BETA
Hikmah Kesulitan Ekonomi
Sumber: telaga
Id Topik: 1989

Abstrak:

Masa-masa sulit bisa menimpa siapa saja dan hal itu tidak bisa dihindari atau diluar dari kendali kita manusia. Untuk itu patut kita memandang masa sulit dengan lebih positif, karena Tuhan selalu punya maksud dibalik penderitaan yang dialami, apa saja manfaat itu? Akan diulas secara jelas disini.

Transkrip:

Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK akan berbincang- bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang Hikmah Kesulitan Ekonomi. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.



GS : Ada sebagian orang yang mengaitkan kekayaan itu sebagai berkat Tuhan dan kemiskinan itu sebagai hukuman Tuhan, padahal kondisi ekonomi khususnya di negara kita itu atau bahkan di negara manapun juga selalu berubah-ubah. Kalau berkat dan hukuman Tuhan dikaitkan dengan hal ini apakah tepat, Pak Paul ?



PG : Memang saya tahu ada orang yang berpendapat seperti itu tapi saya tidak setuju dengan pendapat seperti itu karena memang tidak sesuai dengan yang Alkitab katakan, misalkan Tuhan Yesus sendiri berkata Dia sebagai anak manusia tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya untuk tidur artinya Dia tidak punya rumah. Itu sebetulnya jawaban yang sederhananya adalah Saya tidak punya tempat tinggal. Jadi waktu para murid-Nya mau ikut Dia, Dia berkata jangan harapkan macam-macam sebab Saya tempat tinggal saja tidak punya. Memang ini jelas menunjukkan bahwa Dia bukan yang berlimpah ruah dengan kekayaan, atas anugerah Tuhan ada orang-orang yang mendukung pelayanan-Nya selama Dia melayani Allah Bapa di dunia ini. Tapi tidak selalu orang kalau diberkati Tuhan harus kaya, dan tidak selalu kalau orang itu tidak kaya tidak diberkati Tuhan, tidak begitu.



GS : Pandangan yang seharusnya itu bagaimana, Pak Paul ?



PG : Jadi begini, kita nanti akan belajar bahwa pada dasarnya inilah bagian dari kehidupan, Tuhan menempatkan kita di dalam kondisi hidup yang berbeda- beda dan tidak selalu sama, tapi nanti kita akan belajar bahwa apa pun kondisi kita Tuhan akan mencukupi kebutuhan kita. Jadi kita akan mengangkat sebuah tema yaitu hikmah dalam kesulitan ekonomi supaya kita yang kebetulan sedang menjalani kesulitan ekonomi, tidak sampai putus asa dan tidak sampai akhirnya kecewa kepada Tuhan dan sebagainya. Jadi kita perlu mengajak para pendengar kita untuk bisa memahami kesulitan ekonomi dari lensa atau kacamata Tuhan.



GS : Untuk itu hal apa yang perlu kita perhatikan, Pak Paul ?



PG : Hal pertama yang perlu kita perhatikan adalah bahwa kesulitan ekonomi bukanlah pertanda bahwa kita berada di luar kehendak Tuhan, kita tahu di Alkitab dicatat beberapa orang yang hidup dalam kesulitan ekonomi salah satunya adalah Naomi dan menantunya Rut. Kita tahu bahwa Rut harus memunguti gandum yang tercecer di jalan oleh karena dia tidak punya



penghasilan apa pun. Jadi dengan kata lain saat-saat itu baik Rut maupun Naomi hidup di dalam kemiskinan. Kita pun ingat kisah janda di Sarfat yang juga hidup bukan saja minim tapi kehabisan segalanya, waktu datang Nabi Elia dia itu sudah tidak ada apa-apa dan berkata, Inilah persediaan yang terakhir untuk saya membuat roti setelah itu saya akan mati. Jadi bukan saja pas- pasan besok masih bisa hidup, tapi itu adalah hari terakhir dia bisa makan. Jadi kehabisan segalanya namun kita lihat di sini kesulitan ekonomi bukan pertanda bahwa Tuhan menghukum atau meninggalkan kita. Jika kita berada dalam kesulitan ekonomi jangan cepat-cepat menyimpulkan bahwa kita berada di luar rencana Tuhan, Pasti kita ini sedang tidak dalam rencana Tuhan. Naomi, Rut, janda di Sarfat, semua adalah anak Tuhan yang dikasihi namun pada suatu masa dalam kehidupan mereka Tuhan menempatkan mereka dalam kondisi kesulitan ekonomi.



GS : Tapi ada yang mengatakan bahwa Naomi dan Rut meninggalkan tempat kelahirannya bertentangan dengan kehendak Tuhan sehingga hukuman Tuhan jatuh atas mereka.



PG : Itu adalah kesimpulan yang keliru sebab kita tahu bahwa di Perjanjian Lama misalkan Abraham sewaktu dia disuruh Tuhan berangkat dari tempat kelahirannya ke Kanaan, sudah sampai di Kanaan dia tinggal di Negeb di Bersyeba, apa yang terjadi ? Yang terjadi adalah kelaparan sehingga dia harus pindah ke Mesir. Belakangan juga sama Ishak mengalami bala kelaparan kemudian dia pindah dan dia mau pergi, kemudian Tuhan berkata jangan jauh- jauh pindah saja ke tempat orang Filistin di Gerar, akhirnya dia tinggal di sana, Tuhan yang menyuruh dia untuk pindah ke sana. Kita tahu cerita Yusuf, Tuhan sengaja mengutus Yusuf ke Mesir dan menjadi tangan kanan Firaun supaya lewat Yusuf, Tuhan menyelamatkan keluarga Yakub sehingga mereka nanti bisa tetap dipelihara lewat tangan Tuhan di Mesir. Jadi kita lihat di situ, Tuhan memindah-mindahkan orang dan mengizinkan orang untuk pergi dan bahkan ada yang disuruh pergi supaya nanti bisa mendapatkan makanan karena tanah mereka sedang diserang oleh bala kekeringan.



GS : Atau karena dia mau semacam membenarkan keberadaannya itu bahwa dia memang menderita seperti sekarang ini, tidak punya uang atau krisis keuangan agar Tuhan menghukum dia supaya dia juga merasa ini bukan karena kesalahannya sendiri tapi ada tangan Tuhan yang campur tangan di situ.



PG : Bisa jadi, saya tidak berkata, Tidak mungkin sama sekali, tidak! Sebab bisa jadi ini adalah akibat atau konsekuensi perbuatannya, misalnya ada orang yang hidupnya tidak karuan, sembarangan dan sudah diberitahukan, Jangan ambil resiko untuk beli ini dan itu, investasi di sana dan di sini, pikirkan, pelajari matang-matang tapi tidak mau, karena bagus langsung beli akhirnya habis semuanya. Jadi itu adalah buah perbuatannya sendiri. Tapi kadang-kadang juga Tuhan membiarkan kita karena Tuhan mau kita sadar dari kesalahan kita itu tapi yang saya maksud adalah jangan cepat-cepat mengaitkan bahwa kalau kita ini lagi kesulitan ekonomi, itu berarti kita di luar rencana Tuhan atau bukan lagi berada dalam kehendak Tuhan.



GS : Hal lain yang bisa kita pelajari pada saat-saat sulit seperti itu apa, Pak Paul ?



PG : Hal kedua yang dapat kita pelajari adalah Tuhan itu setia, begitu setianya Tuhan sehingga Ia tidak meninggalkan anak-anak-Nya. Sebagaimana dapat kita lihat dalam kehidupan para anak Tuhan di Alkitab, Tuhan tidak tinggal diam, dalam kasus Naomi dan Rut, Tuhan mengirim Boaz untuk menolong Naomi dan Rut. Dalam kasus janda di Sarfat yang sudah miskin dan hampir kehabisan makanan, Tuhan mengutus nabi Elia untuk memelihara kehidupannya. Jadi kita lihat di sini Tuhan itu setia, kasih setia-Nya itu tidak berkesudahan, yang kita mesti sadari adalah bahwa Tuhan tidak membuat mereka mendadak kaya raya, tidak ! Kadang-kadang ini konsep yang keliru, kalau Tuhan setia dan mengasihi saya maka Tuhan akan menolong saya keluar dari kemiskinan dan bukan hanya keluar dari kemiskinan, tapi saya akan mendaki bukit kekayaan. Tidak tepat pemikiran seperti itu karena apa karena dalam contoh tadi Tuhan tidak membuat mereka mendadak kaya raya. Pada akhirnya misalnya Rut dia menikah dengan Boaz dan memang kehidupannya membaik namun dalam suatu kurun sebelum pernikahannya, Rut dan Naomi harus tetap hidup dalam kondisi yang sama, setiap hari Rut harus pergi memunguti gandum yang tercecer di jalan. Dengan janda yang di Sarfat juga sama, Tuhan mencukupi kebutuhan janda di Sarfat, Tuhan mencukupi kebutuhan lewat Nabi Elia sehingga dia bisa makan, tapi dia tidak langsung kaya raya. Jadi kita harus menyadari waktu Tuhan menolong, Tuhan mencukupi kebutuhan kita, tidak serta merta Tuhan akan mendadak memberikan kepada kita kekayaan.



GS : Tujuannya memang bukan membuat seseorang kaya raya seperti itu tapi cukup untuk bisa melewati masa sulitnya itu, di sana kesetiaan Tuhan itu nampak nyata, Pak Paul.



PG : Betul sekali. Jadi pelajaran yang bisa kita tarik di sini adalah Tuhan mencukupi kebutuhan kita, Dia tidak menjanjikan kita kekayaan, tapi Dia menjanjikan kita kecukupan. Jadi ini jelas. Saya rasa tidak adil dan tidak benar kalau kita mengaitkan kekayaan dengan berkat Tuhan, dengan perkenanan Tuhan, kasihan orang yang memang dalam kesulitan ekonomi, seolah-olah Tuhan sedang mengutuki mereka, itu tidak tepat sama sekali. Tuhan mencukupi kebutuhan kita dan Dia tidak menjanjikan kita kekayaan.



GS : Ada firman Tuhan yang terkait dengan itu, Pak Paul ?



PG : Ada, di 1 Timotius 6:8, Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah ini definisi



Tuhan akan kecukupan dan itulah janji Tuhan kepada kita Dia akan



mencukupkan kebutuhan pokok kita.



GS : Jadi bukan keinginan kita yang dipenuhi oleh Tuhan tapi kebutuhan kita. PG : Betul sekali.



GS : Hal lain yang perlu kita ketahui apa, Pak Paul ?



PG : Adakalanya Tuhan menempatkan kita dalam kondisi kurang secara ekonomi agar kita belajar bergantung kepada-Nya. Sejak dari titik Tuhan menyelamatkan kita dari hukuman dosa, Tuhan telah memulai pekerjaan-Nya di dalam diri kita yaitu membangun sebuah pribadi yang beriman. Singkat kata perjalanan hidup setelah perkenalan kita dengan Kristus adalah sebuah perjalanan pertumbuhan iman. Tuhan ingin agar kepercayaan kita kepada-Nya



bertumbuh tidak tinggal diam di titik yang sama, jadi kesulitan ekonomi adalah salah satu cara Tuhan mendorong kita untuk lebih beriman kepada-Nya, mungkin di masa lalu kita berhasil memercayai Tuhan dalam hal lain seperti sekolah atau memilih pasangan hidup, sekarang Ia mengajak kita naik setahap dan memercayai-Nya dalam hal ekonomi, sewaktu kita berhasil memercayai- Nya maka iman kita bertumbuh, kita tidak lagi dipenuhi kekhawatiran meski dalam kesulitan ekonomi.



GS : Ini seringkali karena pengalaman, jadi kalau pada masa lampau kita mengalami kesulitan ekonomi dan Tuhan menolong kita, berbekal itu kita bisa menghadapi mungkin yang lebih berat lagi kesulitan goncangan ekonomi, tapi kita tetap yakin, Dulu Tuhan menolong, masak Tuhan kali ini membiarkan kita?



PG : Betul sekali. Jadi satu pengalaman yang membuktikan akan kesetiaan Tuhan



memelihara hidup kita akan memberikan satu kekuatan tambahan untuk menghadapi tantangan hidup yang lain, sekali lagi Tuhan memunyai proyek yang tidak akan selesai sampai kita dipanggil pulang oleh-Nya dan proyek itu bernama membangun iman. Dia rindu kita bertumbuh dalam iman makin hari makin percaya kepada Tuhan dan bukan saja dalam hal-hal tertentu, tapi dalam setiap hal, kesulitan ekonomi adalah salah satu cara Tuhan untuk membangun iman kita kepada-Nya.



GS : Memang disitu sangat ditentukan bagaimana cara kita memandang kekayaan, uang atau harta yang Tuhan percayakan pada kita, kalau itu merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kita, melebihi Tuhan di dalam hidup kita maka kita akan tergoncang luar biasa pada saat itu.



PG : Adakalanya dalam kondisi seperti itu Tuhan mengizinkan kita mengalami kesulitan ekonomi secara mendadak. Supaya akhirnya kita bertumbuh di dalam iman karena kalau kita tidak mengalami itu maka kita tidak akan melihat Tuhan dengan ajaib memelihara kehidupan kita didalam kekurangan.



GS : Kalau tujuannya untuk membangun iman, apa sebenarnya yang Tuhan inginkan dari pertumbuhan iman kita, Pak Paul ?



PG : Ini pertanyaan yang baik, mungkin orang bertanya-tanya, Kenapa Tuhan



menginginkan iman kita terus bertumbuh? Jawabannya adalah karena Tuhan ingin agar kita mengenal-Nya secara lebih mendalam, Ia rindu menyingkapkan diri-Nya supaya kita dapat mengenal-Nya dari dimensi yang berbeda. Pada waktu kita bertobat misalnya, kita memunyai iman bahwa Yesus adalah Penyelamat jiwa kita, pada waktu kita menjalani hidup kekurangan, Dia akan menyediakan kebutuhan kita maka kita akan memunyai iman bahwa Yesus adalah Pemelihara hidup kita bukan hanya Penyelamat jiwa kita. Inilah kerinduan hati Bapa di surga supaya kita anak-anak-Nya mengenal-Nya secara lebih mendalam. Jadi tidak bisa tidak, harus kita melewati kesulitan-kesulitan dan salah satunya adalah kesulitan ekonomi untuk akhirnya mengenal Tuhan dengan lebih mendalam.



GS : Melalui kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh seseorang, Tuhan lebih menyatakan diri-Nya lagi, sekali lagi siapa diri-Nya oleh orang yang bersangkutan.



PG : Benar sekali. Jadi memang antara beriman dan mengenal Tuhan ada sebuah keterkaitan yang sangat erat, kita mungkin pernah bertemu dengan orang yang benar-benar pernah dihantam oleh badai kesulitan hidup namun dia bertahan, dia percaya bahwa Tuhan memeliharanya. Waktu kita bersama dengan orang seperti ini kita akan merasakan ada sesuatu yang berbeda, Mereka itu sepertinya kokoh dan tidak mudah terombang ambingkan kokohnya mereka itu berarti karena mereka memunyai iman yang kuat, tapi sesungguhnya kenapa mereka begitu kuat karena mereka sudah sangat mengenal Tuhan, karena sudah sangat mengenal Tuhan maka mereka itu tahu pasti kalau Tuhan akan membuka jalan. Jadi sekali lagi antara beriman dan mengenal Tuhan ada sebuah keterkaitan.



GS : Tapi ada juga sebagian orang ketika mengalami kesulitan ekonomi seperti saat itu dia bukan malah dekat dengan Tuhan tapi malah menjauh dari Tuhan.



PG : Betul. Jadi sebetulnya undangan Tuhan adalah Datanglah kepada-Ku hai kamu yang letih dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Tadi betul sekali apa kata Pak Gunawan, ada orang justru sewaktu sedang letih dan berbeban berat malah lari menjauh dari Tuhan dan bukan mendekat kepada Tuhan.



GS : Jadi lewat tantangan ekonomi seperti itu, apa yang sebenarnya bisa bertumbuh di dalam diri kita, Pak Paul ?



PG : Selain dari yang tadi kita bicara iman dan pengenalan kita akan Tuhan, ada satu lagi. Lewat kesulitan ekonomi yang kita hadapi kita akan dapat mengerti penderitaan orang dengan lebih baik lagi. Tidak ada yang dapat membuat kita lebih memahami penderitaan selain penderitaan itu sendiri. Kita ini tidak bisa mengerti penderitaan lewat pengajaran-pengajaran yang lain, kita hanya bisa mengerti benar-benar penderitaan lewat penderitaan itu sendiri. Kesulitan ekonomi membuat kita mengerti apa artinya menginginkan sesuatu namun tidak dapat memerolehnya. Orang yang dalam kesulitan ekonomi, misalnya mau beli lemari es yang baru karena yang lama sudah sering mati tidak dingin, mau punya yang baru tapi tidak bisa membelinya. Itu dampak dari kesulitan ekonomi. Jadi kesulitan ekonomi membuat kita memahami apa artinya susah secara mendalam dan secara menyeluruh, dan ini efek baiknya pada akhirnya kesulitan ekonomi membuat kita lebih berbelas kasihan kepada orang yang berada di dalam kondisi yang sama, kita akan lebih mengerti penderitaan orang.



GS : Kadang kita berpikir memang saya menderita, tapi lebih banyak orang lagi yang lebih menderita daripada saya, begitu Pak Paul.



PG : Sudah tentu itu akan menolong kita untuk memberi kepada orang, tapi sebetulnya yang membuat kita sungguh memahami derita orang adalah sewaktu kita sendiri pernah mengalami penderitaan itu. Saya masih ingat ada seseorang yang berkata, Dulu saya itu yang ke Rumah Sakit menengok orang, memberikan penghiburan dan kekuatan kepada orang, sekarang saya yang sakit dan di Rumah Sakit, sekarang saya baru mengerti apa itu harus dikurung dalam ranjang, susahnya seperti apa jadi sekali lagi kita hanya akan mengenal penderitaan lewat penderitaan itu sendiri.



GS : Demikian juga lewat kesulitan ekonomi, kita baru bisa mengenal bagaimana kesulitan keuangan kalau kita sendiri mengalaminya.



PG : Betul sekali. Jadi waktu kita pernah mengalaminya kita menjadi simpati kepada orang yang sedang dalam kesulitan ekonomi karena kalau tidak akan ada orang yang kadang-kadang berkata, Orang ini kesulitan ekonomi karena dia malas, padahalnya belum tentu begitu tapi orang yang pernah mengalami kesulitan ekonomi barulah mengerti sehingga akhirnya lebih berbelas kasihan.



GS : Mungkin ada contoh yang konkret, Pak Paul ?



PG : Misalnya saya ingat seseorang yang masuk ke penjara dan akhirnya sungguh- sungguh mengerti apa artinya hidup dalam penjara, namanya adalah Charles Colson, dia adalah staf khusus presiden Richard Nixon, pada waktu Nixon terlibat dalam skandal Watergate, dia terlibat juga akhirnya karena Nixon adalah presiden maka dia diampuni tidak dihukum, tapi bawahannya salah satunya dijebloskan ke dalam penjara. Dia akhirnya bertobat, dalam penjara dia mengerti artinya penderitaan menjadi seorang nara pidana, itulah tempat yang membuatnya terpanggil melayani para nara pidana. Setelah keluar dari penjara, Charles Colson memulai sebuah pelayanan yang bernama Prison Fellowship dan pelayanan itu ada sampai sekarang, mengunjungi para nara pidana, menolong para nara pidana dan sebagainya. Itu diawali oleh seseorang yang pernah dijebloskan ke dalam penjara. Jadi sekali lagi Tuhan adakalanya menempatkan kita dalam kondisi ekonomi yang sulit supaya Tuhan dapat memakai kita menjadi penolong bagi orang yang dalam kesusahan.



GS : Sebenarnya apa ayat firman Tuhan yang mendasari perbincangan kita pada saat ini, Pak Paul ?



PG : Ibrani 4:15 firman Tuhan berkata, Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.



Allah turun ke dunia menjadi manusia dalam bentuk seorang manusia yang sama dengan kita manusia. Yesus benar-benar manusia penuh supaya Ia dapat berbagian dalam kehidupan manusia yang seutuh-utuhnya. Jadi Yesus Putra Allah mengerti penderitaan kita karena Ia pun pernah menderita. Jadi inilah prinsip yang kita kenal di Alkitab yaitu turut menderita supaya dapat mengerti penderitaan sesama. Itu dirintis, diberikan contohnya langsung oleh Tuhan Allah sendiri menjadi manusia mengalami penderitaan sebagai manusia lainnya sehingga Dia menjadi imam besar yang sungguh-sungguh mengerti kelemahan dan penderitaan kita.



GS : Jadi seseorang yang beranggapan bahwa penderitaannya khususnya karena kesulitan ekonomi yang dialami adalah penderitaan yang paling parah, yang dialami oleh seseorang itu sebenarnya tidak bisa dikatakan betul sepenuhnya, karena Tuhan Yesus mengalami yang jauh lebih berat dari itu.



PG : Betul sekali. Jadi saya tidak berkata bahwa gampang melewati masa-masa sulit, tidak! Saya mengerti susah, bagaimana susahnya kalau kita tidak tahu nanti uang dari mana untuk bayar ini dan itu, jadi itu memang suatu kondisi yang sulit sekali. Namun kita mengerti bahwa Tuhan mengerti penderitaan kita dan Dia pernah menjadi manusia, jadi waktu kita berdoa Dia sungguh-sungguh



mengerti, bukan basa-basi mengerti tapi sungguh-sungguh mengerti dan Dia akan menolong kita.



GS : Itu juga tidak terjadi sekali, tapi bisa terjadi berkali-kali di dalam kehidupan ini selama Tuhan mau membentuk dan menumbuhkan iman kita maka hal-hal seperti itu masih sangat mungkin terjadi.



PG : Belum lama ini saya berbicara dengan sepasang suami istri yang umurnya sudah 60 tahun, dia akhirnya kehilangan pekerjaan, sekarang dia harus memikirkan apa yang harus dikerjakan, masalahnya adalah umur sudah segitu. Jadi saya mengerti betapa susahnya dalam kondisi usia seperti itu kehilangan pekerjaan, belum tua sekali tapi sudah tidak muda jadi susah sekali untuk mengerjakan apa pun. Jadi sekali lagi benar yang Pak Gunawan katakan, seringkali ini tidak hanya sekali tapi berulang kali.



GS : Tetapi hanya dengan bersandar kepada Tuhan kita percaya kalau kita akan



dimampukan untuk melewati masa sulit ini.



Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan saat ini, dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang Hikmah Kesulitan Ekonomi. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami melalui surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran- saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.




Ringkasan:

Ada orang yang melewati hidup tanpa pernah mengalami kesulitan ekonomi sekali pun. Namun pada umumnya kebanyakan kita pernah mengalami masa kekurangan. Berikut akan diberikan beberapa masukan untuk memandang masa kesukaran ekonomi dari kacamata yang lebih mulia--kacamata Tuhan.



Hal pertama yang kita perlu pahami adalah bahwa kesulitan ekonomi bukanlah pertanda bahwa kita berada DI LUAR kehendak Tuhan. Di Alkitab dicatat beberapa orang yang hidup dalam kesulitan ekonomi, salah satunya adalah Naomi dan menantunya, Rut. Kita tahu bahwa Rut harus memunguti gandum yang tercecer di jalan oleh karena ia tidak memunyai penghasilan apa pun. Kita pun ingat kisah janda di Sarfat yang juga hidup bukan saja secara minim, tetapi juga kehabisan segalanya. Kesulitan ekonomi bukan pertanda bahwa Tuhan menghukum atau meninggalkan kita. Naomi, Rut, janda di Sarfat--semua adalah anak Tuhan yang dikasihi-Nya namun pada suatu masa di dalam kehidupan mereka, Tuhan menempatkan mereka di dalam kondisi kesulitan ekonomi.



Hal kedua yang dapat kita pegang adalah bahwa Tuhan itu SETIA. Begitu setia-Nya Tuhan sehingga Ia tidak meninggalkan anak-anak-Nya. Sebagaimana dapat kita lihat di dalam kehidupan para anak Tuhan di Alkitab, Tuhan tidak tinggal diam. Ia mengirim Boaz untuk menolong Naomi dan Rut. Kepada janda di Sarfat, Tuhan mengutus nabi Elia untuk memelihara kehidupannya. Namun satu hal yang mesti kita sadari adalah bahwa Tuhan tidak membuat mereka mendadak kaya raya. Pada akhirnya Rut menikah dengan Boaz dan tentulah kehidupannya membaik namun dalam suatu kurun sebelum pernikahannya, Rut dan Naomi harus tetap hidup dalam kondisi yang sama. Tuhan mencukupi kebutuhan janda di Sarfat tetapi Ia tidak membuat janda itu kaya raya. Dari sini kita bisa menarik satu pelajaran: Tuhan mencukupi kebutuhan kita. Ia tidak menjanjikan kita kekayaan; Ia menjanjikan kita kecukupan. Firman Tuhan di 1



Timotius 6:8 mengingatkan, Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Itulah definisi Tuhan akan kecukupan dan itulah janji Tuhan kepada kita--Ia akan mencukupkan kebutuhan pokok kita.



Hal berikut yang perlu kita ketahui adalah adakalanya Tuhan menempatkan kita di dalam kondisi kurang agar kita belajar BERGANTUNG kepada-Nya. Sejak dari titik Ia menyelamatkan kita dari hukuman dosa, Tuhan telah memulai pekerjaan-Nya di dalam diri kita yaitu membangun sebuah pribadi yang beriman. Singkat kata perjalanan hidup setelah perkenalan kita dengan Kristus adalah sebuah perjalanan pertumbuhan iman. Tuhan ingin agar kepercayaan kita kepada-Nya bertumbuh--tidak tinggal diam di titik yang sama. Kesulitan ekonomi adalah salah satu cara Tuhan mendorong kita untuk lebih beriman kepada- Nya. Mungkin di masa lalu kita berhasil memercayai Tuhan dalam hal lain, seperti sekolah dan memilih pasangan hidup. Nah, sekarang Ia mengajak kita naik setahap dan memercayai-Nya dalam hal ekonomi. Sewaktu kita berhasil memercayai-Nya, maka iman kita bertumbuh. Mungkin kita bertanya-tanya, mengapakah Tuhan menginginkan agar iman kita bertumbuh ? Jawabannya adalah karena Tuhan ingin agar kita mengenal-Nya secara lebih mendalam.



Terakhir lewat kesulitan ekonomi yang kita hadapi kita akan dapat MENGERTI penderitaan orang dengan lebih baik lagi. Tidak ada yang dapat membuat kita lebih memahami penderitaan selain penderitaan itu sendiri! Kesulitan ekonomi membuat kita mengerti apa artinya, menginginkan sesuatu namun tidak dapat memperolehnya. Pada akhirnya kesulitan ekonomi membuat kita lebih berbelas kasihan kepada orang yang berada di dalam kondisi yang serupa. Adakalanya Tuhan menempatkan kita di dalam kondisi kesulitan ekonomi supaya Tuhan dapat memakai kita menjadi penolong bagi orang yang dalam kesusahan. Karena



terlibat skandal Watergate, Charles Colson dijebloskan ke dalam penjara. Namun itulah tempat yang



membuatnya terpanggil melayani para narapidana. Setelah keluar dari penjara, ia pun memulai Prison



Fellowship.



Ibrani 5:15 berkata, Sebab Imam Besar yang kita punya bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Allah turun ke dunia menjadi manusia supaya Ia dapat berbagian dalam kehidupan manusia yang seutuhnya. Ia mengerti penderitaan kita karena Ia pun pernah menderita. Inilah prinsip yang kita kenal di dalam Alkitab: Turut menderita supaya dapat mengerti penderitaan sesama.




Questions: