narkoba dinyatakan sembuh kalau selama dua tahun tidak lagi menggunakannya. Namun bisa jadi korban narkoba mengaku kapok dan bersumpah tidak lagi memakai narkoba. "Tapi, itu kata dari alam sadarnya. Dalam alam bawah sadarnya mungkin masih tersimpan rekaman program kecanduan," tegasnya. "Kalau rekaman negatif itu masih ada, dia berpeluang terjerumus lagi. Untuk mencegahnya perlu menghapus rekaman negatif (program kecanduan) dan menggantinya dengan rekaman positif melalui hipnoterapi. Dengan menghapus rekaman buruk menggunakan hipnosis, penyembuhannya bisa kurang dari dua tahun. Dengan catatan yang bersangkutan harus tekun. Dia juga dilatih untuk bisa melakukan autohipnosis."

Untuk kasus kanker, menurut dr. Erwin, sebenarnya masih bisa dideteksi melalui hipnosis diri sebelum berkembang jadi kanker. Sebab, sebelum kanker muncul di badan kasar, biasanya sudah ada tanda-tanda di badan halus. Kanker yang sudah terekam di badan halus bisa dihilangkan dengan autohipnosis. Kalau sudah muncul di badan kasar, tentu saja harus diobati secara medis, dan rekaman di badan halus dibuang dengan autohipnosis. Dengan begitu tidak akan timbul penyakit lagi. Tapi kalau hanya mengambil tumornya saja, tanpa membuang rekamannya, maka akan timbul lagi tumornya.

Erwin mengungkapkan, hipnoterapis yang bukan dokter terkadang terlalu berani. Ia cuma menghilangkan rekaman negatif (kanker) dalam badan halus, dan anehnya lama-kelamaan tumor di badan kasar (jasmani) hilang dengan sendirinya. Cukup banyak kasus demikian. Hal ini tidak jarang bikin terkejut dokter yang melihat hasil rontgen karena kanker hilang secara "misterius" tanpa tindakan operasi.

Ketika target penyembuhan telah tercapai, kita masih perlu terus melakukan terapi ini secara rutin untuk meningkatkan status kesehatan dari kondisi sembuh menjadi sehat. "Kalau sampai sembuh saja, bila kena stres, ya, status kesehatan kita bisa turun. Kalau sampai sehat, meski kena stres, kesehatan turun tapi tidak sampai sakit," jelas dr. Erwin.

Autohipnosis juga bermanfaat dalam proses rehabilitasi. Khususnya untuk penyakit yang tidak bisa kembali sehat, fisik maupun mental. Artinya, agar penyakitnya tidak bertambah berat, kalau bisa malah menjadi lebih baik. Misal, penderitanya bisa mandiri, tidak tergantung pada orang lain.

Dalam terapi hipnosis maupun autohipnosis, kita yang harus aktif bertindak sebagai subjek. Keberhasilan terapi tergantung pada diri sendiri. Kalaupun terapi ini dilakukan oleh orang lain, perannya cuma sebatas fasilitator. Karena itu, menurut dr. Erwin, seseorang yang menjalani terapi ini mesti memiliki kemauan, komunikatif, dan kooperatif. "Tidak perlu syarat umur, atau IQ tertentu. Walau anak kecil, kalau bisa diajak komunikasi, ya bisa saja," ujar psikiater yang mempelajari hipnosis sejak di bangku SMU ini.

Lewat terapi dan kursus

Untuk mendapatkan hasil yang baik, menurut Erwin Kusuma, diperlukan paling banyak 20 kali pertemuan (terapi) dengan frekuensi 1 ­ 2 kali seminggu. "Pertemuan pertama biasanya mencapai satu jam lamanya. Pertemuan kedua dan selanjutnya, bisa lebih singkat," ujarnya.

Sepulang dari pertemuan, ada latihan yang harus dilakukan di rumah. Pada pertemuan-pertemuan berikutnya, hipnoterapis memantau perkembangannya. Bila ada perbaikan, dilanjutkan dengan tahap selanjutnya. Kalau tidak, terapi sebelumnya diulang lagi. "Jadi, tidak seperti orang minum obat, begitu diberi obat, sakitnya langsung hilang," jelasnya.

Selama menjalani hipnoterapi, pasien selalu didampingi hipnoterapis yang menuntun untuk melakukan tahap-tahap terapi. "Mereka yang telah menjalani terapi hipnosis biasanya akan bisa melakukan autohipnosis," kata dr. Erwin.

Tanpa menjalani hipnoterapi, kemampuan autohipnosis bisa pula diperoleh melalui kursus kilat. Lamanya cukup 6 x 2 jam pertemuan dengan pelajaran meliputi teori dan praktik. Selesai kursus, otomatis yang bersangkutan bisa melakukan autohipnosis, bisa melakukan terapi diri sendiri. "Pelaksanaannya terserah kita. Kapan saja dan di mana saja autohipnosis bisa dilakukan," tambah dr. Erwin.

Sementara untuk meningkatkan kemampuan autohipnosis, tulis Charles E. Henderson, Ph.D. dalam Self Hypnosis Induction Procedure di website Hypnotica, setiap orang memerlukan waktu berbeda-beda. Beberapa orang bisa merasakan hasilnya segera, sementara yang lain perlu beberapa hari atau minggu untuk merasakan suatu perubahan. Dengan penerapan yang tepat dan praktik setiap hari, hasil nyata akan terlihat dalam 21 hari.

Henderson membagi lima langkah yang harus dilalui untuk meningkatkan kemampuan melakukan selfhypnosis yakni persiapan, relaksasi, pendalaman relaksasi, aplikasi sugesti, dan penutup. Dalam persiapan, mesti menetapkan jadwal. Tanpa jadwal, praktik autohipnosis tidak akan berjalan. Waktu dan frekuensi praktik yang ditetapkan harus realistis.

Satu jam sehari sangat bagus jika kita dapat mengaturnya. Tapi 20 menit per hari lebih realistis bagi kebanyakan orang. Waktu yang semakin lama bukan jaminan semakin baik hasilnya. Data memperlihatkan, stabilitas dicapai bila self-hypnosis dilakukan sekitar 1 jam per hari.

Memang tidak harus dipraktikkan setiap hari. Tapi bila dilakukan secara rutin, hasilnya akan lebih baik. Setidaknya perlu beberapa menit melakukannya setiap hari.

Saat terbaik untuk praktik tergantung pada kondisi alami kita yaitu ketika berada dalam kondisi pikiran terbaik. Kalau pagi hari dianggap terbaik, kita bisa melakukannya sebelum beranjak dari tempat tidur dengan posisi berbaring atau pun duduk. Namun menjelang tidur pun bisa. Jadi, waktunya bisa diatur sendiri, yang penting tidak ada gangguan. Kalau masih ada gangguan suara, itu bisa "diredam" dengan memutar musik atau suara lainnya.

Untuk memasuki tahap relaksasi, kita mengendorkan gerakan, otot, dan pikiran. Napas dikontrol. Hirup napas dalam-dalam secara pelahan, tahan beberapa saat, lalu embuskan pelahan. Setiap kali mengembuskan napas, bayangkan seolah membersihkan tekanan dari tubuh. Setiap otot tubuh, dari ujung jari kaki hingga kepala, dilemaskan. Bayangkan setiap otot menjadi lembek dan secara total rileks. Fase relaksasi ini dapat bervariasi dari setengah jam hingga beberapa detik. Semakin sering terlatih semakin singkat waktu untuk mencapai rileks total.

Berikutnya masuk fase pendalaman relaksasi. Pada tahapan inilah kita bisa mencapai keadaan hipnotik. Menurut Henderson dalam tulisannya Good Things to Know about Hypnosis, gambaran keadaan hipnotik diri adalah bahwa seseorang rileks, menyenangkan, sadar tapi tidak peduli, hampir seperti tidur tapi tetap terjaga, dalam kendali tapi perlu melakukan sesuatu.

Dr. Erwin lebih suka menyebut keadaan hipnotik ini dengan relaksasi penuh. Tanda-tanda sudah rileks bisa dilihat dari semua organ tubuh, dari mata, mulut, otot lengan sampai kaki, serta napas. Sesungguhnya patokannya ialah otak dalam kondisi santai. Hal ini bisa dipantau dengan piranti electro enchephalogram (EEG). Kalau iramanya alfa, berarti otak dalam kondisi relatif santai.

Salah satu cara memperdalam relaksasi adalah dengan teknik menghitung mundur dalam hati. Misalnya mulai dari 100. Adanya gambaran dan pikiran yang menyelinap saat menghitung, itu alami. Cuek saja, dan teruslah menghitung. Penghitungan dilakukan dengan kecepatan yang membuat kita merasa nyaman dan rileks, kira-kira 2 - 3 detik setiap hitungan. Beberapa orang suka menghubungkan hitungan itu dengan napas mereka. Saat mereka menggali lebih dalam, napas melambat sehingga hitungan juga melambat.

Begitu mencapai akhir pendalaman, Anda siap memasukkan rekaman-rekaman positif, yang dalam istilah hipnosis disebut pengaplikasian sugesti. Yang dilakukan pada fase relaksasi dan pendalaman ini ialah menambah daya terima sugesti (suggestibility). Dengan begitu, kita telah membuka alam bawah sadar untuk menerima sugesti kita.

Sugesti harus spesifik, secara teknis benar, dan ditanamkan secara teratur di bawah kondisi yang benar. Tanpa sugesti yang dipersiapkan dan diterapkan dengan tepat, autohipnosis tidak membuahkan hasil spektakuler. Kata-kata yang disugestikan mesti singkat, dan hindarkan memakai kata ganti orang kedua, "kamu". Karena untuk diri sendiri, maka gunakan kata ganti "saya". Contoh, "Saya makan lebih sedikit agar hari demi hari semakin langsing." Perlu bereksperimen untuk menemukan metode lain yang paling efektif dalam menanamkan sugesti untuk diri sendiri.

Ada orang yang bisa segera merasakan hasil sugesti. Namun, ada juga yang memerlukan waktu lebih lama untuk merasuk. Jika dalam waktu cukup lama, katakanlah satu minggu, hasilnya belum tampak, kita perlu mengubah sugesti.

Begitu selesai menanamkan sugesti, kita siap mengakhiri autohipnosis. Perlu mengidentifikasi secara formal akhir dari keadaan hipnotik untuk memberikan batasan yang jelas antara keadaan hipnotik dan sadar. Batasan akhir yang jelas ini juga mencegah kita tertidur. Kalau ingin tidur, boleh-boleh saja tapi bukan saat melakukan selfhypnosis. Dalam mengakhiri autohipnosis, kita memikirkan akan bangun dan bersiap-siap untuk itu, misalnya dengan menghitung sampai tiga.

Hipnosis diri, menurut Henderson, relatif mudah dipelajari dan dilakukan. Autohipnosis merupakan bentuk keterampilan. Karena itu, seperti halnya keterampilan lain, dibutuhkan pengetahuan dan praktik untuk meningkatkan kemampuan. Hipnosis diri tak ubahnya instrumen musik. Sekali menguasainya, kita dapat menggunakannya untuk menciptakan musik-musik yang indah.

(I. Gede Agung Yudana/A. Hery Suyono)