BETA
Tepat Sasaran Dalam Pelayanan
Sumber: telaga
Id Topik: 1914

Abstrak:

Salah satu perbedaan mencolok antara kita dan Tuhan berkaitan dengan hal nilai.Apa yang kita nilai penting belum tentu penting di mata Tuhan, begitu pula sebaliknya. Itu sebabnya di dalam pelayanan kadang kita salah sasaran karena apa yang kita nilai penting ternyata tidak penting dan sebaliknya, apa yang kita nilai tidak penting ternyata penting di hadapan Tuhan. Kita mesti menyelaraskan persepsi tentang apa yang penting supaya kita dapat melayani Tuhan tepat sasaran.

Transkrip:

Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang Tepat Sasaran dalam Pelayanan. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.



GS : Pak Paul, istilah pelayanan ini seringkali membingungkan banyak orang.



Sebenarnya apa yang disebut pelayanan itu ? Karena servis pun kadang-kadang kita katakan pelayanan. Kita memberikan sumbangan kita katakan itu pelayanan. Banyak hal yang kita sebut pelayanan. Sehingga kadang-kadang kita sendiri tidak punya konsep yang jelas tentang pelayanan sehingga ketika kita melakukannya pun tidak tepat sasaran, Pak Paul.



PG : Itu betul, Pak Gunawan. Seringkali kita terbatasi oleh konsep kita sendiri tentang



apakah pelayanan itu. Namun nanti kita akan melihat bahwa sesungguhnya yang disebut pelayanan itu memunyai cakupan yang sangat luas sekali. Nanti kita mau melihat hal itu. Namun tadi yang tadi Pak Gunawan angkat memang betul. Sering kali kita tidak tepat sasaran dalam pelayanan. Yang kita anggap penting ternyata belum tentu penting di mata Tuhan. Dan yang kita anggap tidak penting, justru penting di mata Tuhan. Jadi saya kira kita mesti memunyai kesamaan nilai dengan Tuhan. Sehingga apa yang Tuhan anggap penting, kita juga anggap penting dan apa yang Tuhan anggap tidak penting itu pula yang kita tidak anggap penting.



GS : Pedoman atau panduan apa saja yang bisa Pak Paul sampaikan berkaitan dengan hal ini ?



PG : Ada beberapa. Yang pertama adalah Tuhan dapat mengambil berbagai bentuk dan rupa untuk kita melayani-Nya. Yang mesti kita camkan adalah bahwa pelayanan itu tidak terbatasi oleh satu atau dua bentuk saja. Yang biasanya kita ini mengaitkan pelayanan dengan yang terjadi di gereja, misalnya pelayanan Perjamuan Kudus, menjadi penyambut, menjadi kolektan dan sebagainya. Tentu semua itu adalah pelayanan. Saya tidak akan berkata itu bukan pelayanan. Semuanya pelayanan. Namun sesungguhnya pelayanan lebih luas dari semua itu. Kita akan mendasari definisi pelayanan atas Kolose 3:17, Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah Bapa kita. Jadi dapat kita lihat disini bahwa Paulus membuka lebar tirai pelayanan seluas-luasnya maka ia berkata segala sesuatu yang kamu lakukan. Jadi kita mesti lakukan semuanya dalam nama Tuhan Yesus dan sudah tentu ini untuk menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan.



GS : Seringkali kita terpaku pada hal-hal yang formal di gereja, yang terorganisir dengan baik dan sebagainya. Kalau kita bergabung di situ baru kita sebut pelayanan.



PG : Betul. Memang hal-hal itu adalah baik dan bagian dari pelayanan. Misalnya kita membentuk tim untuk mengunjungi orang yang dipenjara, itu juga pelayanan. Tapi kita mau membuka seluas-luasnya tirai pelayanan, bahwa ternyata tidak hanya itu.



GS : Artinya pelayanan itu tidak bisa dibatasi oleh suatu organisasi atau komunitas tertentu saya, ya Pak. Jadi begitu luasnya pelayanan itu.



PG : Betul. Sebab kalau kita membatasi berarti orang-orang yang tidak punya kesempatan untuk melakukan itu artinya tidak melayani. Padahal kita tahu ada begitu banyak orang yang menempati ruang lingkup kehidupan yang berbeda, sehingga mereka mungkin sekali tidak berkesempatan mengambil bagian pelayanan yang kita sebut tadi. Tapi ya tidak terbatasi. Jadi seorang ibu yang memilih untuk membesarkan anak-anak dan melakukan dengan sebaik-baiknya dalam nama Yesus, itupun sudah melayani Tuhan.



GS : Dan itupun seringkali juga disalahartikan. Ayat Kolose 3:17 tadi. Yang melakukan



segala sesuatu dalam nama Tuhan Yesus. Bahkan orang berani melakukan dosa atau perbuatan tercela dan mengatakan ini saya lakukan dalam nama Yesus. Bagaimana ini Pak Paul ?



PG : Akhirnya kita harus kembali kepada panduan firman Tuhan sendiri. Kalau memang firman Tuhan sudah berkata jelas ini berdosa, kita tidak bisa membaptisnya dalam nama Tuhan dan menjadikan itu sesuatu yang kudus. Kalau sudah salah ya tetap akan salah.



GS : Jadi kita tidak boleh sembarangan menggunakan dalam nama Tuhan Yesus itu, Pak



Paul ?



PG : Betul sekali.



GS : Hal yang lain apa Pak Paul yang menjadi panduan pelayanan supaya tepat sasaran? PG : Acapkali hal-hal yang kita anggap interupsi atau gangguan justru adalah pelayanan yang dikehendaki oleh Tuhan, Pak Gunawan. Contohnya pada waktu kita sedang mempersiapkan pujian untuk ibadah, tiba-tiba seseorang datang untuk berbicara. Reaksi pertama kita adalah kita tengah melayani dan tidak ingin diganggu. Singkat kata bagi kita kedatangan orang itu merupakan interupsi atau gangguan. Sesungguhnya belum tentu demikian, Pak Gunawan. Tidak jarang itulah



orang yang dikirim Tuhan kepada kita untuk tujuan tertentu. Misalkan dia sedang



membutuhkan penghiburan dan Tuhan menghendaki agar kita melayaninya. Itu sebab kita harus membuka diri terhadap kemungkinan lain sebab jika tidak kita kehilangan kesempatan melayani Tuhan dengan tepat.



GS : Tapi ini juga butuh hikmat yang membuat kita bisa membedakan ini interupsi yang Tuhan sediakan buat kita atau memang interupsi yang sengaja dipasang oleh iblis. Kita ingat misalnya ketika Tuhan Yesus berjalan ke Yerusalem lalu Petrus menghalang-halangi Dia, menginterupsi perjalanan Tuhan, Tuhan 'kan marah dan mengatakan enyahlah engkau iblis!



PG : Yang saya maksud dengan interupsi atau gangguan di sini adalah sebuah kebutuhan lain. Dalam kasus tadi, ada orang yang memang membutuhkan pelayanan. Dia dalam keadaan susah, tapi kita mengerti akan tugas kita. Nah, kita jangan cepat-cepat berkata ini interupsi. Kita mesti melihat mungkin saya memang Tuhan sedang mengirim dia. Dia sedang butuh dan kita perlu memberi kekuatan kepada dia. Sudah tentu gangguan yang lain, memang tidak masuk dalam kategori ini. Jadi yang saya masukkan dalam kategori gangguan adalah kebutuhan yang tiba-tiba muncul di tengah jalan dan jangan kita abaikan.



GS : Sebaliknya kalau interupsi seperti apa yang tidak perlu diperhatikan ?



PG : Misalnya kalau kita sedang mempersiapkan tugas pelayanan kita, mempersiapkan lagu-lagu untuk pujian, kemudian ada teman datang ajak kita untuk keluar makan dan berbincang-bincang dan sebagainya, kita harus menolak secara halus dan berkata , Maaf saya tidak bisa, saya harus mengerjakan tugas saya. Jadi yang harus kita bedakan adalah untuk apakah interupsi tersebut. Kalau interupsi tersebut adalah untuk memberikan pertolongan, memenuhi kebutuhan orang yang sedang membutuhkan, terimalah itu sebagai kiriman dari Tuhan.



GS : Jadi di luar itu bisa kita abaikan agar kita bisa berkonsentrasi penuh kepada



pelayanan yang sudah Tuhan percayakan kepada kita ya, Pak Paul. PG : Betul.



GS : Hal lainnya apa, Pak Paul ?



PG : Volume atau kuantitas kebutuhan tidak dapat selalu dijadikan sebagai tolok ukur yang tepat. Pada kenyataannya, selain volume atau kuantitas, Tuhan pun melihat strategi, Pak Gunawan. Memang kita harus memberi perhatian kepada volume atau kuantitas kebutuhan, namun kita mesti terbuka terhadap kemungkinan bahwa Tuhan menghendaki kita melakukan sesuatu yang tampaknya tidak berguna. Ada kalanya Tuhan menempatkan kita dalam situasi yang tampaknya tidak penting untuk mengerjakan tugas yang tampaknya tidak penting. Misalkan, oleh karena masalah kesehatan, maka pasangan kita tidak lagi dapat bekerja dan membutuhkan perawatan. Sebagai akibatnya kita tidak lagi terlibat dalam pelayanan gerejawi yang selama ini kita lakukan. Mungkin kita mengeluh dan beranggapan bahwa apa yang kita lakukan sekarang tidaklah sepenting melayani Tuhan di gereja. Tapi kita tidak tahu bahwa memang Tuhan menempatkan kita di rumah bukan di gereja supaya anak-anak melihat pengorbanan dan kesetiaan kita melayani pasangan. Sebab di kemudian hari, misalnya, Tuhan mau memakai anak- anak kita untuk terjun ke dalam pelayanan orang-orang sakit. Singkat kata, penempatan Tuhan didasarkan atas unsur strategi rencana Tuhan, bukan saja kebutuhan.



GS : Tapi ini sesuatu yang menggoda banyak orang. Kita lebih menyukai pelayanan yang bisa dilihat oleh banyak orang yaitu di luar rumah, baik itu di gereja atau di organisasi lainnya. Sedangkan yang di rumah oleh karena tidak dapat dilihat orang, menjadi nomor yang kesekian bahkan terakhir sekali. Bahkan ada orang yang rela rumahnya tidak terurus pokoknya dia bisa terus pelayanan.



PG : Jadi memang kita mudah sekali tersedot oleh jenis pelayanan yang bervolume besar, yang ramai dan sebagainya, dan menganggap yang tersembunyi di belakang itu tidak penting. Tapi Tuhan punya strategi. Justru yang kita anggap tidak penting, ternyata itu penting. Mungkin kita tidak melihat pentingnya itu sekarang, tapi di kemudian hari. Contoh yang saya berikan tadi, mungkin saja karena kita melayani pasangan kita yang sedang sakit, anak-anak mungkin saja terpanggil di bidang pelayanan orang-orang sakit pula.



GS : Tapi godaan itu juga datang dari teman-teman sepelayanan. Seperti yang tadi, ada pasangan yang sakit sehingga suami atau istrinya tinggal di rumah untuk melayani yang sakit ini. Nah godaan itu datang ketika ada teman sepelayanan yang mengatakan, Kamu bisa panggil suster atau perawat, dan kamu tetap bisa pelayanan di gereja. Itu jauh lebih penting. Nah godaan semacam inilah yang kadang membuat kita bergeser dari sasaran yang tepat.



PG : Betul. Tadi kita mengawali diskusi kita dengan satu pokok pemikiran yaitu penting



sekali kita menyelaraskan persepsi kita dengan Tuhan, sehingga apa yang Tuhan anggap penting, kita pun anggap penting. Untuk itu memang kita mesti mengenal hati Tuhan. Dan kalau kita mengenal hati Tuhan, kita tahu, hati Tuhan adalah untuk orang yang di rumah yang perlu perawatan. Itu yang menggerakkan hati Tuhan. Yang lain yang lebih ramai yang lebih bervolume besar, itu mungkin tidak sepenting kita melayani yang memang tersisihkan dan terlupakan itu.



GS : Iya. Memang menentukan tolok ukur yang tepat itu yang sulit bagi pribadi lepas pribadi. Karena saya rasa tidak ada suatu tolok ukur yang begitu jelas dan tegas.



PG : Betul. Memang tidak ada. Saya kira masing-masing kita mesti datang kepada



Tuhan, berdoa dan mencoba melihat sesuai dengan hati Tuhan.



GS : Jadi yang penting disini bukan apa yang kita kerjakan dengan kemampuan dan kemahiran kita, tetapi apa yang Allah kerjakan melalui diri kita.



PG : Betul. Kita juga mau gunakan sebagai pedoman disini adalah respons orang tidak dapat dijadikan ukuran ketepatan pelayanan. Di dalam 1 Korintus 16:8 Paulus berkata, Tetapi aku akan tinggal di Efesus sampai hari raya Pentakosta, sebab disini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting sekalipun ada banyak penentang. Mohon diperhatikan disini, Paulus tidak berkata bahwa karena banyak orang yang menentangnya, maka ia akan pergi meninggalkan Efesus. Tidak ! Ia justru melihat bahwa pintu pelayanan makin terbuka. Jadi kenyataan orang tidak menanggapi atau menghargai apa yang kita perbuat belum tentu merupakan pertanda bahwa pelayanan yang kita lakukan keliru sasaran. Kita tidak boleh cepat menarik kesimpulan sebab kita tidak mengetahui keseluruhan rencana Tuhan.



GS : Bahkan untuk jangka panjang pun kadang tidak kelihatan ada buah yang dihasilkan dari pelayanan yang kita lakukan, sehingga kadang membuat kita bingung, betul atau tidak ya pelayanan yang saya kerjakan ini ? Begitu, Pak Paul.



PG : Iya. Kadang kita mudah terkecoh oleh tanggapan orang. Kalau orang sepertinya tidak menyambut, kita putuskan bukan. Kalau orang menyambut, pasti iya. Tapi



memang belum tentu demikian. Tuhan tidak selalu bekerja atas dasar respons orang. Kadang kita lihat seperti contoh di Kitab Injil, adakalanya memang Tuhan meninggalkan kota tertentu karena Tuhan tidak menerimanya. Dan Dia pun berkata kepada para murid, jikalau orang kota itu menolak, kibaskan bajumu dan tinggalkan. Jadi ada waktu-waktu Tuhan mendasarinya atas respons orang. Tapi tidak selalu. Seperti Paulus, meskipun orang Efesus menentang dia, dia melihat justru ada orang-orang yang siap menerima pelayanannya.



GS : Sebaliknya kalau dari pelayanan itu kemudian ada banyak respons yang positif lalu ada orang yang menyerahkan diri, apakah itu memang pertanda pelayanannya memang berhasil dan tepat sasaran, Pak Paul ?



PG : Sudah tentu pada waktu kita melihat orang memberikan tanggapan yang positif, kita patut bersyukur Tuhan telah memakai pelayanan kita ini untuk orang menerima Tuhan. Namun belum tentu respons orang yang berapi-api itu adalah juga pertanda kita akan terus berada di sana. Belum tentu. Contohnya, di tengah Kebangunan Rohani yang tengah melanda Samaria, Tuhan memindahkan Filipus ke sebuah jalan yang dalam Alkitab yang dikatakan sunyi, untuk menjumpai seorang sida-sida dari Etiopia. Ini di Kisah Para Rasul 8:26. Jadi kadang Tuhan memindahkan kita dari pelayanan yang ramai ke pelayanan yang sunyi, sebab justru disitulah terletak sasaran yang dikehendaki-Nya.



GS : Tapi apakah hal itu berlaku umum, artinya setiap orang bisa menarik kesimpulan bahwa hanya melalui hal-hal yang tidak populer dan sebagainya, pelayanan itu baru diperkenan Tuhan ?



PG : Tidak. Maksud saya mengatakan ini untuk membuka wawasan kita, jangan cepat- cepat menyimpulkan kalau sunyi berarti bukan. Kalau ramai berarti iya ini yang Tuhan kehendaki. Misalkan kita melihat pelayanan hamba-hamba Tuhan seperti Pdt. Billy Graham yang kalau mengadakan KKR dihadiri oleh puluhan ribu orang, itu ramai sekali. Dan kita tahu Tuhan pakai Pdt. Billy Graham. Tapi tidak berarti kalau kita melayani di tempat yang sunyi, tidak banyak tepuk tangan meriah, artinya itu bukanlah kehendak Tuhan. Kita bisa melihat pelayanan yang sedang kita lakukan ini adalah bagian dari pelayanan yang sunyi. Mungkin pendengar kita tidak begitu tahu tentang kondisi kita karena hanya mendengar suara kita di radio. Tapi sesungguhnya di belakang layar hanya ada dua orang yang mengerjakan tugas ini. Saya dan Pak Gunawan yang di depan mikrofon, tapi nanti ada satu orang lagi yang mengatur perekamannya, dan ada dua orang yang nanti yang mengatur pengiriman, transkrip dan sebagainya. Sebetulnya ini adalah pelayan yang sangat sunyi. Orang tidak tahu siapa mereka. Orang hanya tahu kita berdua saja. Tapi karena mereka setia melayani Tuhan di tempat yang sunyi ini, maka para pendengar bisa mendengar siaran ini pada hari ini.



GS : Jadi kesimpulannya apa, Pak Paul ?



PG : Akhirnya yang harus kita camkan adalah hasil pelayanan tidak pernah lebih penting daripada hati yang melayani. Kolose 3:23 mengingatkan, Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan



bukan untuk manusia. Kita tidak boleh memilah-milah pelayanan berdasarkan ukuran manusia. Misalnya seperti pujian yang diterima, imbalan materi yang diberikan, serta pengaruh yang diperoleh. Kita harus menerima tugas yang disajikan Tuhan dan mengerjakannya dengan sepenuh hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Ini adalah perkataan dari Tuhan sendiri. dari sini kita bisa melihat nilai pelayanan bukan terletak pada hasilnya, melainkan pada hati yang melayani-Nya.



GS : Kadang kita sulit sekali menerima kalau suatu saat Tuhan meminta kita berhenti atau menghentikan pelayanan yang selama ini sudah berjalan dengan baik. Sulit untuk menerima itu, Pak Paul. Mau melayani mengapa harus berhenti ? Atau harus pindah ke bentuk pelayanan yang lain.



PG : Memang kita tidak bisa mengklaim ini adalah pelayanan yang harus saya lakukan.



Karena kita harus selalu ingat bahwa pelayanan itu bukan hak, pelayanan bukan kewajiban, tapi sebuah anugerah. Kita tidak boleh berkata, Ini hak saya melayani Tuhan. Oh, kita tidak punya hak apa-apa! Kita ditebus oleh darah Tuhan, kita dibeli oleh-Nya dengan tunai, kita milik Tuhan sepenuhnya. Kita juga tidak boleh berkata, Ini kewajiban saya. Jadi saya harus selalu hidup disini. Tidak ada orang yang boleh menggantikan saya. Kalau tidak ada saya pasti tidak bisa jalan. Tidak boleh! Tidak boleh kita katakan, Ini kewajiban saya jadi saya harus selalu menjaga gawang. Tidak! Kita harus ingat pelayanan adalah anugerah. Artinya kesempatan yang Tuhan berikan. Jadi kalau Tuhan ambil kembali ya kita harus terima. Saya masih ingat beberapa tahun yang lalu Pdt. Billy Graham ditanya orang, Nanti siapa yang menggantikan Bapak ? Selama ini di Amerika belum ada yang menggantikan Bapak. Dia berkata, Jangan kuatir. Dulu juga ada pengkhotbah yang Tuhan pakai. Setelah dia tidak ada, orang berpikir siapa yang akan menggantikan. Tuhan terus menggantikan. Jadi jangan kuatir akan siapa nanti yang bisa melayani Tuhan. Tuhan pasti akan sediakan. Pak Gunawan, saya mau mengakhiri dengan sebuah cerita. Saya baru bertemu dengan seorang pelayan Tuhan. Dia seorang wanita yang kalau melihat penampilannya bersahaja, bersuara lembut dan tidak berkharisma sewaktu berbicara. Singkat kata dari segi penampilannya dia tidak memerlihatkan wibawa kepemimpinan. Tidak ada sikap berapi-api dan sebagainya. Namun Tuhan memakai hamba-Nya ini menjadi perintis dan pemimpin sebuah pelayanan karena ia mengerjakan semua yang Tuhan percayakan kepadanya dengan sepenuh hati. Jadi sekali lagi, hati yang menentukan, bukan hasil. Hati yang melayani, itu yang Tuhan lihat.



GS : Jadi penilaiannya adalah proses bagaimana pelayanan itu dikerjakan dan bukan hasil dari pelayanan itu sendiri, karena hasil adalah milik Tuhan seluruhnya.



PG : Betul sekali, Pak Gunawan.



GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan kita kali ini. Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang Tepat Sasaran dalam Pelayanan. Bagi Anda yang



berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.




Ringkasan:

Salah satu perbedaan mencolok antara kita dan Tuhan berkaitan dengan hal nilai. Apa yang kita nilai penting belum tentu penting di mata Tuhan, begitu pula sebaliknya. Itu sebabnya di dalam pelayanan kadang kita salah sasaran karena apa yang kita nilai penting ternyata tidak penting dan sebaliknya, apa yang kita nilai tidak penting ternyata penting di hadapan Tuhan. Kita mesti menyelaraskan persepsi akan apa yang penting supaya kita dapat melayani Tuhan tepat sasaran. Berikut akan dipaparkan beberapa panduan.



(1) MELAYANI TUHAN DAPAT MENGAMBIL PELBAGAI BENTUK DAN RUPA. Karena kita terbiasa dengan beberapa bentuk pelayanan maka sering kali kita berkesimpulan bahwa pelayanan hanya mencakup aktivitas itu-itu saja. Sudah tentu pelayanan ke penjara, memberi bantuan kepada orang miskin dan melayani di Komisi Anak adalah pelayanan kepada Tuhan. Namun sesungguhnya pelayanan lebih luas dari semua itu.



Kolose 3:17 memberikan kepada kita definisi melayani Tuhan, Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. Sebagaimana dapat kita lihat, Paulus membuka lebar tirai pelayanan seluas-luasnya--segala sesuatu yang kita lakukan dalam nama Tuhan Yesus.



(2) ACAPKALI HAL-HAL YANG KITA ANGGAP SEBAGAI INTERUPSI ATAU GANGGUAN JUSTRU ADALAH PELAYANAN YANG DIKEHENDAKI OLEH TUHAN. Sebagai contoh pada waktu kita sedang mempersiapkan pujian untuk ibadah, tiba-tiba seseorang datang untuk mengobrol. Reaksi pertama kita adalah kita tengah melayani dan tidak ingin diganggu. Singkat kata, bagi kita kedatangan orang tersebut merupakan sebuah interupsi dan gangguan. Sesungguhnya belum tentu demikian. Tidak jarang itulah orang yang dikirim Tuhan kepada kita untuk tujuan tertentu. Misalkan ia sedang membutuhkan penghiburan dan Tuhan menghendaki agar kita melayaninya. Itu sebabnya kita mesti membuka diri terhadap kemungkinan lain sebab jika tidak, kita justru kehilangan kesempatan melayani Tuhan dengan tepat.



(3) VOLUME ATAU KUANTITAS KEBUTUHAN TIDAK DAPAT SELALU DIJADIKAN SEBAGAI TOLOK UKUR YANG TEPAT. Pada kenyataannya selain volume atau kuantitas Tuhan pun melihat strategi. Memang kita harus memberi perhatian kepada volume atau kuatitas kebutuhan namun kita mesti terbuka terhadap kemungkinan bahwa Tuhan menghendaki kita melakukan sesuatu yang tampaknya tidak berguna. Adakalanya Tuhan menempatkan kita di dalam situasi yang tampaknya tidak penting untuk mengerjakan suatu tugas yang juga tidak penting. Misalkan oleh karena masalah kesehatan maka pasangan kita tidak lagi dapat bekerja dan membutuhkan perawatan. Sebagai akibatnya kita pun tidak lagi terlibat dalam pelayanan gerejawi yang selama ini kita lakukan. Mungkin kita mengeluh dan beranggapan bahwa apa yang sekarang kita lakukan tidaklah sepenting melayani Tuhan di gereja. Tetapi, kita tidak tahu bahwa memang Tuhan menempatkan kita di rumah--bukan di gereja--supaya anak-anak melihat pengorbanan dan kesetiaan kita melayani pasangan. Sebab, di kemudian hari Tuhan mau memakai anak-anak kita untuk terjun ke dalam pelayanan orang sakit. Singkat kata, penempatan Tuhan didasarkan atas unsur STRATEGI, bukan saja kebutuhan.



(4) RESPONS ORANG TIDAK DAPAT DIJADIKAN UKURAN KETEPATAN PELAYANAN. Di dalam 1 Korintus 16:8 Paulus berkata, Tetapi aku akan tinggal di Efesus sampai hari raya Pentakosta sebab di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada banyak penentang. Mohon diperhatikan Paulus tidak berkata bahwa karena banyak orang yang menentangnya maka ia akan pergi meninggalkan Efesus. Ia justru melihat bahwa pintu pelayanan makin terbuka. Jadi, kenyataan orang tidak menanggapi atau menghargai apa yang kita perbuat belum tentu merupakan pertanda bahwa pelayanan yang kita lakukan keliru sasaran. Kita tidak boleh cepat menarik kesimpulan sebab kita tidak mengetahui keseluruhan rencana Tuhan. Sebaliknya, respons orang yang berapi-api belum tentu pertanda itulah pelayanan yang tepat sasaran. Di tengah kebangunan rohani yang tengah melanda Samaria, Tuhan memindahkan Filipus ke sebuah jalan yang sunyi untuk menjumpai seorang sida-sida dari Etiopia (Kisah Para Rasul 8:26). Ya, kadang Tuhan memindahkan kita dari pelayanan yang ramai ke pelayanan yang sunyi sebab justru di situlah terletak sasaran yang dikehendaki-Nya.



Pada akhirnya satu hal yang mesti selalu kita camkan adalah HASIL pelayanan tidak pernah lebih penting daripada HATI yang melayani. Kolose 3:23 mengingatkan, Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kita tidak boleh memilah-milah pelayanan berdasarkan ukuran manusia seperti pujian yang diterima, imbalan materi yang diberikan, serta pengaruh yang diperoleh. Kita harus menerima tugas yang disajikan Tuhan dan mengerjakannya dengan sepenuh hati, seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Sebab, nilai pelayanan bukan terletak pada HASIL melainkan HATI.



Belum lama ini saya berjumpa dengan seseorang yang telah dipakai Tuhan untuk memulai dan mengembangkan sebuah pelayanan yang sekarang berskala nasional. Ia seorang wanita bersahaja, bersuara lembut, dan tidak berkharisma sewaktu berbicara. Singkat kata dari segi penampilan ia tidak memperlihatkan wibawa kepemimpinan. Namun Tuhan memakai hamba-Nya ini menjadi perintis dan pemimpin sebuah pelayanan karena ia mengerjakan semua yang Tuhan percayakan kepadanya dengan sepenuh hati.




Questions: