BETA
Apa Yang Tuhan Perbuat Tatkala Orang Baik Berubah Jahat Dan Orang Jahat Berubah Baik
Sumber: telaga
Id Topik: 2212

Abstrak:

Mengapakah orang jahat bisa berubah baik dan orang baik bisa berubah jahat ? Apakah yang Tuhan perbuat sewaktu orang jahat berubah baik dan orang baik berubah jahat ? Kita menemukan masing-masing contoh perubahan – dan juga kenyataan hidup ini - dalam 2 Raja-Raja 5:1-27

Transkrip:

Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya, Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang "Apa Yang Tuhan Perbuat Tatkala Orang Baik Berubah Jahat Dan Orang Jahat Berubah Baik". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.

GS : Memang rupanya sifat manusia ini gampang sekali berubah ya, Pak Paul. Dari yang baik bisa berubah jahat dan yang jahat bisa jadi baik, itu silih berganti. Kadang-kadang orang yang bersangkutan pun merasa heran sendiri dengan dirinya, "Kok saya bisa jadi seperti ini ?" Bagaimana, Pak Paul ?

PG : Memang inilah kenyataan hidup, Pak Gunawan. Orang jahat tidak selalu jahat, kadang mereka berubah menjadi baik. Sebaliknya orang baik tidak selalu baik. Ada kalanya mereka berubah menjadi jahat. Pertanyaan yang mungkin muncul adalah mengapakah orang jahat bisa berubah baik dan orang baik bisa berubah jahat dan apakah yang Tuhan perbuat sewaktu orang jahat berubah baik dan orang baik berubah jahat. Kita akan melihat bagian dari firman Tuhan di 2 Raja-Raja 5:1-27 supaya kita bisa melihat fakta kehidupan ini dan memeroleh jawaban dari pertanyaan ini.

GS : Iya. Memang yang saya tahu, Tuhan tidak pernah melabeli seseorang ‘orang ini jahat, orang ini baik’, tapi kitalah yang seringkali melakukan hal itu. Orang yang sudah kita beri label jahat, betapa pun baiknya dia, kita curiga terus dengan apa yang dia lakukan.

PG : Betul. Kalau kita sudah memunyai pemikiran orang itu memang tidak baik ya apapun yang dia lakukan kita cenderung mencurigai motifnya tidak baik.

GS : Iya. Seolah-olah tidak bisa berubah lagi ya sehingga tidak ada upaya untuk memerbaiki yang jahat. Tapi sebaliknya orang yang sudah kita labeli baik ini, apapun yang dia lakukan kita anggap baik terus sehingga kita kadang-kadang tertipu. Yang pada mulanya baik, tiba-tiba menipu kita. Baru setelah itu kita terkaget-kaget, wah ternyata orang ini tidak baik juga. Begitu, Pak Paul.

PG : Iya. Tapi kali ini kita akan melihat bahwa orang ini memang jahat terus berubah menjadi baik, tapi orang yang tadinya baik kok bisa berubah menjadi jahat.

GS : Contoh dari Alkitab bagaimana, Pak Paul ?

PG : Pada saat itu Israel sedang dalam kondisi genting karena ketidaktaatan kepada perintah Allah maka Israel mendapatkan hukuman yaitu Bangsa Asyur dan Bangsa Aram tidak henti-hentinya menggempur Israel. Setiap kali datang mereka berhasil menaklukkan Israel, menjarahnya bahkan menangkap serta membawa orang Israel untuk dijadikan budak. Salah satu diantaranya adalah seorang anak perempuan yang dijadikan pelayan di rumah Naaman, seorang panglima. Naaman adalah seorang pahlawan oleh karena kepiawaiannya, bangsa Aram berhasil memenangkan banyak pertempuran. Namun di tengah kegemilangannya tiba-tiba dia terkena kusta, penyakit yang bukan saja mematikan pada saat itu tetapi juga mengerikan. Sudah tentu Naaman gundah dan rupanya itulah yang dilihat oleh anak perempuan Israel itu. Karena kasihan, dia pun mengusulkan kepada nyonyanya agar Naaman pergi ke Samaria, Ibukota Israel saat itu untuk menemui Nabi Elisa. Kita tidak tahu apakah dia memunyai hubungan dengan Nabi Elisa atau tidak, tapi yang pasti dia pernah mendengar kabar tentang Nabi Elisa. Bagaimana Tuhan memakainya untuk menyembuhkan bahkan membangkitkan orang mati. Nah, singkat cerita Naaman pun memutuskan pergi ke Samaria untuk menemui Nabi Elisa. Bagi Naaman ini adalah sebuah tindakan yang sangat merendahkannya. Dia adalah panglima perang yang berandil besar memberi kemenangan kepada bangsa Aram dalam peperangan melawan Israel. Sekarang dia harus meminta pertolongan kepada seorang nabi di Israel. Tapi demi kesembuhan, dia rela pergi dan merendahkan dirinya. Sesampainya disana, Nabi Elisa menolak untuk menemuinya. Dia menyuruh seorang suruhannya untuk mengatakan kepada Naaman, pergilah mandi tujuh kali dalam Sungai Yordan maka tubuhmu akan pulih kembali sehingga Engkau menjadi tahir. Perlakuan Nabi Elisa yang disengaja ini membuat Naaman gusar. Dia menolak melakukannya. Tapi akhirnya atas desakan pegawai-pegawainya dia pun menuruti instruksi Nabi Elisa. Tubuhnya pulih, dia disembuhkan. Untuk mengungkapkan rasa syukurnya, dia ingin memberi hadiah kepada Nabi Elisa namun Nabi Elisa dengan sengaja menolaknya. Setelah Naaman pergi, bujang Nabi Elisa yang bernama Gehazi mengejar Naaman dan berdusta kepadanya. Dia berkata bahwa Nabi Elisa menyuruhnya pergi untuk menemui Naaman dan meminta hadiah itu lagi karena dua orang nabi yang membutuhkan pertolongan. Naaman memberikannya bukan saja seperti yang diminta Gehazi tapi jauh melebihi apa yang diminta oleh Gehazi. Sepulangnya ke rumah, Nabi Elisa memanggil Gehazi. Dia sudah tahu karena Tuhan telah menyatakan perbuatan Gehazi kepadanya. Nabi Elisa menegur Gehazi dan sebagai hukuman atas perbuatannya kusta Naaman pun pindah dan melekat pada Gehazi. Dalam kisah ini kita melihat orang jahat yaitu Naaman menjadi baik. Sedangkan orang baik, Gehazi, menjadi jahat. Jadi, ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari kehidupan dua orang ini, Pak Gunawan.

GS : Ini kisah yang menarik sekali, Pak Paul. Mungkin sebagian kita tahu tapi juga mungkin masih ada yang belum tahu tentang kisah ini. Tetapi baiklah kita belajar dari kisah ini karena pasti Tuhan meninggalkan kisah ini buat kita supaya kita bisa belajar sesuatu daripadanya. Apa pelajaran pertama yang bisa kita tarik dari kisah ini, Pak Paul ?

PG : Pertama, mata Tuhan tertuju pada semua orang dan bukan hanya pada sebagian orang. Orang yang kita anggap musuh Tuhan atau sudah dibuang Tuhan ternyata masih menjadi obyek kasih-Nya dan perhatian-Nya. Sebagaimana dapat kita lihat disini, kendati Aram bukanlah umat Tuhan dan pada saat itu malah menjadi musuh dan jahat terhadap Israel, Tuhan tetap memerhatikannya. Tuhan tidak berkewajiban menyembuhkan Naaman, orang yang bertanggung jawab atas kekalahan Israel, tetapi Ia memilih untuk menyembuhkannya. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa Tuhan tidak pilih kasih dan bahwa Ia adalah Tuhan bagi semua manusia bukan hanya Israel. Mata dan hati-Nya tertuju kepada semua orang.

GS : Tapi bukankah kita baca dalam Perjanjian Lama seolah-olah mata Tuhan hanya tertuju pada orang Israel ya ? Kalau pun Tuhan memerhatikan bangsa-bangsa lain, itu pun demi kepentingan orang Israel. Bagaimana, Pak Paul ?

PG : Tuhan memilih Israel sebab lewat Israel Tuhan membagikan keselamatan-Nya kepada setiap umat manusia. Namun Tuhan tidak mengistimewakan Israel. Tuhan mengasihi semua. Tuhan hanya memakai Israel, tidak mengistimewakannya. Tuhan mengasihi bangsa-bangsa lain. Memang tidak dicatat di Alkitab karena fokus Alkitab bukanlah tentang sejarah manusia tetapi tentang perbuatan Tuhan menyelamatkan manusia. Makanya yang banyak disebut adalah tentang Israel. Tetapi itu tidak berarti Tuhan tidak bekerja di bangsa-bangsa lain. Kisah seperti ini ditaruh di Alkitab untuk mengingatkan kita tentang fakta ini bahwa ternyata Tuhan hadir juga di tengah-tengah bangsa Aram. Kita tahu bangsa Aram sekarang adalah bangsa Irak dan Siria, Pak Gunawan. Makanya Kota Damsyik atau Kota Damaskus disebut-sebut disini adalah kota yang sampai sekarang masih ada di Siria. Tuhan ternyata juga hadir disana memerhatikan orang yang terkena sakit disana juga. Jadi tidak hanya satu bangsa yang Tuhan perhatikan. Mata Tuhan tertuju kepada semua.

GS : Tetapi kalau kita memerhatikan apa yang pernah kita bicarakan di kesempatan yang lampau, bahwa semua itu adalah rencana Tuhan demi keselamatan umat manusia. Begitu ya. Sehingga seperti ada pembantu yang memberitahukan bahwa di Israel ada nabi dan sebagainya, itu semua ‘kan sudah ditata sedemikian rupa oleh Tuhan.

PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Kadang kita pikir Tuhan hanya akan memerhatikan orang tertentu saja. Ini salah satu kesimpulannya ya. Mungkin kita beranggapan bahwa Tuhan tidak akan memerhatikan kita sebab kita tidak bisa melakukan banyak hal atau pelayanan bagi-Nya. Kita berasumsi bahwa Tuhan hanya akan memerhatikan orang yang bertalenta besar dan telah berbuat banyak baginya. Kisah ini memerlihatkan bahwa pandangan seperti itu keliru, Pak Gunawan. Bukan saja Naaman tidak pernah berbuat apa-apa buat Tuhan, dia pun telah berbuat jahat kepada Israel, umat Tuhan, menyerangnya dan melawannya. Namun Tuhan melihatnya dan memerhatikannya. Tuhan bahkan menyembuhkannya.

GS : Ini semata-mata anugerah ya. Kalau kita sekarang mengenalnya sebagai suatu anugerah.

PG : Betul.

GS : Sebenarnya Naaman tidak pantas dan Tuhan pun tidak berkewajiban menyembuhkan Naaman tapi Naaman dipilih untuk disembuhkan.

PG : Betul.

GS : Saya yakin ini ada rencana jangka panjang dan lebih luas lagi bukan hanya Naaman tetapi supaya nama Tuhan dikenal di negara-negara lain selain Israel.

PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Ini membawa kita pada pelajaran kedua, yaitu cara Tuhan bekerja jauh lebih tinggi daripada cara kita bekerja. Singkat kata, kita tidak selalu dapat memahami cara Tuhan bekerja. Secara sengaja dan terencana, Tuhan mendatangkan si anak perempuan Israel ke rumah Naaman dengan cara membiarkannya ditangkap dan ditawan serta dijadikan budak. Secara manusia kita mungkin berkata bahwa tidak ada cara yang lebih buruk untuk menjadi alat di tangan Tuhan daripada ditangkap dan ditawan serta dijadikan budak. Namun cara itulah yang Tuhan pilih untuk menggenapi rencana-Nya, yaitu menyembuhkan Naaman dan membawa keselamatan kepada bangsa Aram. Penerapannya buat kita adalah ini, Pak Gunawan. Saya kira kebanyakan kita mau dan tidak keberatan dipakai Tuhan. Masalahnya adalah Tuhan tidak selalu memakai kita lewat cara yang wajar dan dapat diterima oleh kita. Kadang Ia menggunakan cara yang bukan saja aneh dan lain daripada yang lain tetapi juga menyakitkan dan menyusahkan. Kita tidak bisa membayangkan perasaan si anak perempuan Israel itu. Kita tidak tahu apa yang terjadi mengapa dia sampai ditangkap oleh bangsa Aram yang menyerang Israel. Apakah mungkin orangtuanya terbunuh dalam peperangan ? Mungkin. Ataukah hanya dia yang ditangkap karena dia tidak sempat melarikan diri ? Juga mungkin. Apapun situasinya kita dapat menyimpulkan bahwa itu tidak baik dan tidak menyenangkan. Kita pun bisa menduga tentulah si anak perempuan itu sedih ya. Dia masih kecil. Mungkin dia kerap menangis merindukan keluarganya. Namun dari kisah ini kita dapat menyimpulkan bahwa anak perempuan itu berada dalam kehendak Tuhan. Singkat kata, berada di dalam rumah Naaman adalah berada di dalam kehendak Allah. Ini pelajaran juga buat kita, Pak Gunawan. Kehendak Allah tidak berarti hidup tanpa badai. Kadang berada dalam kehendak Allah berarti mengalami gempuran badai kehidupan dan terpaan kesusahan. Ada kalanya untuk masuk ke dalam kehendak dan rencana Allah, kita harus melewati lembah kesusahan dan kehilangan. Kadang agar kita dipakai-Nya pada waktu yang tepat, maka Tuhan harus menghadirkan perubahan yang drastik dalam kehidupan kita. Jadi, kita tidak selalu mengerti kehendak Tuhan dan tidak selalu dapat melihat pekerjaan dan pimpinan-Nya. Melalui anak perempuan itu, Naaman bukan saja menerima kesembuhan, dia pun berkesempatan mengenal Tuhan Allah Israel.

GS : Memang ini suatu hal yang sulit dipahami tetapi kita takjub, kita terkagum dengan cara Tuhan bekerja, Pak Paul.

PG : Betul.

GS : Bukan hanya dalam kasus ini. Sebenarnya ada banyak contoh di Alkitab yang membukakan mata kita, Tuhan memimpin kita langkah demi langkah, setahap demi setahap.

PG : Betul. Kita tidak selalu menyadarinya tetapi sebetulnya Tuhan sedang menggiring kita ke satu arah, yaitu pada kehendak dan rencana-Nya. Nah, bagaimana Tuhan menggiring kita itu memang melibatkan pelbagai situasi. Ada yang menyenangkan, ada yang tidak menyenangkan. Dalam kisah ini memang tidak menyenangkan bagi si anak perempuan itu. Sebab kemungkinan yang tadi telah kita bahas benar-benar bisa terjadi, Pak Gunawan. Bisa jadi dia tidak punya orangtua sebab orangtuanya mati terbunuh oleh bangsa Aram atau waktu diserang, keluarganya melarikan diri, dia yang tertangkap. Sudah pasti waktu dia dibawa, ditangkap dan dijadikan budak dia sedih luar biasa sebab dalam pemikirannya dia tidak bisa lagi menginjakkan kaki di tanah kelahirannya, dia sudah menjadi budak bangsa lain. Tapi ternyata, eh dalam rencana Tuhan. Ada rencana Tuhan yang lebih tinggi lagi, lebih agung lagi, lebih mulia lagi.

GS : Mungkin dia tetap menjadi budaknya Naaman ya.

PG : Betul.

GS : Tetapi dia sudah dipakai oleh Tuhan untuk sesuatu yang mulia, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain.

PG : Betul. Makanya tadi saya katakan untuk kasus dia berada dalam rumah Naaman ternyata berada dalam kehendak Allah. Kita ‘kan selalu berpikirnya wah kalau kehendak Allah justru saya dilepaskan dari rumah ini, ini ‘kan yang memperbudak saya. Harusnya saya keluar, dibebaskan oleh Tuhan. Ternyata tidak selalu demikian. Tapi kita bisa yakin satu hal karena Naaman itu disembuhkan, dia pasti akan berterima kasih kepada si anak perempuan itu.

GS : Itu disembuhkan dari penyakit yang berbahaya ya, yaitu kusta ya. Bukan sekadar penyakit biasa-biasa saja.

PG : Betul.

GS : Apalagi yang bisa kita pelajari, Pak Paul ?

PG : Yang ketiga adalah perubahan menuju baik dari jahat berawal dari kerendahan hati. Naaman menolak mandi di Sungai Yordan karena dia merasa terhina, Pak Gunawan. Namun satu hal lagi yang tidak kalah menyakitkan egonya adalah Nabi Elisa tidak bersedia menemuinya. Dia kan pejabat tinggi bangsa yang menaklukan bangsa Israel, Nabi Elisa tidak sudi melihatnya ya. Nabi Elisa sengaja menolak untuk bertemu dengannya agar ego Naaman makin terluka. Puncak dari cederanya ego yang besar itu adalah sewaktu ia harus mandi di Sungai Yordan sebanyak tujuh kali. Kita tidak tahu seberapa kotornya Sungai Yordan saat itu, yang pasti adalah sungai di Damsyik tempatnya bermukim jauh lebih baik daripada Sungai Yordan. Mandi di sungai yang kotor tujuh kali di Israel negara yang takluk kepada bangsa Aram tanpa sedetikpun ditemui oleh Nabi Elisa benar-benar menghancurkan egonya. Namun itulah awal dari perubahannya. Naaman kembali ke negerinya sebagai seorang yang percaya kepada Tuhan Allah. Kerendahan hati membawa kita dekat kepada Tuhan. Keangkuhan hati membawa kita jauh dari Tuhan.

GS : Iya. Memang sulit sekali orang yang jahat ini untuk rendah hati, karena ini suatu hal yang bertentangan. Seperti Naaman ini, sulit. Akan lebih mudah kalau orang itu bukan Naaman tetapi orang yang biasa-biasa saja misalnya penduduk Aram. Tetapi dengan jabatan, dengan kepandaiannya, dengan kekayaannya, memang terus terang sulit untuk rendah hati.

PG : Iya. Bahkan kita tahu Naaman itu mendapatkan surat dari Raja Aram yang ditujukan kepada Raja Israel dan surat itu bukannya permohonan tapi itu adalah seperti surat perintah. Raja Aram meminta Raja Israel untuk membawa Naaman kepada Nabi Elisa. Tapi sekarang Naamannya itu ya seolah-olah harus mengemis-ngemis kepada Nabi Elisa. Jadi, dia harus benar-benar mengorbankan egonya. Tapi itulah yang harus terjadi, Pak Gunawan. Tuhan tidak hanya berminat menyembuhkannya, Tuhan berminat mengubah dirinya. Ini buat Tuhan lebih penting. Dengan dia disembuhkan, dia menjadi sehat, sudah tentu itu hal yang baik. Tapi kalau karakternya tidak berubah, dia tetap jahat, buat apa ? Jadi, kita lihat Tuhan melihat atau Tuhan mementingkan perubahan karakter lebih daripada kesehatannya. Nah, disini kita lihat Tuhan lakukan dua-duanya. Memberi dia kesehatan tapi juga mengubah karakternya.

GS : Kalau menyembuhkan penyakitnya ini mungkin sepenuhnya berada di tangan Tuhan. Tetapi untuk mengubah karakter seseorang, dibutuhkan kerja sama dengan orang yang bersangkutan. Sehingga peristiwa sakit dan sembuhnya Naaman ini saya rasa memang sudah dipersiapkan oleh Tuhan untuk mengubah karakter Naaman ini.

PG : Betul. Yang menarik adalah dia mula-mula menolak untuk mandi di Sungai Yordan tapi justru para pegawainya yang membujuk dia. "Kamu sudah datang jauh-jauh kesini dan dia hanya minta kamu mandi tujuh kali di Sungai Yordan. Kalau dia meminta kamu melakukan hal yang lebih susah, kamu akan lakukan. Kenapa yang ini tidak mau ?" tapi kita sebetulnya tahu jawabannya, karena ini terlalu mengorbankan egonya, terlalu menghina. Disuruh mandi di Sungai Yordan yang kotor itu, sama sekali tidak ditemui oleh Nabi Elisa. Tapi dia tidak mengerti semua itu harus terjadi supaya egonya hancur. Sebab waktu egonya hancur, dia berubah dari jahat menjadi baik.

GS : Jadi, memang tidak bisa hanya sekadar dilakukan perbaikan terhadap ego seseorang, Pak Paul. Yang rusak ini, yang jahat ini harus dihancurkan total lalu dibangun sesuatu yang baru.

PG : Betul.

GS : Adakah pelajaran yang lain, Pak Paul ?

PG : Yang keempat, perubahan menuju jahat dari baik berawal dari ketamakan hati. Gehazi bukan hanya pelayan Nabi Elisa, dia pun adalah rekan sepelayanan Nabi Elisa. Asisten nabi. Dia tahu siapa Nabi Elisa dan seharusnya dia pun tahu siapakah Tuhan Allah yang dilayaninya. Sayang, dia tidak begitu mengenal Nabi Elisa dan sesungguhnya dia hampir tidak mengenal Tuhan Allah. Berada dekat Nabi Elisa ternyata tidak membuatnya rohani dan tidak serakah. Dia berubah menjadi jahat sebab dia tamak. Mungkin ya, dia tidak ingin hidup miskin seperti Nabi Elisa. Mungkin dia tidak ingin menjadi orang yang terus diberi tumpangan, dia ingin hidup kaya dan baginya Naaman adalah kesempatan itu yang dapat memberikannya kekayaan. Jadi, ini adalah pelajaran buat kita. Berhati-hatilah dengan ketamakan. Banyak orang baik berubah jahat sewaktu hati mulai tamak. Ketamakan dimulai dengan ketidakpuasan dan keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Sudah tentu tidak salah memunyai ketidakpuasan dan keinginan akan sesuatu yang lebih baik. Yang salah adalah yang datang kemudian yakni hilangnya rasa syukur atas pemberian Tuhan. Begitu kita tidak lagi bersyukur kepada Tuhan, kita pun mulai meninggalkan Tuhan. Kita mengambil alih hidup dari tangan Tuhan dan memutuskan untuk mengubah hidup dengan cara yang sesuai dengan kehendak kita tanpa memedulikan kehendak Tuhan lagi. Nah, itulah awal dari ketamakan, Pak Gunawan.

GS : Iya. Mungkin ini lebih sering kita lihat di dalam kehidupan kita sehari-hari, bahkan yang bisa menimpa kita. Kalau berubah dari jahat ke baik itu sulitnya bukan main tetapi kalau berubah dari baik menjadi jahat itu seolah-olah memang jalan terbuka lebar, sudah disiapkan jalannya oleh Iblis, gampang sekali untuk menjadi jahat.

PG : Betul.

GS : Tetapi memang ketamakan hati ini menjadi masalah utama. Kita sulit sekali mengendalikan ketamakan di dalam diri kita. Bagaimana ini, Pak Paul ? Juga orang seperti Gehazi yang begitu dekat dengan Nabi.

PG : Dan melihat Tuhan memakai Nabi Elisa menyembuhkan orang, membangkitkan orang dari kematian, bukankah dia sudah bersukacita diberi kehormatan melihat Tuhan bekerja. Tapi akhirnya dia pikir-pikir, "Aduh tidak punya jaminan hidup, tidak punya kebun, tidak punya anggur, nanti bagaimana di hari tua ? Ini kesempatan, di depan mata ada orang yang mau beri hadiah." Dia gelap mata dan berbohong untuk mendapatkan semua itu. Tapi akhirnya justru dia mendapatkan hukuman Tuhan, dia yang menjadi penderita penyakit kusta.

GS : Iya. Untuk memerangi ketamakan seseorang di dalam pelayanan, khususnya, bagaimana ?

PG : Saya kira kita mesti bersyukur atas apa yang Tuhan telah berikan dan percaya dengan iman bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan dan pasti memelihara kita. Jadi, kalau kita sudah punya pegangan itu – percaya dengan iman Tuhan pasti memelihara kita – kita tidak lagi pikirkan cara-cara lain untuk menambahkan apa yang kita rasa kurang itu dan yang kita tidak puas itu. Tidak usah lagi. Tuhan pasti akan pelihara.

GS : Pak Paul, adakah ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan untuk mengakhiri perbincangan ini ?

PG : Firman Tuhan di Amsal 10:29 mengingatkan, "Jalan Tuhan adalah perlindungan bagi orang yang tulus tetapi kebinasaan bagi orang yang berbuat jahat." Jadi, Tuhan itu memberi jalan dan jalan yang paling aman bagi orang yang tulus, yang jujur ya. Tapi kalau orang yang jahat, jalannya adalah jalan kebinasaan.

GS : Itu jalan yang dibuat oleh Tuhan sendiri, dua-duanya. Jadi, jalan yang sama ini bisa menjadi perlindungan bagi orang yang tulus tetapi jalan itu juga menjadi kebinasaan ? Begitu ?

PG : Tuhan seolah membuka dua jalan dan meminta kita memilih, Pak Gunawan. Kalau kita tulus, kita akan berjalan di jalan Tuhan yang justru menjadi perlindungan buat kita. Tapi kalau kita sudah tidak tulus, kita orang jahat, kita memang akan memilih jalan yang satunya. Kita pikir jalan ini akan membawa kita kepada kesukacitaan kebahagiaan tapi justru nantinya kebinasaanlah yang akan kita dapatkan.

GS : Iya. Terima kasih untuk perbincangan ini, Pak Paul. Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Apa Yang Tuhan Perbuat Tatkala Orang Baik Berubah Jahat Dan Orang Jahat Berubah Baik". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA

Ringkasan:

Orang jahat tidak selalu jahat; kadang mereka berubah menjadi baik. Sebaliknya, orang baik tidak selalu baik; adakalanya mereka berubah menjadi jahat. Inilah kenyataan hidup. Pertanyaan yang mungkin muncul adalah mengapakah orang jahat bisa berubah baik dan orang baik bisa berubah jahat ? Dan, apakah yang Tuhan perbuat sewaktu orang jahat berubah baik dan orang baik berubah jahat ? Di dalam 2 Raja-Raja 5:1-27, kita dapat melihat fakta kehidupan ini dan memperoleh jawaban akan pertanyaan ini. Pada saat itu Israel sedang dalam kondisi genting. Oleh karena ketidaktaatan kepada perintah Allah, Israel mendapat hukuman: Bangsa Asyur dan Aram tidak henti-hentinya menggempur Israel. Setiap kali datang, mereka berhasil menaklukkan Israel, menjarahnya, bahkan menangkap serta membawa orang Israel untuk dijadikan budak. Nah, salah satu di antaranya adalah seorang anak perempuan, yang dijadikan pelayan di rumah Naaman, seorang panglima.

Naaman adalah seorang pahlawan; oleh karena kepiawaiannya, bangsa Aram berhasil memenangkan banyak pertempuran. Namun, di tengah kegemilangannya, tiba-tiba ia terkena kusta, penyakit yang bukan saja mematikan pada saat itu tetapi juga mengerikan. Sudah tentu Naaman gundah, dan rupanya itulah yang dilihat oleh anak perempuan Israel itu. Karena kasihan, ia pun mengusulkan kepada nyonyanya agar Naaman pergi ke Samaria, ibukota Israel saat itu, untuk menemui Nabi Elisa. Kita tidak tahu apakah ia memunyai hubungan dengan Nabi Elisa atau tidak, tetapi yang pasti adalah, ia pernah mendengar kabar tentang Nabi Elisa—bagaimana Tuhan memakainya untuk menyembuhkan, bahkan membangkitkan orang mati.

Singkat cerita Naaman pun memutuskan pergi ke Samaria untuk menemui Nabi Elisa. Bagi Naaman, ini adalah sebuah tindakan yang sangat merendahkannya. Ia adalah panglima perang yang berandil besar memberi kemenangan kepada bangsa Aram dalam peperangan melawan Israel. Sekarang ia harus meminta pertolongan kepada seorang nabi di Israel. Tapi, demi kesembuhan, ia rela pergi dan merendahkan dirinya.

Sesampainya di sana, Nabi Elisa menolak untuk menemuinya. Ia menyuruh seorang suruhannya untuk mengatakan kepada Naaman, "Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir." Perlakuan Nabi Elisa—yang memang disengaja ini—membuat Naaman gusar. Ia menolak melakukannya. Tetapi akhirnya, atas desakan pegawai-pegawainya, ia pun menuruti instruksi Nabi Elisa. Tubuhnya pulih, ia disembuhkan. Untuk mengungkapkan syukurnya, ia ingin memberi hadiah kepada Nabi Elisa, namun Nabi Elisa menolaknya—dengan sengaja. Setelah Naaman pergi, bujang Nabi Elisa, Gehazi, mengejar Naaman dan berdusta kepadanya. Ia berkata bahwa Nabi Elisa menyuruhnya pergi untuk menemui Naaman dan meminta hadiah itu kembali karena dua orang nabi yang membutuhkan pertolongan. Naaman memberikannya, bukan saja seperti yang diminta Gehazi tetapi jauh melebihi apa yang diminta Gehazi.

Sepulangnya ke rumah, Nabi Elisa memanggil Gehazi; ia tahu karena Tuhan sudah menyatakan perbuatan Gehazi kepadanya. Nabi Elisa menegur Gehazi dan sebagai hukuman atas perbuatannya, kusta Naaman pun pindah dan melekat pada Gehazi. Di dalam kisah ini kita melihat orang jahat—Naaman—menjadi baik sedang orang baik—Gehazi—menjadi jahat. Ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari kehidupan dua orang ini.

  1. MATA TUHAN TERTUJU PADA SEMUA ORANG, DAN BUKAN HANYA PADA SEBAGIAN ORANG.
    Orang yang kita anggap "musuh" Tuhan atau sudah "dibuang" Tuhan, ternyata masih menjadi obyek kasih-Nya dan perhatian-Nya. Sebagaimana dapat kita lihat di sini, kendati Aram bukanlah umat Tuhan dan pada saat itu malah menjadi musuh dan jahat terhadap Israel, Tuhan tetap memperhatikannya. Tuhan tidak berkewajiban menyembuhkan Naaman, orang yang bertanggung jawab atas kekalahan Israel, tetapi Ia memilih untuk menyembuhkannya. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa Tuhan tidak pilih kasih dan bahwa Ia adalah Tuhan bagi semua manusia, bukan hanya Israel. Mata dan hati-Nya tertuju pada semua orang ! Adakalanya kita berpikir bahwa Tuhan hanya akan memerhatikan orang-orang tertentu saja. Mungkin kita beranggapan bahwa Tuhan tidak akan memerhatikan kita sebab kita tidak bisa melakukan banyak hal atau pelayanan bagi-Nya. Kita berasumsi bahwa Tuhan hanya akan memerhatikan orang yang bertalenta besar dan telah berbuat banyak bagi-Nya. Kisah ini memerlihatkan bahwa pandangan seperti itu keliru. Bukan saja Naaman tidak pernah berbuat apa-apa buat Tuhan, ia pun telah berbuat jahat kepada Israel—menyerang dan menawan. Namun, Tuhan melihatnya dan memperhatikannya; Tuhan bahkan menyembuhkannya.

  2. CARA TUHAN BEKERJA JAUH LEBIH TINGGI DARIPADA CARA KITA BEKERJA.
    Singkat kata, kita tidak selalu dapat memahami cara Tuhan bekerja. Secara sengaja dan terencana Tuhan mendatangkan si anak perempuan Israel ke rumah Naaman dengan cara membiarkannya ditangkap dan ditawan, serta dijadikan budak. Secara manusia kita mungkin berkata bahwa tidak ada cara yang lebih buruk untuk menjadi alat di tangan Tuhan daripada ditangkap dan ditawan serta dijadikan budak. Namun, cara itulah yang Tuhan pilih untuk menggenapi rencana-Nya—menyembuhkan Naaman dan membawa keselamatan kepada bangsa Aram. Saya kira kebanyakan kita mau dan tidak berkeberatan dipakai Tuhan. Masalahnya adalah Tuhan tidak selalu memakai kita lewat cara yang wajar dan dapat diterima oleh kita. Kadang Ia menggunakan cara, yang bukan saja aneh dan lain daripada yang lain, tetapi juga menyakitkan dan menyusahkan. Kita tidak bisa bayangkan perasaan si anak perempuan Israel itu. Kita tidak tahu apa yang terjadi mengapa sampai ia ditangkap oleh bangsa Aram yang menyerang Israel. Apakah mungkin orangtuanya terbunuh dalam peperangan? Ataukah, hanya ia yang ditangkap karena ia tidak sempat melarikan diri? Apa pun situasinya, kita dapat menyimpulkan bahwa itu tidak baik dan tidak menyenangkan. Kita pun bisa menduga bahwa tentulah si anak perempuan itu sedih dan kerap menangis merindukan keluarganya. Namun dari kisah ini kita dapat menyimpulkan bahwa anak perempuan itu berada di dalam kehendak Tuhan. Singkat kata, berada di dalam rumah Naaman adalah berada di dalam kehendak Allah. Kehendak Allah tidak berarti hidup tanpa badai; kadang berada di dalam kehendak Allah berarti mengalami gempuran badai kehidupan dan terpaan kesusahan. Adakalanya untuk masuk ke dalam kehendak dan rencana Allah, kita harus melewati lembah kesusahan dan kehilangan. Kadang, agar kita dipakai-Nya pada waktu yang tepat, maka Tuhan harus menghadirkan perubahan yang drastik dalam kehidupan kita. Kita tidak selalu mengerti kehendak Tuhan dan tidak selalu dapat melihat pekerjaan dan pimpinan-Nya. Melalui si anak perempuan itu bukan saja Naaman menerima kesembuhan, ia pun berkesempatan mengenal Tuhan Allah Israel.

  3. PERUBAHAN MENUJU BAIK DARI JAHAT BERAWAL DARI KERENDAHAN HATI.
    Naaman menolak mandi di sungai Yordan karena ia merasa terhina. Namun satu hal lagi yang tidak kalah menyakitkan egonya adalah, Nabi Elisa tidak bersedia menemuinya. Nabi Elisa sengaja menolak menemuinya agar ego Naaman makin terluka. Puncak dari cederanya ego yang besar itu adalah sewaktu ia harus mandi di sungai Yordan sebanyak tujuh kali. Kita tidak tahu seberapa kotornya sungai Yordan saat itu, yang pasti adalah sungai di Damsyik, tempatnya bermukim, jauh lebih baik daripada sungai Yordan. Mandi di sungai yang kotor tujuh kali, di Israel, negara yang takluk pada bangsa Aram, tanpa sedetik pun ditemui oleh Nabi Elisa, benar-benar menghancurkan egonya. Namun itulah awal dari perubahannya. Naaman kembali ke negerinya sebagai seorang yang percaya pada Tuhan Allah. Kerendahan hati membawa kita dekat kepada Tuhan; keangkuhan hati membawa kita jauh dari Tuhan.

  4. PERUBAHAN MENUJU JAHAT DARI BAIK BERAWAL DARI KETAMAKAN HATI.
    Gehazi bukan hanya pelayan Nabi Elisa, ia pun adalah rekan sepelayanan Nabi Elisa. Ia tahu siapa Nabi Elisa dan seharusnya, ia pun tahu, siapakah Tuhan Allah yang dilayaninya. Sayang, ia tidak begitu mengenal Nabi Elisa dan sesungguhnya ia hampir tidak mengenal Tuhan Allah. Berada dekat dengan Nabi Elisa tidak membuatnya rohani dan tidak serakah. Ia berubah menjadi jahat sebab ia tamak. Mungkin, ia tidak ingin hidup miskin seperti Nabi Elisa; mungkin ia tidak ingin menjadi orang yang terus diberikan penumpangan. Ia ingin hidup kaya, dan baginya Naaman adalah kesempatan yang dapat memberikannya kekayaan. Berhati-hatilah dengan ketamakan. Banyak orang baik berubah jahat sewaktu hati mulai tamak. Ketamakan dimulai dengan ketidakpuasan dan keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Sudah tentu tidak salah memunyai ketidakpuasan dan keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Yang salah adalah yang datang kemudian, yakni hilangnya rasa syukur atas pemberian Tuhan. Begitu kita tidak lagi bersyukur kepada Tuhan, kita pun mulai meninggalkan Tuhan. Kita mengambil alih hidup dari tangan Tuhan dan memutuskan untuk mengubah hidup dengan cara dan sesuai dengan kehendak kita, tanpa memedulikan kehendak Tuhan lagi. Itulah awal dari ketamakan. Firman Tuhan di Amsal 10:29 mengingatkan, "Jalan Tuhan adalah perlindungan bagi orang yang tulus, tetapi kebinasaan bagi orang yang berbuat jahat."


Questions: