BETA
Hidup Bersahabat dengan HIV AIDS
Sumber: telaga
Id Topik: 2131

Abstrak:

Terjangkit virus HIV memang bukan sebuah akhir namun bisa jadi perjalanan yang sangat berat bagi ODHA (Orang dengan HIV AIDS). ODHA sangat membutuhkan perhatian serta semangat dari orang-orang terdekatnya, antara lain keluarganya. Disini akan dibahas apa saja yang bisa kita lakukan sebagai OHIDA (orang yang tinggal bersama ODHA).

Transkrip:

Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) bekerja sama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya Stella akan berbincang-bincang dengan Bapak Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling keluarga. Perbincangan kami kali ini adalah tentang "Hidup Bersahabat dengan HIV AIDS". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.

St : Pak Sindu, berbicara tentang HIV dan AIDS, ada penderita-penderita yang mengalami HIV AIDS. Terkadang mereka merasa hidupnya berakhir karena orang-orang di sekitarnya pun menghindari mereka. Sebenarnya bagaimana peran keluarga ataupun orang-orang terdekat dari penderita HIV AIDS ini ?

SK : Ini topik yang memang perlu kita bahas, Bu Stella. Memang benar yang disampaikan Bu Stella. Pendampingan orang dengan HIV AIDS itu sangat penting. Supaya kita lebih mudah menyebutnya, kita sesuaikan dengan istilah yang sudah dipakai oleh masyarakat umum. Orang dengan HIV AIDS disingkat dengan ODHA. Itu sebutan untuk orang-orang yang terinfeksi virus HIV AIDS. Istilah ODHA ini untuk menggantikan kata pengidap, penderita, atau istilah-istilah lainnya. Katanya lebih positif. Sementara keluarga atau orang-orang terdekat yang ada di sekitar ODHA ini disebut OHIDA, yaitu singkatan dari Orang yang Hidup Dengan ODHA. ODHA memang sangat membutuhkan perhatian, pertolongan dan pendampingan dari orang-orang terdekatnya, diantaranya keluarganya atau OHIDA ini.

St : Kalau begitu, apa saja peran dari OHIDA ini, Pak ?

SK : Yang pertama, OHIDA perlu tetap mendekat pada ODHA. Memang secara umum ODHA ini pasti merasa terpuruk, merasa dunia ini seperti sudah kiamat, merasa masa depannya suram. Kalau tidak ada pendampingan dari OHIDA termasuk orang-orang terdekatnya dan keluarganya ada kemungkinan dalam keputusasaannya dia mengalami depresi berat sampai melakukan percobaan bunuh diri. Maka penting bagi OHIDA untuk tetap mendekat. Artinya mau berelasi dekat, mau bersentuhan, karena ODHA ini memang sangat membutuhkan penerimaan orang-orang lain sebagai makhluk sosial.

St : Jadi, OHIDA tidak menghakimi ODHA ya, Pak Sindu ?

SK : Betul. Memang paling gampang bagi kita sebagai OHIDA atau sebagai masyarakat untuk menghakimi, "Pasti hidupmu tidak bermoral ya. Kamu homoseksual ya ? Kamu pemakai narkoba ya ? Pasti kamu suka "jajan" di tempat-tempat pelacuran." Kenyataannya sepertinya yang pernah kita bahas di rekaman yang lain bahwa justru ODHA terbanyak adalah ibu-ibu rumah tangga.

St : Jadi, sebenarnya mereka juga korban dan bukan pelaku dari tindakan-tindakan asusila tersebut ?

SK : Ya. Umumnya ibu-ibu rumah tangga ini terinfeksi dari suami yang memiliki kehidupan yang beresiko, baik sebagai pengguna narkoba atau mungkin menjalani kehidupan seks secara bebas.

St : Jadi, OHIDA tetap perlu menunjukkan penerimaan dan tetap mengasihi ODHA ?

SK : Betul. Penerimaan dan mengasihi termasuk lewat bahasa fisik. Mau bersentuhan, berjabat tangan, memeluk, bahkan boleh juga cium pipi. Cipika-cipiki (cium pipi kanan cium pipi kiri) sebagai ungkapan kasih sayang antar anggota keluarga terdekat dan itu masih aman.

St : Apa yang Bapak maksud dengan aman ?

SK : Aman artinya OHIDA tetap bisa terhindar dari terinfeksi virus HIV - karena memang penularan virus HIV ini lewat cairan tubuh yang kental yaitu cairan darah, cairan ASI dan cairan kelamin. Jadi, kalau sebatas bersentuhan, berjabat tangan, memakai piring bersama, memakai handuk bersama, hidup serumah atau bahkan satu kamar, kena keringatnya, itu aman, tidak akan tertular virus HIV dari ODHA.

St : Jadi, peran OHIDA adalah tetap mendekat pada ODHA. Selain itu apalagi perannya ?

SK : Peran yang kedua, OHIDA bisa membantu mencarikan informasi-informasi tentang HIV AIDS yang sangat dibutuhkan oleh ODHA. Kadang sekian banyak ODHA kaget begitu mengetahui dari hasil tes bahwa dirinya terinfeksi HIV Positif akhirnya depresi, tertekan, lesu, putus asa, tidak memiliki semangat hidup lagi, dan terkungkung. Mau cari informasi, dia tambah stres dan tertekan. Disinilah OHIDA sangat berperan untuk dengan aktif mencarikan informasi. Ke dokter, ke klinik-klinik, ataupun ke yayasan atau LSM yang bergerak dalam pendampingan ODHA, ataupun lewat dunia digital atau internet. Mencarikan informasi yang sangat dibutuhkan seperti bagaimana mengelola hidup, bagaimana membangkitkan semangat hidup, bagaimana menjalani pengobatan. Inilah informasi yang sangat dibutuhkan oleh ODHA dan bisa diberikan oleh OHIDA.

St : Mencarikan informasi ini juga berguna untuk ODHA supaya mereka juga bisa melihat bahwa bukan hanya dia yang mengalami ini. ODHA yang lain pun masih bisa tetap melanjutkan hidup mereka.

SK : Betul. Memang informasi ini bukan sekadar klise ya. Bukan sesuatu yang hanya pengetahuan belaka. Tetapi ini informasi-informasi yang sangat penting supaya ODHA ini mengetahui bagaimana menata kehidupannya, melihat hidupnya dengan cerah, bahkan dia mengerti hal-hal praktis yang bisa dia lakukan. Maka peran OHIDA sangat dibutuhkan untuk mendampingi dalam pencarian informasi-informasi yang dibutuhkan ini.

St : Selain itu apalagi peran OHIDA, Pak ?

SK : OHIDA bisa membantu memberikan semangat, dukungan aktif, membesarkan harapan dari ODHA. Inilah yang sesungguhnya dialami oleh ODHA. ODHA ini mengalami satu kondisi fase-fase dukacita. Mungkin kita pernah tahu, pernah belajar membahas atau memelajari tentang fase-fase dukacita. Fase-fase perkabungan. Itu juga dialami oleh ODHA, Bu Stella.

St : Jadi, penting sekali OHIDA tetap ada menemani, mendampingi dan memberikan semangat untuk ODHA.

SK : Ya. Sebagaimana kita ketahui, fase dukacita itu yakni fase kemarahan, penyangkalan, tawar-menawar, depresi dan baru kemudian bisa menerima. Kondisi itulah duka yang dialami oleh ODHA. Ketika pertama kali tahu dia terinfeksi virus HIV, dia marah sekali, "Kenapa ini terjadi ?" Dia menyangkal, "Tidak mungkin ini saya alami!" Kemudian dia melakukan tawar-menawar, "Tuhan, saya janji kalau ini hanya sebuah kesalahan diagnosis, saya akan sungguh-sungguh ikut Tuhan, sungguh-sungguh hidup benar, rajin memberi perpuluhan, aktif pelayanan, saya mau jadi ayah yang baik." dan sekian banyak janji tawar-menawar. Sampai akhirnya kenyataannya dia memang mengalami, terbukti terinfeksi virus HIV. Disinilah dia mulai masuk pada fase depresi. Di dalam depresi inilah dia akan cenderung menarik diri, cenderung mengisolasi diri, tidak mau beraktivitas, tidak mau bekerja atau sekolah bagi yang masih sekolah, tidak mau berelasi, mengunci diri. Disinilah peran dari OHIDA, keluarga, sahabat-sahabat terdekat untuk menyemangati dan mendampingi prosesnya. Bukannya menghakimi dan mempersalahkan tapi mau mendengar, mau turut mendengar keluh kesahnya. Ketika dia tidak bisa makan, mungkin OHIDA bisa membantu menyediakan makanan, menyuapi di hari-hari awal. Tentu tidak semua ODHA demikian ya, tapi secara alami akan ada sekian ODHA yang mengalami fase depresi seperti ini. Disinilah peran OHIDA untuk menolong ODHA, mendampingi di fase kemurungan, kesedihan, patah semangat. Memberi semangat termasuk semangat untuk berobat.

St : Maksudnya untuk meminum obat-obatan maupun mengikuti terapi, Pak ?

SK : Betul. Bersyukur dunia medis sekitar 15-20 tahun terakhir menemukan ARV (Antiretroviral). Obat ini bukan menyembuhkan tetapi untuk menghambat perkembangan virus HIV dalam tubuh ODHA. Dengan minum secara teratur tiap hari, maka daya tahan tubuh ODHA akan meningkat - disamping tetap perlu menerapkan gaya hidup sehat, Bu Stella.

St : Selain itu, apakah ODHA juga perlu pengembangan kehidupan rohani, Pak?

SK : Betul. OHIDA bisa mendorong sekaligus mendampingi ODHA untuk mengembangkan, menumbuhkan hidup rohani, hidup keintiman relasinya dengan Tuhan. Kalau misalnya selama ini kurang peduli tentang Tuhan, tentang kekekalan hidup, inilah momen yang sangat baik untuk membangunnya. Kalau selama ini sudah baik, ya puji Tuhan, tinggal melanjutkan. Tapi mungkin sebagian ODHA mengabaikan hidup rohani, hidup keintiman dengan Tuhan, merasa diri sudah cukup baik dan, "Buat apa percaya Tuhan? Jangan fanatik dong. Buat apa serius ? Hidup β€˜kan harus membumi." Beberapa orang memiliki pola pikir seperti itu. Sehingga disinilah kesempatan untuk ODHA didampingi dan disemangati oleh OHIDA, mencari Tuhan, mencari kerajaan Allah, menegakkan kerajaan Allah dalam hidupnya, dan bagaimana menjalani hidup keintiman dan kehidupan yang penuh ketaatan kepada Tuhan.

St : Jadi, momen ini juga menjadi momen rohani bagi ODHA itu sendiri ya, pak ?

SK : Ya. Mungkin istilahnya ini adalah berkat terselubung. Memang hal ini tetap menjadi kemalangan atau musibah penderitaan orang terinfeksi virus HIV. Tetapi kita bisa melihat hidup dari aspek kekekalan bahwa memang ujung kehidupan adalah tetap sebuah kematian dan kematian bukan akhir tapi awal dari kekekalan yang sejati. Justru dengan momentum penderitaan dan musibah inilah ODHA lebih banyak lagi punya alasan mencari Tuhan di dalam kesementaraan hidup di dunia ini.

St : Selain itu apakah memang ODHA bisa kita pertemukan dengan ODHA lainnya ? Seperti mereka punya kelompok sendiri.

Sk : Benar, saya sepakat dengan Bu Stella. Support Group atau kelompok pendukung sesama ODHA akan sangat efektif. Jadi, OHIDA bisa mendampingi ODHA, menjembatani ODHA untuk bertemu dengan ODHA-ODHA lainnya. Dengan demikian mereka bisa saling berbagi kisah hidup, berbagi pengalaman, berbagi tips untuk saling memperkaya, meneguhkan dan menguatkan.

St : Bagaimana cara OHIDA bisa mengetahui adanya ODHA-ODHA lainnya ? Karena biasanya orang yang mengalami HIV akan menutupi dan tidak memberitahukan pada orang-orang di sekitarnya.

SK : Benar, memang ada kemungkinan untuk itu, Bu Stella. Apalagi kita lihat secara umum di Indonesia sampai hari ini sebagian besar masyarakat Indonesia belum mendapat sosialisasi HIV AIDS dengan baik sehingga lebih banyak muncul penolakan bahkan penghakiman terhadap para ODHA ini. Secara alami ODHA akan lebih cenderung menyembunyikan diri. Dalam hal ini kita sebagai OHIDA bisa membantu menghubungkan lewat LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Ada Yayasan AIDS Indonesia, ada Yayasan Spiritia, dan berbagai LSM di beberapa kota di Indonesia, mereka sudah bergerak dalam pendampingan. Kita bisa cari situsnya lewat internet untuk menghubungi kontaknya. Nanti kita bisa kontak telepon, email ataupun kunjungan. Biasanya mereka juga mengadakan pendampingan ODHA dan memfasilitasi adanya kelompok pendukung sesama ODHA ini, Bu Stella.

St : Baik sekali adanya kelompok ini ya, sehingga ODHA tidak merasa berjuang sendiri karena ada orang-orang yang senasib dengan mereka dan bisa mengalami apa yang mereka rasakan saat itu.

SK : Betul. Bahkan diantara ODHA ini muncullah orang-orang yang berprestasi. Saya mendapatkan data ada mahasiswa berprestasi. Cuma memang supaya tidak terekspos, tidak mendapatkan penghakiman, dia dan media tidak menyebutkan namanya. Sebagai ODHA dia berprestasi. Dia membuktikan bahwa menjadi ODHA bukan kiamat, malah inilah momentum untuk tampil baik dan berprestasi. Termasuk di tingkat dunia kita mengenal Magic Johnson.

St : Magic Johnson pemain basket itu ya, Pak ?

SK : Betul. Pemain basket legendaris sampai hari ini. Dia pernah membuat pernyataan terbuka kepada pers mengenai status HIV Positifnya. Dia menceritakan ke seluruh dunia dan dia tidak malu untuk mengakui itu. Bahkan sampai hari ini dia sudah hidup lebih dari dua dekade. Lebih dari 20 tahun dia bersahabat dengan virus HIV yang ada dalam tubuhnya dan dia baik-baik saja. Artinya dia masih bisa hidup panjang. Disinilah saya mau meneguhkan kabar baik bahwa menyandang status HIV Positif tidak serta merta hidup kita tinggal hitungan hari, menghitung minggu, menghitung bulan. Bahkan kita bisa hidup belasan tahun minimal, atau bahkan seperti Magic Johnson yang sudah hidup lebih dari 20 tahun dan dia masih sehat, karena dia menerapkan pola hidup sehat. Saya rajin dia juga rajin menjalani terapi obat ARV itu. Dengan demikian dia bisa produktif. Nah, perjumpaan dengan para ODHA lainnya memberi inspirasi banyak hal, hidup ini bukan akhir tapi sebuah awal untuk memberi kehidupan yang baru dan bermakna sebagai seorang ODHA.

St : Jadi, ODHA tidak harus mengurung diri di kamar ataupun beristirahat sepanjang hari karena mereka tetap bisa aktif dalam kegiatan-kegiatan ya Pak?

Sk : Betul.

St : Kira-kira kegiatan apa saja yang bisa mereka ikuti ?

SK : Diantaranya mereka bisa aktif dalam kegiatan sosialisasi kemasyarakatan tentang pentingnya hidup sehat secara fisik, sosial, spiritual, termasuk memberi penyuluhan-penyuluhan tentang bahaya HIV AIDS dan mau menerima dan mendampingi para ODHA. Lewat penyuluhan dan sosialisasi ini maka yang terutama ODHA berdampak. Dari pengalamannya mungkin juga bisa memberi kisah nyata, menceritakan dalam sebuah seminar, simposium, sarasehan, ataupun dialog-dialog di gereja-gereja, sekolah-sekolah, kampung-kampung, dan lain-lain. Kalau mungkin dulu dia punya latar belakang junkies (pecandu narkoba jarum suntik) sehingga dia terinfeksi virus HIV, dia bisa cerita juga tentang bahaya narkoba dan bagaimana sebaiknya orang muda atau orang dewasa membangun hidup yang benar, produktif dan bermakna. Nah, disinilah justru menambah makna hidup ODHA. "Oh, aku malang tapi aku tetap bisa menjadi berkat. Menambah semangat hidup dan daya tahan dari perkembangan virus HIV dalam tubuhnya."

St : Itu membuat ODHA memiliki hati yang gembira ya. Seperti dalam Amsal, "Hati yang gembira adalah obat yang manjur".

SK : Tepat ! Saya setuju dengan Bu Stella.

St : Pak, kira-kira apa lagi yang bisa dilakukan oleh OHIDA di dalam mendampingi ODHA ?

SK : OHIDA sendiri perlu untuk memerhatikan kesehatan tubuh dan kebugaran jiwanya. Jadi, OHIDA bukan berarti karena mendampingi ODHA maka hidupnya hanya ODHA saja, ini anakku, ini saudaraku, atau ini suamiku yang mengalami infeksi virus HIV, hidupku berhenti, hidupku hanya untuk dia atau mereka. Tidak demikian. OHIDA tetap perlu memiliki keseimbangan hidup, memiliki sisi-sisi hidup yang lain. Aktivitas bekerja, relasi, hubungan pribadi dengan Tuhan, dan karya-karya yang lain, supaya ada kesegaran energi psikis, energi rohani, energi fisik untuk dia mendampingi ODHA ini.

St : Jadi, baik ODHA maupun OHIDA tetap perlu memperhatikan kesehatan tubuh dan kebugaran jiwa masing-masing ya Pak?

SK : Betul. Sementara bagi ODHA sendiri perlu menjalani pola hidup yang sehat. pola makan dan pola stres emosinya perlu dijaga. Hidup yang seimbang, kesehatan emosi dan kesehatan rohaninya. Dia tetap menjalani kehidupan seksual, khususnya bagi suami istri, tapi seks yang aman terlindung. Misalnya menggunakan kondom supaya terhindar dari penularan terhadap pasangan nikahnya. Disamping menjauhi pola yang keliru seperti narkoba, minuman keras, rokok dan tetap memiliki pergaulan yang sehat. Inilah yang juga perlu dimiliki oleh ODHA.

St : Tadi Bapak sempat menyebutkan ada satu nama ODHA yang memang akhirnya tetap bisa menjalani hidupnya dengan positif bahkan produktif. Kira-kira apa rahasia Magic Johnson untuk memiliki hidup yang tetap produktif ini.

SK : Saya pelajari kisah Magic Johnson, beliau memiliki sikap hidup yang positif. Bukan asal mempositifkan tapi saya yakin di tengah krisis ketika pertama kali mengetahui dirinya terinfeksi virus HIV, saya yakin dia mencari pertolongan. Kemudian dia mencari Tuhan, dia mencari kelompok pendukung. Dari inilah dia berproses dan menjalani perubahan pola hidup dari yang misalnya sembrono menjadi pola hidup yang teratur dan sehat. Dengan demikian dia bisa memiliki kebugaran. Seperti saya baca, setiap hari dia bangun jam 5 pagi, tetap latihan basket, melakukan peregangan, berlari, latihan ini dan itu, dia tidak menjauhi olahraganya sebagai hobi dan kehidupannya, dia tetap memiliki relasi yang baik dengan orang-orang lain termasuk relasi dengan Tuhannya. Inilah yang membuat Magic Johnson bisa bertahan hidup sampai sekarang lebih dari 20 tahun. Maka saya juga mendorong peran gereja, peran kita sebagai umat Tuhan, kita sebagai komunitas sekalipun kita tidak memiliki anggota keluarga atau sahabat yang menjadi ODHA, kalaupun kita tahu ODHA janganlah kita menjauhi. Lakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan, yaitu berikan dukungan. Lewat kesempatan ini saya juga mendorong gereja-gereja, sekolah-sekolah, kantor-kantor, untuk mau melakukan sosialisasi tentang virus HIV AIDS. Karena Indonesia negara yang luas. Sayang kalau kita memberikan respons yang negatif terhadap ODHA. Karena angka ODHA ini tidak akan nol. Akan tetap ada sekian persen masyarakat kita yang beresiko terjangkit dan menjadi ODHA ataupun menulari orang lain yang tidak bersalah. Maka disinilah peran kita sebagai komunitas umat Tuhan di gereja, di sekolah, di instansi pemerintah dan swasta untuk mensosialisasikan informasi yang benar tentang HIV AIDS, tentang ODHA dan tentang bagaimana menjadi OHIDA supaya dengan demikian kita menjadi komunitas yang mendukung mereka yang mengalami krisis ini.

St : Tentu sangat baik sekali kalau satu komunitas- khususnya komunitas anak Tuhan- bisa sama-sama bersatu dan mendukung satu sama lain.

SK : Ya. Karena sekali lagi ODHA bukan kiamat. Tetap ada kehidupan yang masih bisa mereka maknai dengan bagus, memuliakan Allah dan memberkati orang lain. Inilah peran kita sebagai masyarakat gereja dan komunitas untuk menjadi pendamping termasuk menjadi OHIDA.

St : Pak Sindu, apa ayat firman Tuhan yang melandasi pembahasan kita hari ini ?

SK : Saya bacakan dari 1 Yohanes 3:18, "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dalam perbuatan dan dalam kebenaran." Kiranya firman Tuhan ini melandasi kita untuk berani bertindak benar, melindungi, mengasihi, melakukan karya-karya yang baik, mendampingi orang-orang yang menyandang status HIV Positif atau ODHA.

St : Terima kasih, Pak Sindu. Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K. dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Hidup bersahabat dengan HIV AIDS". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan, serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa dalam acara TELAGA yang akan datang.


Ringkasan:

ODHA adalah sebutan untuk orang-orang yang terinfeksi virus HIV AIDS. Istilah ini untuk menggantikan kata pengidap, penderita dan istilah lainnya. Sedangkan OHIDA adalah orang yang hidup dengan ODHA. ODHA sangat membutuhkan perhatian serta semangat dari orang-orang terdekatnya antara lain keluarganya.

Peran OHIDA:
  1. Tetap mendekat. ODHA di tengah perasaan terpuruk dan merasa dunia seperti sudah kiamat, sangat dan sangat membutuhkan penerimaan orang-orang lain, sebagai makhluk sosial, apalagi dari orang-orang terdekat. Berhenti untuk menghakimi. Terinfeksi virus HIV bukan semata-mata karena perilaku amoral. Ingat,ODHA terbanyak malah ibu-ibu rumah tangga yang terinfeksi dari suami-suami yang hidup berisiko. Kalau pun sang ODHA memiliki ingat penularan virus HIV hanya lewat cairan tubuh yang kental seperti darah, air susu dan cairan kelamin. Bersentuhan, berjabat tangan, cipika cipiki, berpelukan, tinggal di rumah dan di kamar, tetaplah aman.
  2. Mencarikan informasi HIV dan AIDS yang benar serta menginformasikannya kepada ODHA. Terkadang dalam kelesuannya, ODHA terlumpuhkan dan seperti kehilangan gairah hidup. Mencari informasi bisa menjadi hal yang sulit dilakukan di masa itu.
  3. ODHA membutuhkan semangat dan dukungan untuk tetap menjalani hidup dan membesarkan harapannya. Wajar jika ODHA mengalami fase murung dan bersedih hati serta patah semangat dan putus asa. Semangat untuk berobat yakni terapi ARV dan melanjutkan hidup. Terapi ARV membutuhkan seumur hidup.
  4. Mendorong dan mendampingi pengembangan hidup rohani. Jika misalnya selama ini kurang peduli tentang Tuhan dan kekekalan.
  5. Mempertemukan dengan ODHA – ODHA lainnya : bagaimana mereka bisa menjalani kehidupan secara produktif dan bahkan berprestasi.
  6. Mendorong untuk aktif dalam kegiatan – kegiatan masyarakat, untuk juga menambah semangat mereka menjadi berkat dan berdampak baik untuk diri ODHA. Memberi penyuluhan – penyuluhan kesehatan hidup dan pergaulan. ODHA dapat menceritakan kisah mereka di masa lalu dan mengingatkan bahaya AIDS.
  7. OHIDA sendiri tetap perlu memperhatikan kesehatan tubuh dan kebugaran jiwa. Mendampingi ODHA tidak berarti kehilangan keseimbangan hidup.

ODHA bukan berarti akhir. ODHA mash dapat bertahan hidup minimal hingga belasan tahun. Sekarang tinggal bagaimana ODHA itu sendiri mengisi hidupnya yang lebih berguna.

Ayat firman Tuhan yang melandasi pembicaraan ini diambil dari 1 Yohanes 3:18, "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dalam perbuatan dan dalam kebenaran."


Questions: