Dosa Keturunan
Sumber: telaga
Id Topik: 2025
Abstrak:
Tatkala kita membicarakan tentang dosa asal atau dosa turunan, ada tiga pertanyaan yang mesti kita ajukan.Pertama, “Apakah yang dimaksud dengan dosa asal atau dosa turunan?”Kedua, “Apakah pengaruh dosa pada gambar Allah yang ada pada diri manusia?”Ketiga, “Apakah dampak penebusan Kristus pada dosa asal dan gambar Allah pada manusia?”Transkrip:
Saudara–saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini akan membahas tentang "Dosa Keturunan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, kita sudah kerap kali mendengar tentang dosa. Tetapi bahwa dosa ini ada yang sifatnya diturunkan. Tentu ini menimbulkan banyak pertanyaan, Pak Paul. Karena ada anggapan bahwa bayi yang baru lahir itu putih bersih tanpa dosa. Jadi apa sebenarnya dosa keturunan yang dimaksud disini, Pak Paul ?
PG : Jadi kita mau mengangkat topik yang memang menjadi bahan pembicaraan, tapi kita mesti jelas dengan maknanya, Pak Gunawan. Yang disebut dosa keturunan sebetulnya istilah yang tidak ada dalam Alkitab. Dosa ini juga sering disebut dosa asal dan memang Alkitab tidak menyebutnya. Ini adalah sebuah terminologi untuk menolong kita memahami kondisi manusia yang memang memunyai kecenderungan untuk berdosa sejak dari lahirnya. Jadi waktu kita membahas hal ini, kita akan harus menjawab sekurang-kurangnya 3 pertanyaan, Pak Gunawan. Yang pertama adalah apakah yang dimaksud dengan dosa asal atau dosa keturunan itu. Yang kedua apakah pengaruh dosa pada gambar Allah yang ada pada diri manusia – sebab kita tahu kita diciptakan oleh Tuhan dalam peta dan teladan Tuhan sendiri. Nah, apa yang terjadi dengan gambar Allah dalam diri kita setelah kita berdosa ? Dan yang ketiga adalah apakah dampak penebusan Kristus pada dosa asal dan gambar Allah pada manusia. Artinya bukankah kita tahu Tuhan telah mati menebus dosa kita. nah, apakah artinya ? Apakah dampaknya pada dosa asal yang memang kita dilahirkan di dalam dosa. Jadi inilah yang akan coba kita bahas pada kesempatan ini.
GS : Tentunya kalau kita mencari tahu tentang dosa keturunan atau dosa asal ini kita akan kembali ke Alkitab sebagai dasar pembicaraan kita. Apakah ada ayat Alkitab yang menyatakan hal itu walaupun tadi Pak Paul sampaikan bahwa tidak ada suatu terminologi yang khusus menyatakan hal itu di dalam Alkitab.
PG : Betul. Coba kita lihat di Mazmur 51:7. Firman Tuhan berkata, "Sesungguhnya dalam kesalahan aku diperanakkan. Dalam dosa aku dikandung ibuku." Nah ini 2 anak kalimat dalam satu kalimat, sebetulnya mengulang makna yang sama, Pak Gunawan. "Sesungguhnya dalam kesalahan aku diperanakkan" itu anak kalimat pertama, anak kalimat kedua "Dalam dosa aku dikandung ibuku". Nah, penggunaan gaya bahasa seperti ini di Alkitab menandakan bahwa apa yang ingin dikatakan itu penting dan mesti diulang. Jadi maknanya sama, yaitu intinya adalah bahkan dalam kandungan pun kita sudah dikandung di dalam dosa. Pengakuan ini memang sesuatu yang tidak gampang diterima oleh orang yang maunya melihat bahwa kita lahir ke dalam dunia seperti kertas kosong yang bersih, murni, tidak ada dosa dan sebagainya. Tapi Alkitab mengatakan begini, seolah kita datang ke dunia sudah tidak lagi kudus, kita sudah tercemar oleh dosa. Tapi memang itulah yang dikatakan oleh firman Tuhan "Dalam dosa aku dikandung ibuku."
GS : Tapi itu ‘kan sebuah pengakuan dari Pemazmur yang kemungkinan adalah Daud. Kalau ini adalah sebuah pengakuan atau sebuah pernyataan dari dalam dirinya, apakah itu berlaku untuk semua orang ?
PG : Memang betul kata Pak Gunawan bahwa ini adalah pernyataan dari Daud. Nah, pertanyaan Pak Gunawan apakah ini berlaku untuk semua orang. Saya kira pasti berlaku untuk semua orang karena kenapa ? Ini keluar dari mulut Daud. Dan kita tahu Daud adalah orang yang disebut oleh Tuhan sendiri, bukan oleh orang lain, orang yang diperkenan oleh Tuhan, "A man after God’s own heart". Dengan kata lain, Daud adalah orang yang bergaul akrab dengan Tuhan. Dia adalah seorang anak Tuhan yang berusaha hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Tapi dia sampai mengeluarkan pernyataan seperti ini. Kenapa dia sampai mengatakan perkataan seperti ini, kita memang harus mengerti latar belakangnya. Mazmur 51 adalah sebuah mazmur pengakuan dosa Daud. Kenapa ? Sebab dia menyesali perbuatannya berzinah dengan Batsyeba. Seakan-akan dengan dia mengeluarkan perkataan ini, "Sesungguhnya dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku" se-olah-olah Daud ingin mengatakan bahwa ia tidak mengerti mengapa dia sampai dapat berbuat sejauh dan seburuk itu. Jadi seolah-olah "Mengapa saya bisa melakukan hal itu ?" Nah di dalam pengakuan itulah dan di dalam seolah-olah itu pertanyaan kok saya bisa berbuat sampai seperti itu buruknya, Daud menyimpulkan bahwa tidak ada lagi penjelasan lain bahwa akar dosa memang sudah tertanam terlalu dalam pada dirinya, bahkan sejak dalam kandungan. Singkat kata dia menyimpulkan dosa itu bukan hanyalah pengaruh lingkungan. Bukan saja pemikiran sesaat. Dosa memunyai akar yang begitu dalam, bahkan sudah berawal sejak dia dalam kandungan. Dia mau menunjukkan bahwa begitu besarnya kuasa dosa di dalam diri seorang anak Tuhan yang berusaha hidup saleh seperti Daud.
GS : Tapi apakah itu bisa diartikan bahwa dia mencoba untuk mengalihkan kesalahan ini kepada ibunya yang mengandung dan melahirkannya, Pak Paul ? "Memang saya dilahirkan sebagai orang berdosa."
PG : Memang dalam Mazmur 51 itu kita bisa membacanya dengan lebih seksama. Kita memang tidak akan mendapatkan kesan bahwa dia sedang mengalihkan tanggung jawabnya dengan seolah-olah menimpakan kesalahan itu pada awalnya pada ibunya atau orang tuanya. Sebab seperti kita tahu waktu Nabi Natan menegur dia, perkataan pertama yang keluar dari mulut Daud adalah "Aku telah berdosa." Dia langsung mengakui. Dia tidak menimpakan kesalahan kepada siapa-siapa termasuk ibunya. Jadi yang dia ingin sampaikan hanyalah satu, bahwa dosa memunyai akar yang begitu dalam. Jauh lebih dalam dari apa yang dia duga. Nah, inilah sebuah pemahaman yang kita juga perlu terima, Pak Gunawan dan kita harus akui bahwa kita ini sangat mampu untuk berbuat dosa. Apapun dosa itu.
GS : Iya. Kalau tadi kita mendengarkan pernyataan Daud dari Mazmur, apakah ada bagian lain di Alkitab yang mendukung pernyataan ini ?
PG : Ada, Pak Gunawan. Di Roma 5:19 firman Tuhan berkata, "Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang, semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar." Jadi gara-gara Adam, semua berdosa ! Firman Tuhan sangat jelas, bahwa awalnya adalah kejatuhan Adam ke dalam dosa. Dan begitu Adam berdosa, semua umat manusia yang akan lahir atau yang belum lahir sekalipun, semuanya juga berdosa. Nah, penghiburan dan pengharapan kita adalah gara-gara Yesus maka semua juga akan dibenarkan. Jadi kita bisa simpulkan apa yang dimaksud dengan dosa asal atau dosa keturunan. Itu adalah sebuah kodrat yang melahirkan kecenderungan tertentu dalam diri manusia, yaitu kecenderungan bukan mencari Allah dan berbuat benar melainkan meninggalkan Allah dan berbuat dosa. Hal ini dikonfirmasi di Roma 3:10–12. Firman Tuhan berkata, "Tidak ada yang benar. Seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi. Tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng. Mereka semua tidak berguna. Tidak ada yang berbuat baik. Seorang pun tidak." Berkali-kali digunakan kata "tidak ada seorang pun" untuk menegaskan satu makna bahwa memang semua manusia yang sudah lahir dan yang akan lahir semuanya memang orang berdosa sebab kecenderungan berdosa itu ada di dalam diri kita. Bukannya kecenderungan mencari Tuhan, bukannya kecenderungan menaati Tuhan tapi kecenderungan untuk tidak mencari Tuhan dan kecenderungan untuk berbuat semau kita dan bukan sesuai kehendak Tuhan.
GS : Jadi memang untuk bayi atau anak yang belum dilahirkan, dia memang berdosa, hanya belum berbuat dosa. Mungkin begitu, Pak Paul ?
PG : Tepat sekali ! Jadi kecenderungan itu ada dalam dirinya. Tinggal nanti dia nanti besar, dia pasti akan berbuat dosa. Jadi ini bukan sebuah kemungkinan ya. Oh dia mungkin tidak berbuat dosa atau dia mungkin berbuat dosa. Tidak. Kecenderungan itu akan membuatnya melakukan dosa. Semua orang. Nah kita yang adalah orang tua pasti mengingat anak-anak kita. Sejak kecil kita rawat, kita beri wejangan, kita arahkan di jalan yang benar. Tapi kita tahu anak-anak kita waktu kecil pun sudah sanggup, misalnya berbohong. Tidak pernah diajarkan berbohong tapi bisa berbohong. Tidak usah diajarkan pun, sudah tahu bagaimana bisa merampas mainan adiknya atau kakaknya. Jadi itu semua hal yang kita tidak pernah ajarkan kok bisa ada dalam diri mereka. Kesimpulannya adalah karena memang dalam diri semua orang - termasuk kita waktu kita masih kecil pun sama - sudah ada kecenderungan untuk berbuat dosa, untuk tidak mencari Allah dan melakukan apa yang kita kehendaki.
GS : Pak Paul, kalau kita sudah mendapat penjelasan tentang dosa asal atau dosa keturunan ini, berikutnya apa yang perlu kita ketahui ?
PG : Kita ingin menanyakan pertanyaan apakah pengaruh dosa pada gambar Allah yang ada pada diri manusia. Dengan kata lain, kita ini adalah ciptaan Allah yang diciptakan berdasarkan gambar Allah. Sekarang kita berdosa. Jadi apa dampaknya pada gambar Allah ? Kodrat dosa membuat gambar Allah pada diri manusia rusak, Pak Gunawan. Setidaknya ada 4 jenis kerusakan, yaitu kerusakan spiritual, moral, mental dan fisik. Coba kita perhatikan satu per satu ya. Yang pertama, secara spiritual manusia menghindar dari Tuhan atau sebaliknya malah melawan Tuhan. Jadi kecenderungan manusia untuk menghindari Tuhan itu sangat kuat dan untuk melawan Tuhan juga kuat. Misalnya saya berbicara dengan seseorang yang dari kecil hidup dalam Tuhan, dibesarkan dalam keluarga Kristen, menikmati berkat demi berkat dari Tuhan. Setelah dewasa mengalami sesuatu, dia kecewa. Ada sesuatu terjadi membuat dia kecewa. Nah, satu hal yang membuat dia kecewa cukup untuk membuat dia begitu marah dan benci kepada Tuhan. Inilah yang kita sebut memang manusia itu sudah membawa dosa di dalam dirinya, kecenderungannya adalah bukan mencari Tuhan. Itu sebabnya begitu cepatnya manusia melawan Tuhan atau menghindar dari Tuhan. Tidak bisa mengingat berpuluhan kali Tuhan menolong dan memberkatinya. Satu kali saja apa yang dia tidak perolehnya karena Tuhan tidak memberikannya, cukup baginya untuk begitu marah, menghindar dari Tuhan dan sebagainya. Nah inilah contoh atau bukti dari kenyataan bahwa gambar Allah dalam diri kita itu sudah rusak karena kita sudah jatuh ke dalam dosa. Yang kedua, secara moral kita juga dapat melihat gambar yang rusak pada kekejaman manusia. Apa yang orang perbuat sewaktu marah ? Ada yang hanya memukul pintu, tapi ada yang memukul rahang orang. Ada yang hanya pindah kamar, tapi ada yang keluar rumah. Ada yang tidak puas mencaci, ada yang harus membunuh. Nah, ini semua kita lihat bukan hanya dalam rumah tangga tapi juga secara keseluruhan manusia dengan manusia lain, bangsa dengan bangsa lain, kelompok dengan kelompok lain. Jadi, kekejaman manusia membuktikan secara moral manusia memang sudah mengalami kerusakan. Gambar Allah yang ada dalam diri manusia tidak utuh lagi. Yang ketiga, secara mental. Kita dapat melihat kerusakan gambar Allah pada keterbelakangan mental, misalnya. Pada masalah dalam kepribadian dan relasi. Nah ini semua menunjukkan bahwa gambar Allah pada diri manusia itu sudah rusak. Itu sebab ada anak-anak yang lahir mengalami kecacatan mental. Bukan karena salah siapa-siapa tapi ini adalah bagian dari kehidupan yang sudah tidak lagi sempurna. Kita juga tahu ada kepribadian-kepribadian tertentu yang tidak sehat. Tapi memang faktor bawaannya juga kuat. Yang bawaannya mau marah saja, susah mengalah dan sebagainya. Nah itu bukti bahwa gambar Allah pada diri manusia secara mental juga sudah rusak. Dan yang terakhir kita bisa melihat kerusakan itu secara fisik pula. Bukannya kita melihat di mana-mana orang sakit ? Di mana-mana kita melihat orang yang cacat tubuh sejak lahir. Ini juga membuktikan bahwa gambar Allah pada diri manusia secara fisik juga sudah rusak. Jadi inilah dampak dari dosa pada gambar Allah yang ada dalam diri manusia.
GS : Di atas semuanya ini, puncaknya adalah kematian seseorang ya Pak Paul ? Karena dari kerusakan-kerusakan itu akhirnya seseorang itu pasti mati seperti firman Tuhan katakan bahwa upah dosa adalah maut.
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Memang Tuhan menciptakan manusia untuk hidup. Tidak pernah Tuhan menciptakan manusia untuk akhirnya mati. Tidak ! Sebab Tuhan adalah kekal, Dia selalu ada. Maka ciptaan-Nya juga diciptakan untuk selalu ada, tidak untuk mati. Nah, kematian masuk ke dalam dunia sewaktu manusia jatuh ke dalam dosa dan itu adalah puncaknya.
GS : Walaupun manusia ini berdosa dan sudah merusak gambar Allah, tetapi dia tetap gambar Allah! Hanya rusak, Pak Paul ?
PG : Betul, kenapa ? Sebab Tuhan tidak 100% menghilangkan gambar Allah pada diri manusia. Itu sebab manusia masih sanggup untuk berbuat baik, masih sanggup untuk mengasihi, masih sanggup berbelaskasihan, masih sanggup misalnya mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan orang. Itu bukti bahwa gambar Allah masih tetap ada dalam dirinya.
GS : Dengan Tuhan Yesus datang ke dunia lalu mati di atas kayu salib dan bangkit dari kematian, apa dampaknya bagi kita ?
PG : Tentu kematian Kristus adalah membayar hukuman dosa. Kita tidak lagi dihadapkan oleh hukuman dosa yaitu kematian. Tapi kelahiran dan kematian Kristus adalah juga untuk menukar kodrat lama dengan kodrat baru, kecenderungan lama dengan kecenderungan baru. Tadi kita bicara tentang dosa asal atau dosa keturunan, yaitu kecenderungan untuk berbuat dosa. Nah, Tuhan akan menggantikan yang lama dengan yang baru. Tuhan mengampuni dosa kita lewat kematiannya. Tuhan meniadakan hukuman mati yang seharusnya kita terima. Dan melalui proses perjalanan terus menerus berusaha taat kepada Tuhan, maka kodrat atau kecenderungan berdosa secara perlahan mengalami perubahan. Dari tidak berkeinginan mencari Allah, kita menjadi ingin mencari Allah. Dari tidak mau berbuat benar, kita berusaha berbuat benar. Namun semua ini berjalan melewati proses yang panjang dan berliku-liku.
GS : Jadi kalau seseorang itu sudah datang kepada Tuhan Yesus dan mengakui dosanya serta menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamatnya, dosa asalnya pun diampuni oleh Tuhan ?
PG : Tuhan ampuni semuanya. Tidak ada lagi hukuman dosa karena Tuhan sudah ampuni. Namun kecenderungan untuk berdosa memang tidak hilang secara seketika. Kecenderungan itu hilang secara bertahap. Makin kita berusaha keras menaati Tuhan, makin hilang kecenderungan berbuat dosa itu. Memang kalau kita sendiri kecenderungannya menaati Tuhan itu lemah, berarti kecenderungan untuk berbuat dosanya ya tetap bertahan.
GS : Tapi mungkin itu yang dikatakan oleh Rasul Paulus bahwa di dalam dirinya ada 2 kekuatan yang bertarung.
PG : Tepat sekali. Bahkan dalam kasus Rasul Paulus, dia berusaha menaati Tuhan. Namun ternyata dia harus tetap bertarung dan pertarungan itu belum selesai. Waktu dia menulis Roma pasal 6, 7 dan 8 dimana dia menceritakan pergumulannya, dia tulis sebagai seorang hamba Tuhan, jadi tetap dia sendiri harus bergumul.
GS : Iya. Hal ketiga yang perlu kita ketahui tentang dosa keturunan ini apa ?
PG : Pertanyaan yang ketiga adalah apakah dampak penebusan Kristus pada dosa asal. Nah, bukankah kita tahu Tuhan sudah mengampuni. Tapi apakah yang terjadi waktu penebusan itu dilakukan oleh Kristus ? Ini perlu kita mengerti dengan jelas, Pak Gunawan. Kematian Kristus memulihkan kerusakan gambar Allah pada diri manusia secara spiritual dan moral. Tadi itu yang saya sebut dari tidak mau mencari Tuhan menjadi mau mencari Tuhan. Dari tidak mau berbuat benar jadi bisa berbuat benar. Jadi secara spiritual dan moral, kita diubahkan meskipun lewat proses. Namun kita mesti juga terima dan mengerti dengan jelas adalah kematian Kristus atau penebusan Kristus atau tidak memulihkan kerusakan gambar Allah secara mental dan fisik, Pak Gunawan. Tadi saya sudah singgung, gara-gara dosa maka gambar Allah secara mental juga rusak. Nah ini tidak dipulihkan. Itu sebab sampai sekarang kita melihat ada orang lahir cacat mental. Ada orang yang lahir dengan kecenderungan kepribadian-kepribadian tertentu yang cenderung bermasalah. Nah, itu tetap ada sampai sekarang. Secara fisik, bukankah kita melihat orang tetap bisa sakit ? Sakit penyakit bukannya berkurang malah makin bertambah. Bukankah kita juga bisa melihat ada orang yang lahir mengalami cacat tubuh ? Jadi kita mesti jelas mengerti bahwa penebusan Kristus memulihkan gambar Allah secara secara spiritual dan moral, tapi memang tidak secara mental dan fisik. Jadi pemulihan secara menyeluruh baru terjadi pada saat Kristus datang kembali dan kita dibawa-Nya untuk hidup bersama dengan Dia di surga.
GS : Atau di saat seseorang itu meninggal dunia ? Dia akan dibebaskan dan diperbaharui secara utuh.
PG : Betul sekali, Pak Gunawan.
GS : Kalau hal ini kita kaitkan dengan kehidupan rumah tangga, setiap orang tua yang dikaruniai anak sebenarnya harus sadar bahwa anaknya ini punya kecenderungan untuk berbuat dosa.
PG : Betul sekali. Artinya kita mesti berusaha memfokuskan pada kecenderungan anak itu untuk berbuat dosa dan mendoakannya dan menanamkan hal-hal yang baik tapi disamping itu kita juga mesti menerima fakta bahwa anak tetap memunyai pilihan dan nanti setelah besar dia tetap akan bisa memilih. Sebab dorongan itu memang tetap ada di dalam dirinya.
GS : Kalau kita memulai pembicaraan ini dengan contoh Daud, apakah setelah mengakui dosanya itu Daud terbebas dari semua hukuman Tuhan ?
PG : Tuhan langsung berkata lewat Nabi Natan bahwa tidak ada lagi hukuman. Maksudnya hukuman dosanya adalah kematian. Namun Nabi Natan mewakili Tuhan sudah memberi Daud jaminan. Tidak, Tuhan sudah mengampuni engkau, engkau tidak akan mati. Nah, tapi sekali lagi cerita kejatuhan Daud ini memang membuktikan betapa sukarnya melenyapkan kodrat atau kecenderungan untuk berbuat dosa, Pak Gunawan. Bukankah ada kalanya kita pun dibuat bingung dengan tindakan kita, mengapa kita tetap melakukan perbuatan yang jelas-jelas salah dan sesungguhnya tidak ingin kita lakukan ? Berapa kali kita mengalami hal-hal seperti ini, Pak Gunawan ? Dan ini tidak hanya pada orang-orang awam, bahkan pada hamba-hamba Tuhan pun juga sama. Jadi kita kadang-kadang tidak mengerti mengapa masih bisa begitu. Kok kalau sedang marah kita bisa mengeluarkan kata-kata itu ? Kok kita bisa memikirkan hal itu ? Dan sebagainya. Jadi benar-benar, kita akhirnya disadarkan bahwa memang kecenderungan berdosa itu tetap ada. Nah, itulah akibat dari kodrat dosa dan dosa asal yang memang telah kita bawa dari lahir.
GS : Tapi kalau kita sudah mengetahui dosa asal atau dosa keturunan, apa akibatnya, lalu bagaimana karya Tuhan Yesus menebus dosa kita, sebenarnya kita tidak perlu putus asa bahwa tidak ada lagi pihak yang bisa mengampuni dosa-dosa kita. artinya seberat apapun dosa yang kita lakukan itu sudah ditebus oleh Tuhan Yesus.
PG : Betul. Karena memang dasar penebusan Kristus bukanlah karena kita ini baik atau berusaha berbuat baik. Bukan ! Tetapi karena Dia mengasihi kita dan selama kita mengakui dosa kita, Dia akan bersedia mengampuni kita. Jadi kita memang sudah memunyai kepastian ini. Dan sudah tentu permintaan Tuhan, jangan gara-gara kita sudah ada kepastian ini, maka kita senang-senang berbuat dosa. Tidak boleh begitu ya.
GS : Sebagai orang tua itu menjadi suatu motivasi buat kita untuk mendidik anak-anak ini mengenal Tuhan. Karena tidak ada pihak lain yang bisa mengampuni dosanya. Kita tahu bahwa anak kita berdosa. Nah kalau kita membiarkan dia hidup tanpa mengenal Tuhan Yesus, artinya sama dengan membinasakan anak kita sendiri.
PG : Betul. Memang kita harus memberitahu anak-anak kita bahwa tidak ada kuasa yang dapat melawan kuasa dosa selain dari kuasa Kristus sendiri. jadi ada apa saja jangan ragu datang kepada Tuhan, mohon kekuatan-Nya. Dan jangan sampai gara-gara kita jatuh ke dalam dosa kita menyimpulkan "Sudahlah tidak usah datang lagi kepada Tuhan karena tidak ada lagi pengampunan." Oh, tidak! Pengampunan-Nya cukup untuk bisa mengampuni semua dosa kita.
GS : Terima kasih untuk perbincangan ini, Pak Paul. Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Dosa Keturunan". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
Ringkasan:
Tatkala kita membicarakan tentang dosa asal atau dosa turunan, ada tiga pertanyaan yang mesti kita ajukan. Pertama, "Apakah yang dimaksud dengan dosa asal atau dosa turunan?" Kedua, "Apakah pengaruh dosa pada gambar Allah yang ada pada diri manusia?" Ketiga, "Apakah dampak penebusan Kristus pada dosa asal dan gambar Allah pada manusia ?"
Pertama, mari kita perhatikan apakah yang dimaksud dengan dosa asal atau dosa keturunan. Mazmur 51:7 menjelaskan, "Sesungguhnya dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku." Pengakuan yang keluar dari mulut Daud ini muncul sewaktu ia tengah menyesali perbuatannya, berzinah dengan Batsyeba. Seakan-akan Daud ingin mengatakan bahwa ia tidak mengerti mengapa ia sampai dapat berbuat sejauh dan seburuk itu. Itu sebab pada akhirnya Daud menyimpulkan bahwa akar dosa tertanam terlalu dalam pada dirinya, bahkan sejak dalam kandungan.
Roma 5:19 menegaskan, "Jadi sama seperti oleh ketidak taatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar." Gara-gara Adam semua berdosa, gara-gara Yesus, semua dibenarkan. Jadi, yang dimaksud dengan dosa asal atau dosa turunan adalah sebuah kodrat yang melahirkan kecenderungan tertentu dalam diri manusia—kecenderungan bukan mencari Allah dan berbuat benar melainkan meninggalkan Allah dan berbuat dosa( Roma 3:10-12).
Berikut, apakah pengaruh penebusan Kristus pada dosa asal dan gambar Allah yang ada pada diri manusia ? Kodrat dosa membuat gambar Allah pada diri manusia rusak.
Setidaknya ada empat jenis kerusakan:
- spiritual,
- moral,
- mental, dan
- fisik.
Secara spiritual, manusia menghindar dari atau sebaliknya, melawanTuhan.
Secara moral kita dapat melihat gambar yang rusak pada kekejaman manusia.
Secara mental, kita dapat melihat kerusakan gambar Allah pada keterbelakangan mental, masalah dalam kepribadian serta relasi.
Secara fisik kita melihat kerusakan gambar Allah pada sakit penyakit dan cacat tubuh yang dibawa sejak lahir.
Nah, kematian Kristus adalah untuk membayar hukuman dosa sekaligus menukar kodrat lama dengan kodrat baru, kecenderungan lama dengan kecenderungan baru. Lewat kematian Kristus, Allah mengampuni dosa yang kita perbuat dan meniadakan hukuman mati yang seharusnya kita terima. Di dalam perjalanan ketaatan kepada Tuhan, maka kodrat atau kecenderungan berdosa secara perlahan mengalami perubahan. Dari tidak berkeinginan mencari Allah, kita menjadi ingin mencari Allah. Dari tidak mau berbuat benar, kita berusaha berbuat benar. Namun semua ini berjalan melewati proses yang panjang dan berliku-liku.
Kematian Kristus memulihkan kerusakan gambar Allah pada diri manusia secara spiritual dan moral, tetapi tidak secara mental dan fisik. Itu sebab baik masalah mental maupun fisik terus berlanjut. Pemulihan secara menyeluruh baru terjadi pada saat Kristus datang kembali dan kita dibawa-Nya hidup di surga.
Kembali kepada Daud, kita dapat melihat secara nyata betapa sukarnya melenyapkan kodrat atau kecenderungan untuk berdosa. Adakalanya kita pun dibuat bingung dengan tindakan kita, mengapakah kita tetap melakukan perbuatan yang jelas-jelas salah dan sesungguhnya, tidak ingin kita lakukan. Itulah akibat dari kodrat dosa dan dosa asal yang kita bawa dari lahir.