BETA
Distorsi Seks 2
Sumber: telaga
Id Topik: 1222

Abstrak:

Distorsi (/dis’tcrsyen/) bermaknaperubahan, penyimpangan, pemutarbalikan, kekacauan, kerusakan.Misal: distortion of the facts = penyimpangan/ pemutar balikan fakta-fakta. Mari kita membahas tujuh distorsiseks, apa saja dampaknya dan apa kebenaran tentang seks itu sendiri dari kacamata firmanTuhan.

Transkrip:

Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK bekerjasama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya Hendra akan berbincang-bincang dengan Bapak Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling keluarga. Perbincangan kami kali ini tentang "Distorsi Seks" bagian kedua. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.

H : Pak Sindu, pada segmen sebelumnya kita telah membahas 3 distorsi seks yang sudah Bapak bahas panjang lebar. Kali ini kita akan lanjutkan pembahasan kita, distorsi apalagi yang akan Bapak jabarkan ?

SK : Yaitu distorsi yang keempat mengatakan seks itu semata-mata berkenaan dengan hidup manusia saja dan tidak ada hubungannya dengan Tuhan.

H : Maksudnya bagaimana ?

SK : Maksudnya terjadi keterpisahan antara kehidupan seksual dan kehidupan rohani dan ini memunculkan pola pikir demikian: Semakin rohani kehidupan seseorang berarti dia akan semakin menjauhi kehidupan seks. "Jadi kalau mau menikmati seks jangan terlalu rohani dan jangan terlalu aktif di gereja, jangan terlalu suka baca Alkitab nanti kehidupan seksmu tidak akan semakin berkembang, Nanti kehidupan seksmu semakin membosankan". Atau sebaliknya orang berpikir bahas kehidupan seks, cari, nikmati di luar konteks iman dan di luar konteks teologi dan gereja, seperti itu.

H : Ini yang membuat orang-orang merasa menjadi tidak mau terlalu aktif di pelayanan seperti itu, Pak?

SK : Benar. "Aku menikmati seks itu, sensasinya, fantasinya. Yang di gereja adalah orang-orang suci, yang frigid (dingin) dan mungkin orang-orang impoten dan tidak punya selera seks karena tidak ada hubungannya." "Aku masih menikmati seks, tidak bisa aku bertumbuh rohani, kalau aku bertumbuh rohani seperti Tuhan Yesus berarti aku tidak boleh menikah dan kalau menikah tidak boleh terlalu mengejar kenikmatan secara seksual" bahkan dipertentangkan, jadi bukan tidak ada hubungan. Atau ketika orang memasuki Seminari (sekolah Alkitab), dimuridkan memasuki level yang lebih tinggi dia akan semakin merasa "Ya aku harus semakin terpisah dengan istriku dan tidak boleh terlalu sering berhubungan seks, seorang pendeta hubungan seks cukup sebulan sekali karena itu tidak membantu hidup rohani bahkan mengganggu hidup rohani, mengganggu konsentrasiku dengan Tuhan. Bagaimana aku dapat menikmati kekudusan dengan Tuhan, menikmati keintiman dengan Tuhan, kalau aku masih diganggu dengan hubungan seks dengan istriku ?" Maka lahir distorsi yang demikian, mungkin ada sekian istri pendeta yang frustrasi dengan kehidupan seksualnya karena suaminya menikah dengan Tuhan Yesus dan akhirnya cemburu pada Tuhan Yesus. Dia beranggapan bahwa, "Tuhan Yesus merebut suamiku dari aku, aku kering dan tidak menikmati relasi intim termasuk relasi seksual dengan suamiku." Dan itu muncul dari distorsi yang semacam ini.

H : Saya tertarik untuk bertanya, apakah hanya karena distorsi ini sehingga kerohanian atau pelayanannya merasa terganggu ?

SK : Tentunya bukan hanya itu, tentu ini hanya salah satu faktor kemungkinan, saya tidak punya data real (nyata), ada faktor yang lain orang terjun ke pelayanan berangkat dari keterlukaan dan dia akhirnya membangun rasa aman, rasa cukup dan berharga dari aktifitas yang melahirkan rasa hormat orang pada dirinya sehingga muncul fenomena workaholic (kecanduan bekerja), ministry-aholic (kecanduan pelayanan). Jadi ini hanya salah satu kemungkinan.

H : Jadi untuk meluruskannya adalah kehidupan rohani dan seksual sesungguhnya tidak terpisah ?

SK : Benar. Bahkan memang kehidupan seksual memiliki dimensi spiritual yang kental bahkan seks itu merupakan cara Allah untuk menjelaskan kesatuan antara Allah dan manusia sekaligus membawa manusia makin menghayati relasinya dengan Allah. Saya mau memperlihatkan satu bagian firman Tuhan di Keluaran 33:12, "Aku mengenal namamu dan juga engkau mendapat kasih karunia di hadapan-Ku". Kata mengenal ini dalam bahasa Ibrani adalah kata Yada, kata Yada ini juga dipakai untuk banyak ayat firman Tuhan di dalam Perjanjian Lama ketika dikatakan Adam bersetubuh dengan istrinya, kain bersetubuh dengan istrinya. Kata bersetubuh memakai kata yang sama yaitu Yada. Jadi di dalam rancang bangunnya Allah, ketika merancang seksualitas manusia, Allah ingin lewat relasi seks inilah manusia mengerti bagaimana kesatuan antara Allah dan manusia. Jadi ketika manusia menyatu dengan istrinya, maka kesatuan itu sebagai bahasa simbolik, bentuk alat peraga untuk menjelaskan kesatuan yang dikehendaki antara Allah dan manusia. Jadi disini kita melihat bahwa seksualitas memiliki dimensi yang sangat menyatu dengan dimensi spiritual dan ini pula ditambahkan di dalam konteks Perjanjian Baru atas hikmat Roh Kudus, Rasul Paulus di dalam Efesus 5:32 dikatakan setelah suami meninggalkan keluarganya dan bersatu dengan istrinya dan menjadi satu daging kemudian muncul Efesus 5:32, "Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat." Jadi bukan hanya kesatuan sekedar kesatuan Allah dan manusia tapi dalam konteks Perjanjian Baru kesatuan Kristus dan gereja-Nya sangat tergambarkan dalam hubungan seks suami dan istrinya. Jadi inilah cara ketika kita mau menikmati bagaimana mengenal Allah, satu sisi pesannya adalah menikahlah. Dengan hubungan seks di dalam pernikahan kudus maka kita akan dibawa kepada misteri Kristus yang menyatu dengan jemaat-Nya. Begitu sangat indah dan sangat luar biasa.

H : Jadi kebenaran untuk mengoreksi distorsi ini adalah seks memiliki dimensi spiritual dan merupakan cara Allah menjelaskan kesatuan Allah dan manusia yang sekaligus bahwa manusia makin menghayati relasinya dengan Allah.

SK : Jadi marilah ketika kita berhubungan seks dengan pasangan nikah kita, suami atau istri kita maka berdoalah, "Tuhan berkati, kami mau melakukan hubungan seks dan biarlah ini bukan hanya kenikmatan secara biologis tapi kami bisa semakin menghayati kesatuan kami dengan Engkau. Saya adalah bait Roh kudus, istriku adalah Bait Roh Kudus, ketika kami bertemu dalam hubungan seks bukankah disanalah hadirat Allah hadir. Jadi ini bentuk "worship" atau ibadah dan tidak serendah seperti yang dikira oleh beberapa bapak gereja di masa yang lalu atau gereja abad pertengahan. Justru beberapa orang bahkan ada tokoh rabi Yahudi di dalam abad pertengahan pernah menuliskan "Lakukanlah hubungan seks di hari Sabat untuk merayakan Sabat". Mari para suami istri lakukan hubungan seks, itu bentuk keintiman yang dinikmati untuk semakin mengalami keintiman antara kita umat-Nya dengan Allah.

H : Ini sebuah kebenaran yang sangat penting.

SK : Maka tidak heran penyimpangannya muncullah kalau kita cek di Alkitab ada istilah pelacur bakti. Jadi di dalam tradisi Mesir zamannya Musa sudah ada, di zamannya raja-raja Israel sudah ada di dalam Ulangan 23:17 dan lainnya diantara 1 Raja-Raja 15:12 di sana dikisahkan pada masa itu sudah ada bentuk ritual dimana ketika orang menyembah berhala baik itu bangsa Mesir, bangsa Kanaan, puncak penyembahannya adalah mereka mempersembahkan wanita untuk berhubungan seks dengan imam agama mereka. Ketika terjadi persetubuhan hubungan seks itu, itu tanda bahwa sang dewa berkenan atas ibadah dari umat agama yang tidak mengenal Kristus ini, muncullah istilah pelacur bakti, atau semburit bakti (relasi homoseksual) itu sudah terjadi di era Musa dan raja Israel. Jadi di zaman modern kita kenal ada "Children Of God". Zaman tahun 1990-an ada Ranting Daud oleh David Koresh. Disana sekte-sekte sesat dari kekristenan identik melakukan hubungan seks secara liar, poligami dan sebagainya sebagai bentuk mereka merasa cara ibadah yang diperkenan oleh Tuhan. Ini gagasan dari mana ? Kesesatan karena rancangan Allah yang dirusak oleh orang-orang ini. Jadi kembali seksualitas sangat menyatu dengan spiritualitas.

H : Tapi seksualitas yang tetap setia pada pasangan, ya Pak ?

SK : Tentu ! Memang rancang bangun Allah sangat eksklusif hanya relasi seks dengan pasangan yang sah di dalam pernikahan kudus, dan hanya itu saja.

H : Tapi mengerikan sekali Bapak sempat singgung pelacur bakti itu tidak hanya terjadi di zaman purba atau masa lalu, tapi juga masa kini ya ?

SK : Ya dan mungkin bentuknya berbeda tapi kepercayaan model ritus upacara seperti itu masih dilakukan dalam sekte-sekte ataupun bentuk penyembahan di luar Kristus.

H : Distorsi yang kelima itu apa, Pak?

SK : Yang kelima yaitu ketika muncul fantasi seks, itu berarti saya sedang menginginkan hubungan seks dan itu adalah distorsi yang lain, banyak orang berpikir, "Aku kok ada fantasi seks, lihat orang ini, aku mulai horny, kepingin berhubungan seks. Aku lapar dan haus seks maka aku harus segera pulang dan berhubungan seks dengan pasangan nikahku" Atau "Tidak ada pasanganku maka bagaimana ? Kami berjauhan dan sekian bulan baru ketemu. Masturbasi sajalah !" Atau dia cari pria sekadarnya atau wanita sekadarnya yang bukan pasangan nikahnya. Itu kesesatan yang lain.

H : Jadi fantasi seks ini timbul karena secara alami atau memang harus dikendalikan atau bagaimana ?

SK : Satu hal, fantasi seks itu, kita jangan langsung serta merta kita identikkan dengan dorongan biologis, sekali lagi kita manusia yang punya beda substansi dengan hewan. Hewan digerakkan oleh instink (naluri), naluri kawin, naluri seks. kalau tidak dilampiaskan dia frustrasi tapi setelah selesai dilampiaskan maka hilang masa kawin itu. Tapi manusia tidak demikian ! Memang ada hal-hal atau dorongan biologis itu, tapi kebenarannya adalah bahwa sesungguhnya manusia lebih banyak digerakkan di aspek emosi dan relasi. Jadi sebenarnya ketika kita mengalami fantasi seksual bukan serta merta karena dorongan biologi seksual kita, tapi lebih banyak kemungkinan karena kita kering secara emosi dan kering secara relasi. Jadi jawabannya adalah ketika muncul fantasi seksual itu maka kita harus mengecek, bagaimana selama ini relasiku dengan istri atau suamiku, kami berjauhan, kami mungkin sering ketemu tapi kami kurang bercakap-cakap dari hati-kehati maka inilah kesempatan untuk ketemu, berbincag-bincang, sharing, bertukar pengalaman, pergumulan, saling mendoakan, jalan-jalan bareng mungkin di senja hari atau di pagi hari yang sejuk, menikmati waktu, bergandengan tangan, berpelukan, menikmati kebersamaan itu. Sekali lagi bukan serta merta harus berhubungan seks secara fisik karena kembali kita sebenarnya makhluk lebih banyak digerakkan dari segi emosi dan relasi. Ketika kita memberi tempat pada pengembangan relasi dan pengembangan emosi maka sebenarnya pergulatan kita dengan fantasi pornografi, masturbasi dan kehidupan seks yang tidak sehat itu bisa lebih teredam. Coba kita cek mungkin orang yang bergumul dengan pornografi, masturbasi dan kehidupan seks yang menyimpang maka ujung-ujungnya relasinya kering, emosinya kering dan dia tidak punya relasi yang intim dengan seseorang dan emosi yang hangat dengan orang terdekat dan yang ada hanyalah hubungan yang dangkal dan formalitas. Sehingga larinya, obsesinya selalu pornografi, masturbasi, hubungan seks secara liar atau penyimpangan yang bersifat biologis itu.

H : Tapi yang ingin saya tanyakan apakah salah jika fantasi seks itu muncul dalam benak kita ?

SK : Jadi fantasi itu pertanda. Bukan hal yang salah. Ketika fantasi itu muncul, itu menjadi rambu, menjadi pertanda. Tapi kalau fantasi itu kita biarkan, kita merenung-renung membayangkan orang yang bukan pasangan nikah kita, maka itu kita melakukan perzinahan dalam hati! Tapi kalau fantasi seksual dengan suami atau istri kita yang sah dalam pernikahan yang kudus maka itu bagian yang sehat. Ketika kita berhubungan seks atau melakukan fantasi tapi berkaitan dengan suami atau istri kita maka itu sah. Tapi kalau kita melakukan fantasi hubungan seks dengan orang lain maka ini adalah dosa perzinahan secara hati dan Tuhan tidak berkenan dengan apa yang kita lakukan ini.

H : Jadi kalau boleh saya simpulkan Bapak menggarisbawahi tidak melulu hubungan seksual ini tapi kita harus memperhatikan aspek relasi dan emosi dan itu yang harus disuburkan, yang harus dipelihara untuk mengantisipasi supaya kita tidak terjatuh dalam dosa seksual karena tergoda oleh fantasi seksual.

SK : Betul. Termasuk kehangatan relasi itu bisa dengan sesama pria atau sesama wanita. Kalau wanita cenderung lebih mudah, karena kadang kita melihat mereka saling berpelukan, berjalan bergandengan tangan dan mereka menikmati, itu sehat. Dan mari kita para pria meniru, tanpa sadar saya juga mengalami satu masa mau bergandengan dengan sesama pria, berpelukan eh dikatakan "homo" saking takutnya. Jadi istilahnya Homofobia. Itu relasi yang sehat. Jadi biasanya saya juga mengalami sebulan sekali kami ada kelompok PA Pria. Ada 3 atau 4 pria, kami berjanji sebulan sekali kami bertemu dan PA saling berdoa, berbagi bersama dan kami akhiri saling berpelukan sebagai saudara di dalam Kristus. Tentunya bukan pelukan yang dielus-elus, yang erotis! Tapi ini adalah pelukan kehangatan persahabatan dan itu sehat. Sesama pria juga butuh sentuhan fisik dan tentunya bukan sentuhan erotis. Cukup tepukan bahu dan itu memberi kehangatan, rasa diterima dan rasa penuh terhadap kepriaan dan itu meredakan gejolak seksualitas yang mungkin tanpa sadar bisa liar kalau kita tidak isi dengan aspek emosi dan relasi ini. Dan kalau kita cek banyak juga hamba Tuhan yang kering dan jatuh secara seksual karena mereka kering dengan istrinya atau mereka kering dengan sesama pria yang ada di sekitarnya, hubungan ini hubungan yang formal sehingga ini semakin menjadi-jadi, yang akarnya sesungguhnya kebutuhan relasi dan emosi yang diabaikan tanpa disadari.

H : Lalu distorsi berikutnya apa lagi ?

SK : Distorsi yang ke enam adalah opini yang mengatakan: kesejatian laki-laki itu diukur dari kehidupan seksnya.

H : Maksudnya, Pak?

SK : Jadi begini, lahirlah sebuah keyakinan "Aku baru laki-laki sejati kalau seksku hebat" maka muncullah bagi yang muda-muda yang masih ABG atau yang remaja, pemuda, "Aku hebat, 'kan ? Aku punya 5 pacar." atau yang lebih miris "Hebat tidak ? Ini ada foto-foto 10 wanita pernah aku tiduri." mungkin bagi pria yang sudah menikah "Gini-gini aku masih digila-gilai banyak ABG". Bagi yang sudah lansia kemudian mencari obat kuat dan berkata, "Aku hebat bisa menaklukkan 'daun-daun muda' (wanita muda)." Ini berangkat dari distorsi ini, kehebatannya diukur dari kehidupan seksnya.

H : Jadi kebenarannya seperti apa ?

SK : Kebenarannya adalah kesejatian kita sebagai laki-laki terletak pada keserupaan dengan Kristus, itu parameternya. Jadi keserupaan dalam segi karakter, laki-laki sejati adalah pemimpin. Yaitu pemimpin yang mengayomi, melindungi bukan memanfaatkan, melayani, berkorban, memberi ketegasan sekaligus memimpin dengan lemah lembut, memiliki penguasaan diri dan bukannya memiliki nafsu yang liar, laki-laki yang terhormat baik di pekerjaan, di pelayanan, di rumah tangga bagi anak-anaknya dan bukannya laki-laki yang nakal, semena-mena. Inilah kebenarannya.

H : Jadi kesejatian laki-laki diukur dari keserupaan dengan Kristus.

SK : Dan bukan dari ukuran seksnya. Jadi sekalipun mungkin dia impoten tidak bisa lagi ereksi, mengalami infertilitas atau sel spermanya tidak subur. Jangan minder, itu bukan ukuran ! Kelaki-lakianmu adalah pada karaktermu, sifat-sifatmu apakah serupa dengan Kristus atau tidak.

H : Terima kasih, Pak. Distorsi yang berikutnya apa, Pak ?

SK : Distorsi yang ketujuh adalah bahwa manusia lajang yang tidak pernah berhubungan seks mengalami seksualitas yang pincang atau tidak normal.

H : Seperti apa maksudnya ?

SK : Maksudnya begini, "Kasihan ya pria atau wanita itu lengkap kalau dia sudah bersuami atau beristri. Pria atau wanita itu baru sempurna kalau dia sudah menikmati surganya dunia (hubungan seks). Kasihan kalau kamu belum pernah menikmati hubungan seks. Kasihan kalau kamu belum menikah sampai hari ini padahal usia sudah melampaui batas normal menikah." Jadi dampaknya akhirnya para lajang kebanyakan dipandang sebelah mata termasuk para rohaniawan yang selibat, baik para kalangan Kristen atau katolik (suster, bruder, pastor, atau para Romo). Dan para lajang ini sebagai hamba Tuhan, dianggap tabu untuk membahas masalah seksualitas karena belum pernah menikah, belum pernah hubungan seks. Dianggap tidak layak membuat tentang buku hubungan seks. Dan akhirnya dampaknya para anggota jemaat gereja yang lajang lebih tersisih dari pelayanan pastoral gereja. Mau masuk KW (Kaum Wanita), KW ini adalah kumpulan ibu-ibu. Mau masuk Komisi Pria yang dimaksud pria adalah kumpulan orang yang sudah menikah, akhirnya mereka tersisih, menarik diri, terasing dari komunitas gereja dan ini berangkat dari distorsi tadi itu.

H : Kebenarannya bagaimana ?

SK : Seksualitas sekali lagi bukan hanya soal hubungan seks! Kepenuhan seksualitas dialami dalam persahabatan yang intim meski tanpa pengalaman erotik. Jadi ketika seorang pria atau wanita menikmati percakapan dari hati ke hati mungkin saat senja tiba menjelang matahari terbenam, dipinggir pantai, di teras rumah sambil menikmati minum teh dan kopi, disanalah juga pria dan wanita itu menikmati mengalami kepenuhan seksualitasnya. Jadi relasi keintiman, relasi emosi, tanpa erotisme pun itu dia sudah penuh secara seksual. Justru yang kasihan kalau kita sudah menikah, kita miskin secara relasi dan emosi dengan pasangan nikah kita. Itu yang malah kasihan, sudah punya istri atau suami tapi kering emosi dan relasi dengan pasangan hidup kita. Itu berarti kita tidak penuh dalam seksualitas kita. Kita mengalami hubungan seks, tapi tanpa seksualitas yang penuh.

H : Jadi seharusnya pria atau wanita lajang ini di dalam komunitas gereja seharusnya tetap bisa ambil bagian di dalam Komisi Pria atau Wanita ?

SK : Mungkin kebutuhannya berbeda. Kembali kalau wanita lebih jujur, lebih apa adanya seharusnya ganti nama misalnya Komisi Ibu, Komisi Istri atau Komisi Istri dan Ibu. Kalau pria ditulis Komisi Suami dan Ayah. Itu lebih transparan karena tidak mencakup yang single dan lajang ini maka yang single atau bujangan ini baik juga dibuat sebuah komisi dan kadang juga disebut Komisi Dewasa Muda. Intinya mereka dilayani juga tanpa dipisahkan dan tetap ada saatnya tentunya komunitas acara persekutuan atau pertemuan yang melibatkan yang lajang atau yang menikah, mereka adalah bagian dihormati, didengarkan. Bahkan kalau saya bicara tadi, para biarawati, pendeta-pendeta Kristen yang tidak menikah karena mereka menghayati kehidupan spiritual-spiritualitasnya, mereka mampu membahas dan menulis tentang kehidupan seks dan seksualitas yang lebih mendalam daripada kita yang sudah menikah karena sekali lagi seksualitas itu sisi yang lain dari spiritualitas. Jadi jangan kita menganggap remeh nasehat bimbingan rohani, tulisan dari para rohaniawan yang lajang, yang tidak menikah ini karena mereka punya hikmat yang Allah berikan sekalipun mereka tidak punya pengalaman nyata dalam soal persetubuhan atau hubungan seksual itu.

H : Sayang sekali ini bahasan yang sangat menarik tapi karena keterbatasan waktu kelihatannya kita tidak bisa melanjutkan ke distorsi yang lainnya. Sebagai penutup ada pesan penutup yang ingin Bapak sampaikan ?

SK : Dari 1 Petrus 1:14-16, "Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." Seringkali kekudusan itu identik dengan penderitaan, kering, itu sekali lagi sebuah distorsi. Kebenarannya adalah di dalam kekudusan adalah sukacita kita, kemaksimalan kita sebagai laki-laki dan perempuan, kemaksimalan di dalam seksualitas kita itu ada di dalam kekudusan hidup ita, karena itu garis yang Allah sudah rancang bagi kita, ciptaan yang Allah buat seperti itu. Maka kalau kita menghidupi kekudusan baik sebagai lajang atau pria dan wanita yang menikah maka menikmatilah. Mari rayakan, nikmati seksualitas kita di dalam hadirat Allah dan kita akan disebut laki-laki dan perempuan yang paling bahagia di muka bumi ini.

H : Terima kasih Pak Sindu, dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K. dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Distorsi Seks" bagian kedua. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami melalui surat yang dapat dialamatkan kepada Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan, serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.


Ringkasan:

Distorsi (/dis’tcrsyen/) bermakna perubahan, penyimpangan, pemutarbalikan, kekacauan, kerusakan.

Misal: distortion of the facts = penyimpangan/ pemutarbalikan fakta-fakta.

Ada beberapa distorsi seks dan yang dibahas di sini adalah sebagai berikut:

DISTORSI PERTAMA: SEKS IDENTIK DENGAN DOSA dan TUHAN MEMBENCI SEKS
Dampaknya:
Asumsi ini berdampak rata-rata orang percaya, termasuk para pemuda, orang tua, pendeta dan bahkan gereja cenderung gagap dan menjauhi percakapan, khotbah-khotbah serta pembahasan tentang seks. Ada rasa tabu, malu dan bersalah. Berpikir bahwa seks tidak ada kaitan langsung dengan kekristenan dan Tuhan. Lebih banyak kaitan dengan pelajaran biologi dan perilaku sosial. Jikapun dikaitkan dengan kekristenan, lebih banyak dibahas dari sudut dosa dan larangan.
Berakibat informasi tentang seks yang diterima rata-rata orang percaya berasal dari pelajaran biologi di sekolah, dan lebih banyak lagi yang berasal dari media dan percakapan-percakapan rahasia, termasuk novel, film dan produk pornografi. Dasar Alkitabnya dari Kejadian 2:18, TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." dan dari Kejadian 1:27-28, Kejadian 1:31 "Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam".
KEBENARANNYA :
Tuhan adalah Pencipta seks bersamaan dengan penciptaan manusia, karena itu seks kudus adanya. Persetubuhan, gairah seksual & prokreasi ditetapkan Allah dan dinikmati manusia sejak penciptaan.

DISTORSI KEDUA: SEKS ITU HANYA UNTUK REPRODUKSI DAN PROKREASI bukan untuk dinikmati.
Dampaknya:
Beberapa orang percaya merasa bersalah jika melakukan hubungan seks, tidak perlu terlalu dinikmati. Melakukannya dengan rasa bersalah, hanya sebagai kewajiban sebagai suami istri saja. Dasar Alkitab dari Amsal 5:18-19, "Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan istri masa mudamu, rusa yang manis kijang yang jelita, biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau dan engkau senantiasa birahi karena cintanya".
KEBENARANNYA:
Seks lebih dari sekadar sebuah cara manusia bereproduksi dan memiliki sebuah sumber kenikmatan biologis. Tujuan sesungguhnya seks adalah untuk membawa seorang suami dan seorang istri masuk ke dalam sebuah relasi yang mengikat dan mengalami kesatuan, dua menjadi satu.

DISTORSI KETIGA : SEKS HANYA HUBUNGAN BIOLOGIS SEMATA.
Dampaknya:
Tidak puas hubungan seks dengan pasangan, mencari ganti tidak apa-apa. Tidak ada perselingkuhan emosi. Orang meremehkan hubungan seks sebatas hubungan biologis saja. Dasar Firman Tuhan dari Kejadian 2:24, "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging". Seks itu lebih dari sekadar hubungan biologis tetapi seks itu membawa seorang suami dan seorang istri masuk ke dalam relasi yang saling mengikat dimana dua menjadi satu.
KEBENARANNYA :
Hubungan seks bukan sekadar hubungan biologis, tapi ketika kita melakukan hubungan seks terjadilah pertalian jiwa, pertalian roh. Seks bukan dimensi fisik semata, tapi melibatkan jiwa pria dan wanita menyatu. Hubungan seks tidak boleh dianggap remeh. Ibrani 13:4, "Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan, janganlah kamu mencemarkan tempat tidur sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah".

DISTORSI KEEMPAT: SEKS SEMATA-MATA BERKENAAN DENGAN HIDUP MANUSIA DAN TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN TUHAN.
Dampaknya:
Keterpisahan kehidupan rohani dan kehidupan seksual. Semakin rohani seseorang maka ia semakin menjauhi seks. Seks tidak membantu kehidupan rohani. Dasar Alkitabnya dari Kejadian 33:12, "Aku Tuhan mengenal namamu dan engkau, umat-Ku mendapat kasih karunia dari hadapan-Ku".
KEBENARANNYA :
Seks memiliki dimensi spiritual, merupakan cara Allah menjelaskan kesatuan Allah dan manusia dan sekaligus membawa manusia makin menghayati relasinya dengan Allah. Lewat relasi seks ini Allah ingin manusia mengerti bagaimana kesatuan antara Allah dan manusia.

DISTORSI KELIMA : KETIKA MUNCUL FANTASI SEKS, SAYA MENGINGINKAN HUBUNGAN SEKS.
Dampaknya:
Obsesinya pornografi, masturbasi dan kehidupan seks yang menyimpang. Tidak memunyai emosi dan relasi yang kering dengan orang-orang terdekatnya.
KEBENARANNYA :
Tidak melulu hubungan seks tapi kita harus memerhatikan aspek relasi dan emosi. itu yang harus disuburkan/dipelihara untuk mengantisipasi supaya kita tidak terjatuh oleh dosa seksual karena tergoda fantasi seksual.

DISTORSI KEENAM : KESEJATIAN LAKI-LAKI DIUKUR DARI KEHIDUPAN SEKSNYA.
Dampaknya:
Kehebatannya diukur dari kehidupan seksnya
KEBENARANNYA :
Kesejatian kita sebagai laki-laki adalah keserupaan dengan Kristus. Laki-laki sejati adalah pemimpin yang mengayomi, melindungi, melayani, berkorban dan memberi ketegasan, memimpin dengan lemah lembut.

DISTORSI KETUJUH : MANUSIA LAJANG YANG TIDAK PERNAH BERHUBUNGAN SEKS MENGALAMI SEKSUALITAS YANG PINCANG.
Dampaknya:
para lajang kebanyakan dipandang ‘sebelah mata’. Para anggota jemaat gereja yang lajang lebih mudah tersisih dari pelayanan pastoral gereja.
KEBENARANNYA :
Seksualitas bukan hanya soal hubungan seks. Kepenuhan seksualitas dialami dalam persahabatan intim mesti tanpa pengalaman erotik. Ketika seorang pria dan wanita menikmati percakapan dari hati ke hati dalam suasana senja sambil minum teh atau kopi, mereka sedang mengalami kepenuhan seksualitasnya! Relasi dan keintiman tanpa erotisme pun itu sudah penuh secara seksual. Justru yang kasihan bagi yang sudah menikah, miskin dalam hal relasi dan emosi dengan pasangan nikah kita.

PESAN PENUTUP :
I Petrus 1:14-15, "Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus". Seringkali kekudusan diidentikkan dengan penderitaan, kering; itu juga sebuah distorsi.
KEBENARANNYA :
di dalam kekudusan itulah sukacita kita, kepenuhan, kemaksimalan kita sebagai laki-laki dan perempuan. Kemaksimalan dalam seksualitas kita ada dalam kekudusan hidup kita. Itu rancangan yang telah Allah buat.


Questions: