BETA
Apa adanya
Sumber: telaga
Id Topik: 1085

Abstrak:

Seringkali kalau kita berhadapan dengan seseorang atau sekelompok orang, kita berusaha untuk mencitrakan atau menampilkan hal-hal terbaik di dalam diri kita dan berusaha menutupi hal-hal yang kurang baik dalam diri kita supaya orang memandang kita orang yang baik dan saleh, tapi di hadapan Tuhan kita tidak bisa berpura-pura seperti itu. Demikian juga dengan dosa, kita harus mengakui dosa kita dan harus datang kepada Tuhan apa adanya. Sikap apa adanya ini bisa kita pelajari dari kehidupan Yunus.

Transkrip:

Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Apa Adanya". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.

GS : Seringkali kalau kita berhadapan dengan seseorang atau sekelompok orang, kita berusaha untuk mencitrakan atau menampilkan hal-hal terbaik di dalam diri kita dan berusaha menutupi hal-hal yang kurang baik dalam diri kita supaya orang memandang kita orang yang baik dan saleh, tapi di hadapan Tuhan kita tidak bisa berpura-pura seperti itu sehingga ada sebuah lagu yang mengatakan sebagaimana adanya aku datang kepada-Mu, Tuhan. Artinya di dalam kita mengakui dosa kita juga harus datang kepada Tuhan apa adanya. Di dalam Alkitab sendiri yang begitu banyak membicarakan hal itu, apakah ada tokoh yang bisa kita pelajari pada perbincangan ini, Pak Paul ?
PG : Ada, namanya adalah Yunus, jadi Yunus memang seorang tokoh yang sangat unik dan dari kehidupan Yunus kita bisa belajar tentang Tuhan yaitu bahwa Tuhan menerima hamba-hamba-Nya dan anak-anak-Nya apa adanya. Dan Dia tidak berkeberatan dengan kemarahan kita atau kadang-kadang sifat-sifat kita yang masih kekanak-kanakan, ternyata Tuhan melihat kita jauh lebih dalam dari pada sekadar perbuatan-perbuatan kita itu. Jadi seperti Yunus yang nanti kita akan lihat, meskipun dia marah dan tidak taat kepada Tuhan, tapi kita bisa melihat Tuhan begitu panjang sabar kepada Yunus. Jadi inilah yang akan kita coba pelajari dari kitab Yunus ini.
GS : Hal-hal apa yang kita pelajari dari Yunus ini, Pak Paul ?
PG : Yang mengagetkan adalah tidak semua pertobatan menggembirakan hati, contohnya adalah Yunus. Kita mencoba dari awal, kitab Yunus hanya berisikan 4 pasal jadi tidak terlalu panjang tapi memuat kisah pelayanan yang sangat menarik dari hamba-Nya. Dia bukannya bergembira melihat pertobatan orang Niniwe tapi Yunus malah merasa tidak senang. Jadi ceritanya berawal dengan Tuhan memintanya pergi ke Niniwe, ibu kota negeri Asyur untuk mengingatkan mereka agar bertobat dan Yunus pergi, tapi bukan pergi ke Niniwe tapi ke Tarsis. Dalam perjalanan laut ke Tarsis kapalnya diamuk badai dan Yunus tahu bahwa itu adalah wujud kemarahan Tuhan atas ketidaktaatannya dan ia lalu meminta dibuang ke laut untuk menyelamatkan penumpang lain di kapal itu, sebagaimana kita ketahui Tuhan mengirim seekor ikan yang besar untuk menelannya agar ia terlindung dari kematian di laut. Setelah 3 hari ikan memuntahkan Yunus ke darat dan kali ini sewaktu Tuhan memintanya atau mengutusnya ke Niniwe, Yunus taat dan pergi ke sana. Peringatan Tuhan diberitakan melalui Yunus dan orang Niniwe bertobat. Akhirnya hukuman Tuhan tidak jadi dilaksanakan dan orang Niniwe menerima kasih karunia dan pengampunan Tuhan. Perubahan inilah yang tidak menggembirakan hati Yunus dan dia tidak bisa menerima keputusan Tuhan namun Tuhan bersabar dan Tuhan menumbuhkan sebatang pohon jarak untuk menaungi Yunus dan menghibur hatinya, keesokan harinya Tuhan mengirim ulat untuk menggerek pohon jarak itu sehingga layu dan Yunus marah karena sekarang dia harus berada di bawah terik matahari dan di dalam kemarahan inilah terjadi percakapan antara Tuhan dan Yunus.
GS : Lantas ada orang yang menganggap kisah Yunus itu cuma dongeng karena Yunus ditelan ikan dan sebagainya, ini hanya dongeng. Tapi kita membaca dalam kitab Injil bahwa Tuhan Yesus juga mengutip peristiwa Yunus ini tentang kebangkitan-Nya dari orang mati.
PG : Betul. Tuhan Yesus memang mengutip kisah Yunus bahwa sebagaimana Yunus berada di perut ikan selama 3 hari maka Tuhan Yesus pun akan berada pada perut bumi selama 3 hari. Jadi sudah tentu ini bukanlah sebuah dongeng dan ini sungguh terjadi. Memang kita tidak bisa membayangkan bagaimana terjadinya, tapi kita percaya Tuhan sanggup untuk melakukan hal yang susah dipahami ini bahwa Tuhan mengirimkan seekor ikan yang besar untuk menelannya, dan rupanya ikan itu bukan ikan pemangsa manusia sebab kita tahu sebagian ikan yang besar yaitu ikan paus bukanlah pemangsa daging, memang mereka akan menelan tapi tidak menggigitnya, beda seperti ikan hiu yang akan menggigitnya. Jadi memang Yunus masuk ke dalam perut ikan supaya dia bisa diselamatkan dari amukan laut yang sedang menggelora itu dan akhirnya dia dilempar kembali ke darat dan barulah Yunus pergi untuk mengabarkan berita pertobatan atau berita peringatan dari Tuhan. Yunus marah karena pohon jarak yang tadinya ada di atas kepalanya menaungi dia dan sekarang pohon itu digigit ulat hingga mati. Tuhan sengaja menumbuhkan pohon jarak karena Tuhan ingin mengajarkan sebuah pelajaran tentang belas kasihan kepada Yunus, tapi kita akan pelajari Yunus tetap saja tidak terima dan marah.
GS : Sebenarnya apa yang menjadi alasan sehingga Yunus begitu marah atau bahkan berani menolak perintah Tuhan ?
PG : Memang Tuhan bertanya kepada Yunus, "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu"? Dan Yunus menjawab, "Selayaknya aku marah sampai mati". Dia benar-benar marah kepada Tuhan dan Tuhan berfirman kepadanya, "Engkau sayang kepada pohon jarak itu yang untuknya sedikit pun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula, bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe kota yang besar itu yang berpenduduk lebih dari 120.000 orang yang tidak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri dengan ternaknya yang banyak". Jadi Tuhan ini berbelas kasihan kepada orang Niniwe. Makanya meskipun mereka itu orang-orang yang jahat dan kejam, tetap Tuhan mau mereka bertobat sehingga Tuhan mengirimkan Yunus kepada mereka. Kita melihat suatu yang indah bahwa Tuhan berbelas kasihan kepada Yunus, pula hamba-Nya yang kurang berbelas kasihan kepada orang Niniwe. Itu sebabnya Tuhan membiarkan Yunus meluapkan kemarahannya. Jadi sekarang kita tanya dulu sebelum kita jawab pertanyaan, "Apakah alasan yang membuat Yunus begitu marah kepada Tuhan ? Yang pertama adalah karena Tuhan menyuruhnya pergi ke Niniwe, bangsa Asyur adalah bangsa yang kejam dan kerap menjahati Israel, itu sebabnya dia tidak bersedia pergi ke bangsa yang jahat itu. Dan saya kira kita dapat mengerti perasaan Yunus, kita juga tidak bersedia mengunjungi orang yang jahat dan sebaliknya kita berusaha untuk menghindar dari orang yang jahat. Jadi kita bisa simpulkan perintah Tuhan menyuruh Yunus pergi ke orang yang jahat adalah perintah yang bertentangan dengan naluri manusiawi kita yaitu menjauh dari orang yang jahat.
GS : Tapi dengan demikian sejak di Perjanjian Lama sudah terlihat bahwa Tuhan bukan hanya menyelamatkan bangsa Israel saja, tapi bangsa lain pun Tuhan berusaha untuk menyelamatkan mereka.
PG : Betul sekali. Jadi kisah Yunus justru kitab yang memerlihatkan bahwa kasih sayang Tuhan ditujukan kepada semua orang dan bukan hanya kepada sekelompok orang, bukan hanya kepada Israel tapi kepada semua bangsa di dunia ini. Maka panggilan Tuhan kepada Abraham adalah untuk dia menjadi berkat bagi semua bangsa di dunia dan bahwa semua kaum akan diberkati lewat Abraham. Jadi Tuhan memikirkan bukan hanya sekelompok orang. Dan ini yang tidak dipahami oleh Yunus, Yunus beranggapan kenapa saya harus pergi ke bangsa asing, bangsa yang tidak mengenal Tuhan dan bangsa yang jahat, kenapa saya harus meminta mereka bertobat. Yunus tidak bisa menerima.
GS : Memang dalam proses pembentukan Tuhan terhadap diri kita, kadang-kadang kita harus melakukan sesuatu yang kurang sesuai atau yang tidak sepaham dengan kita, Pak Paul.
PG : Tepat sekali. Jadi ini adalah poin kedua yang membuat Yunus marah karena Tuhan tetap menyuruhnya pergi ke Niniwe, setelah dia dimuntahkan oleh ikan Tuhan tetap meminta dia. Jadi kita lihat saat dia di dalam perut ikan, Yunus bersyukur kepada Tuhan yang telah menyelamatkannya. Mungkin itu sebabnya ketika Tuhan menyuruhnya pergi untuk kedua kalinya Yunus taat, namun untuk reaksi yang kemudian ditunjukkannya jelas terlihat bahwa sesungguhnya dia pergi bukan karena dia mau, melainkan karena terpaksa. Jadi Tuhan tidak melepaskan Yunus dari tangan-Nya, itu membuat Yunus menjadi marah, kadang kita marah kepada Tuhan karena Ia terus memaksa kita melakukan kehendak-Nya walaupun sebenarnya kita tidak mau, akhirnya kita melakukan kehendak-Nya namun karena terpaksa.
GS : Tapi sebenarnya Tuhan bisa saja menyuruh orang lain untuk melakukan amanat Tuhan ini.
PG : Betul, kenapa Yunus yang disuruh lagi padahal Tuhan tahu kalau hamba-Nya ini malah tidak menaati-Nya, kenapa Tuhan susah-susah dan kenapa Tuhan tetap menyuruh Yunus, karena sebenarnya Tuhan mengasihi Yunus dan Tuhan ingin Yunus bertumbuh memunyai hati seperti Tuhan. Jadi meskipun Tuhan dibuat repot oleh Yunus, tapi Tuhan rela dibuat repot oleh hamba-Nya ini sebab ada hal mulia yang Tuhan lakukan yaitu menjadikan Yunus seperti diri-Nya, supaya Yunus memunyai hati seperti Tuhan.
GS : Dari sini kita bisa belajar bagaimana seseorang marah kepada Tuhan.
PG : Waktu Yunus marah memang tidak tanggung-tanggung, dia berani sekali melawan Tuhan, waktu Tuhan bertanya, "Layakkah engkau marah" dan dia langsung menjawab, "Saya layak marah sampai mati" jadi benar-benar dia memberi sikap yang tidak malu-malu mengeluarkan kemarahannya. Tapi ternyata jawaban Tuhan begitu lembut dan penuh kasih sayang dan Tuhan tidak berkata, "Kamu ini kurang ajar berani marah kepada Saya", tidak seperti itu. Tapi Tuhan tetap mendengarkan dia dan tidak sampai Tuhan menghukum Yunus.
GS : Pelajaran apa yang bisa kita dapatkan dari itu, Pak Paul ?
PG : Yang satunya adalah Yunus marah karena harapannya tidak terkabul, ia berharap agar orang Niniwe menolak peringatan Tuhan supaya hukuman langsung dijatuhkan atas mereka. Singkat kata, Yunus datang bukan untuk melihat keselamatan melainkan hukuman. Yunus lupa bahwa ia sendiri baru saja menerima keselamatan Tuhan, sebagai respons Tuhan atas ketidak- taatannya. Dan dia tidak ingat dan dia ingin Tuhan menghukum orang Niniwe. Jadi bisa kita simpulkan pada dasarnya Yunus marah karena Yunus menganggap Tuhan tidak adil. Yunus menuntut keadilan Tuhan untuk menjatuhkan hukuman kepada orang Niniwe atas kejahatan mereka. Saya kira kita juga begitu, kadang kita juga marah kepada Tuhan karena buat kita Tuhan tidak adil dan kita melihat orang lain yang hidupnya tidak setulus dan sebaik kita mendapatkan berkat demi berkat dan kemudahan demi kemudahan, sedangkan kita yang telah berusaha hidup tulus dan benar, terus menghadapi hambatan dan tidak ada yang mudah bagi kita, semua memerlukan usaha yang keras dan kita berkata, "Tuhan tidak adil", ini membuat kita marah kepada Tuhan.
GS : Memang seringkali konsep kita tentang keadilan dengan konsep Tuhan tentang keadilan ini seringkali tidak cocok, Pak Paul.
PG : Memang kita tidak bisa mengerti sepenuhnya bahwa apa yang Tuhan lakukan sebetulnya sempurna dan panjang dan ada waktunya. Contohnya tentang Yunus bahwa 100 tahun setelah ini Tuhan mengirimkan hamba-Nya yang lain yang bernama Nahum. Tuhan menyuruh Nahum memberikan peringatan sekaligus memproklamirkan hukuman Tuhan kepada orang Niniwe sebab orang Niniwe tidak bertobat dan sebagai konsekuensinya negara Asyur diserang dan ditaklukkan oleh Negeri Babel dan hukuman Tuhan jatuh atas Niniwe. Tapi saat Yunus disuruh, Yunus tidak bisa melihat itu. Tapi Tuhan punya rencana yang sempurna dan Tuhan tetap menghukum Niniwe 100 tahun kemudian, sebelumnya Tuhan memberikan banyak kesempatan. Sama seperti Israel, Tuhan tidak langsung menghukum Israel, selama ratusan tahun Tuhan mengirimkan nabi-Nya mulai dari zaman Hakim-Hakim setelah Yosua masuk ke tanah Kanaan, dari zaman Hakim-Hakim sampai ke zaman Raja-Raja, Tuhan tetap mau memeringatkan Israel tapi tetap tidak sadar-sadar. Akhirnya abad ke 6 sebelum Masehi Tuhan menjatuhkan hukuman dan mereka akhirnya ditawan dan dibuang ke Babel dan kemudian ke Asyur. Ini yang tidak bisa diterima Yunus dan Yunus beranggapan, "Tuhan tidak adil, orang yang jahat didiamkan" tidak seperti itu ! Tapi Tuhan adalah panjang sabar dan terus memberikan kesempatan tapi tetap kalau orang tidak mau bertobat maka akan ada hukuman.
GS : Tapi pada waktu zamannya Yunus, orang-orang Niniwe bertobat sehingga diampuni dosanya oleh Tuhan dan tidak dihukum pada zaman itu.
PG : Betul. Jadi pada waktu mereka bertobat, Tuhan ampuni meskipun mereka adalah orang yang tidak mengenal Tuhan dan hidup sembarangan dan jahat kepada orang lain, tapi ketika diberikan kesempatan dan bertobat mengakui kalau mereka bersalah dan berubah, tapi rupanya pertobatan itu tidak berlangsung lama, satu generasi kemudian setelah itu, generasi baru muncul kemudian mereka melakukan lagi kejahatan, akhirnya Tuhan menjatuhkan hukumannya, mereka akhirnya ditaklukkan oleh negara Babel.
GS : Kalau kita melihat cerita itu secara utuh dan secara keseluruhan, sebenarnya kisah ini tentang apa yang Tuhan lakukan itu untuk Yunus dan bukan untuk orang Niniwe.
PG : Sebetulnya untuk semuanya, Tuhan melalui Yunus memberikan pengampunan-Nya, keselamatan-Nya, tapi kepada Yunus Tuhan juga menyatakan hal yang sama yaitu Tuhan memberikan belas kasihan dan Tuhan mau agar Yunus menyadari belas kasihan-Nya. Jadi saya percaya kenapa Tuhan harus ikut sertakan kitab Yunus ini dalam Alkitab karena Tuhan mau agar kita mengerti inilah hati Tuhan dan Tuhan tidak mau seorang pun binasa, Tuhan mau semua manusia kembali kepada-Nya, itu yang pertama. Dan kitab Yunus ini juga mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan menghendaki kita memunyai hati seperti hati-Nya, hati yang terus percaya bahwa orang itu mau bertobat dan orang bisa bertobat, percayalah bahwa sekarang dia belum sadar tapi coba ingatkan lagi siapa tahu lain kali dia sadar. Jadi inilah yang memang diberitakan oleh kitab Yunus, tapi disamping itu kita bisa melihat satu hal penting bahwa Tuhan menoleransi Yunus, waktu Yunus marah dan tidak taat serta marah-marah, Tuhan ternyata menerima dan membiarkan, Tuhan tidak bereaksi keras kepada Yunus.
GS : Hal-hal yang seperti ini bisa terulang pada zaman kita, kalau kita dihadapkan pada kenyataan Tuhan membiarkan orang-orang yang menurut kita harus dihukum memang itu akan menimbulkan kemarahan dalam diri kita, paling tidak ada perasaan Tuhan itu membeda-bedakan, ini bagaimana, Pak Paul ?
PG : Memang saat ini terjadi, tidak bisa tidak kita marah kepada Tuhan, karena kita kecewa Tuhan tidak berbuat apa-apa untuk menegakkan keadilan dan yang jahat malah untung, yang baik malah buntung. Dalam kekecewaan seperti itu kita pun tergoda untuk tidak lagi menaati Tuhan dan kita tidak lagi mau memedulikan Tuhan serta kita mau menjauh sejauh-jauhnya dari Tuhan tapi ternyata Tuhan melihat bahwa yang mendasari kemarahan Yunus sebetulnya rasa keadilannya. Jadi Yunus bukannya marah sembarangan, tapi Yunus marah karena rasa keadilannya terusik, karena Tuhan tidak bertindak dan malah membiarkan dan memberi kesempatan kepada orang untuk bertobat dan kenapa tidak langsung dihukum. Jadi Tuhan mengerti, Yunus marah karena adanya rasa ketidakadilan itu. Maka saya percaya Tuhan akhirnya menerima dan membiarkan kemarahannya itu namun dengan panjang sabar Tuhan mengajarkan kepada Yunus bahwa yang pertama adalah mengasihi dan berbelas kasihan, hukuman itu belakangan.
GS : Yang sulit kita terima adalah konsep bahwa Tuhan adil tapi juga kasih, dua hal ini yang kadang bagi kita bertentangan.
PG : Karena bagi kita kasih dan keadilan jaraknya sangat berdekatan, jadi bagi Yunus Tuhan memberikan pengampunan tapi begitu orang Niniwe tidak lagi taat, langsung dihukum. Jadi kita percaya kedua-duanya harus ada, tapi yang kita harapkan adalah jaraknya lebih dekat. Ternyata yang terjadi adalah kasih Tuhan itu sangat panjang, nanti keadilan Tuhan terletak di belakang sekali, kenapa ? Sebab kasih sayang Tuhan terlalu besar, itu sebabnya waktu Dia menghukum, penghukuman-Nya terletak di belakang. Kita sebagai anak-anak Tuhan akhirnya diminta Tuhan untuk mengadopsi hati Tuhan yang seperti ini yaitu bukannya langsung menghukum orang tapi bersabarlah, berilah pengampunan, berbelas kasihanlah, terakhir serahkan kepada Tuhan dan biar nanti Tuhan yang melakukan kehendak-Nya.
GS : Jadi hal apa yang bisa kita lakukan kalau kita sebagai pengikut Tuhan bahkan pelayan Tuhan, lalu diperlakukan tidak adil di tengah-tengah dunia ini ?
PG : Sudah tentu kita sebagai manusia harus berusaha menegakkan atau mencari keadilan itu, misalkan kita bisa ke pengadilan dan sebagainya maka lakukanlah untuk mencari keadilan. Namun dalam proses itu kita senantiasa harus berdoa dan biar nanti Tuhan yang membela kita dan biar nanti ada waktu Tuhan untuk menjatuhkan hukuman kepada orang yang menjahati kita, tapi kita sendiri tidak boleh menggunakan cara kita atau melakukan pembalasan sebab itu bukanlah hak kita, tapi itu adalah hak Tuhan. Jadi waktu kita menjadi korban ketidakadilan kita mencoba mencari keadilan namun serahkan hasilnya kepada Tuhan.
GS : Memang kalau kita melihat kisah Yunus, kemarahannya sebenarnya tidak menghasilkan apa-apa dan malah menimbulkan masalah bagi dirinya dan bagi orang lain.
PG : Betul sekali, gara-gara dia tidak taat dia harus dibuang ke laut, dan gara-gara dia tidak taat satu kapal menderita diamuk oleh ombak dan mereka sudah tentu ketakutan akan mati. Jadi benar-benar kalau kita berjalan tidak taat kepada Tuhan memang kita hanya menuai masalah dalam hidup ini dan nanti kita harus membayar harga yang besar dan yang juga memang menjadi kenyataan, kita ini gara-gara berdosa dan tidak taat kepada Tuhan seringkali membuat orang lain turut menderita gara-gara kita.
GS : Jadi sikap Yunus kalau kita melihat kisah ini, itu tidak memberikan suatu kesaksian yang baik dan malah membuat orang itu ragu-ragu terhadap Tuhannya Yunus.
PG : Kisah Yunus memang memerlihatkan hamba Allah yang kurang baik karena tidak taat, tapi sekaligus lewat gambar atau lewat hamba Allah yang kurang baik ini, diperlihatkan betapa baiknya Tuhan. Jadi perbandingannya adalah antara Yunus dan Tuhan sendiri. Yunus tidak berbelas kasihan, tapi Tuhan berbelas kasihan. Yunus tidak mengenal ampun, tapi Tuhan memberi ampun terus menerus. Yunus menginginkan hukuman, tapi Tuhan mengedepankan belas kasihan. Jadi inilah perbandingannya antara Tuhan dan Yunus, kita juga harus mengakui bahwa dalam banyak hal kita ini lebih mirip dengan Yunus daripada dengan Tuhan sendiri.
GS : Sebelum kita mengakhiri perbincangan ini apakah ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ?
PG : Dari Mazmur 37:1-3, "Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau. Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia." Jadi firman Tuhan mau agar kita tidak menengok kiri dan kanan melihat orang lain dan jangan bandingkan diri dengan orang lain dan mengatakan, "Kenapa orang begini dan kenapa orang lain begitu" tapi ada waktunya Tuhan. Sehingga dikatakan mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuhan hijau, ada waktunya Tuhan yang nanti akan mereka pertanggungjawabkan kepada Tuhan dan tugas kita adalah percaya kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia. Itu yang Tuhan minta.
GS : Kesetiaan yang penting di dalam hal ini.
PG : Betul sekali.
GS : Terima kasih, Pak Paul untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Apa Adanya". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telagatelaga.org kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.

Ringkasan:

Tidak semua pertobatan menggembirakan hati. Kitab Yunus yang hanya berisikan empat pasal memuat kisah pelayanan yang menarik dari hamba Tuhan yang bernama Yunus. Bukannya bergembira melihat pertobatan orang Niniwe, Yunus malah merasa tidak senang. Kisah ini berawal ketika Tuhan memintanya untuk pergi ke Niniwe, ibukota negeri Asyur, untuk mengingatkan mereka agar bertobat. Yunus pergi, tetapi bukan ke Niniwe melainkan ke Tarsis.

Nah, dalam perjalanan laut ke Tarsis, kapalnya diamuk badai dan Yunus tahu bahwa itulah wujud kemarahan Tuhan atas ketidaktaatannya. Ia lalu meminta dibuang ke laut untuk menyelamatkan penumpang lain di kapal itu. Sebagaimana kita ketahui Tuhan mengirim seekor ikan yang besar untuk menelannya agar ia terlindung dari kematian di laut. Setelah tiga hari ikan memuntahkan Yunus ke darat. Kali ini sewaktu Tuhan kembali mengutusnya, Yunus taat dan pergi ke Niniwe.

Peringatan Tuhan diberitakan dan orang Niniwe bertobat. Hukuman Tuhan tidak dilaksanakan dan orang Niniwe menerima kasih karunia dan pengampunan Tuhan. Perubahan inilah yang menyesakkan hati Yunus. Ia tidak menerima keputusan Tuhan, namun Tuhan bersabar. Tuhan menumbuhkan sebatang pohon jarak untuk menaungi Yunus dan menghibur hatinya. Keesokan harinya Tuhan mengirim ulat untuk menggerek pohon jarak itu sehingga layu. Yusuf pun marah karena sekarang ia harus berada di bawah terik matahari. Nah, di dalam kemarahan ini terjadilah percakapan antara Tuhan dan Yunus.

Tuhan bertanya kepadanya, "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?" Yusuf menjawab, "Selayaknyalah aku marah sampai mati." Lalu Tuhan pun berfirman kepadanya, "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikit pun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari 120.000 orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?"

Tuhan berbelas kasihan kepada orang Ninewe tetapi Tuhan juga berbelas kasihan kepada Yunus, hamba-Nya yang kurang berbelas kasihan kepada orang Niniwe. Itu sebabnya Tuhan mengizinkan Yunus untuk meluapkan kemarahannya. Mari kita lihat sebenarnya apakah alasan yang membuat Yunus marah kepada Tuhan.

  • Pertama, Yunus marah karena Tuhan menyuruhnya pergi ke Niniwe. Bangsa Asyur adalah bangsa yang kejam dan kerap menjahati Israel. Itu sebabnya ia tidak bersedia pergi ke bangsa yang jahat itu. Saya kira kita dapat mengerti perasaan Yunus.
  • Kedua, Yunus marah karena Tuhan tetap menyuruhnya pergi ke Niniwe untuk kedua kali. Di dalam perut ikan Yunus bersyukur kepada Tuhan yang telah menyelamatkannya. Mungkin itu sebabnya ketika Tuhan menyuruhnya pergi untuk kedua kalinya, Yunus taat. Namun dari reaksi yang kemudian ditunjukkannya, jelas terlihat bahwa sesungguhnya ia pergi bukan karena ia mau melainkan karena terpaksa.
  • Ketiga, Yusuf marah karena harapannya tidak terkabul. Ia berharap agar orang Niniwe menolak peringatan Tuhan supaya hukuman langsung dijatuhkan atas mereka. Singkat kata tujuan Yunus datang bukan untuk melihat keselamatan, melainkan hukuman. Yusuf lupa bahwa ia sendiri baru saja menerima keselamatan Tuhan sebagai respons Tuhan atas ketidaktaatannya.

Jadi, dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya Yunus marah karena ia menganggap Tuhan tidak adil. Yunus menuntut keadilan Tuhan untuk menjatuhkan hukuman kepada orang Niniwe atas kejahatan mereka. Kadang kita pun marah kepada Tuhan karena buat kita, Tuhan tidak adil. Kita melihat orang lain yang hidupnya tidak setulus dan sebaik kita mendapatkan berkat demi berkat, kemudahan demi kemudahan. Sedangkan kita yang telah berusaha hidup tulus dan benar, terus mengalami hambatan.

Yunus tidak menyadari dan tidak mungkin dapat menyadari bahwa rencana Allah jauh lebih besar daripada rencananya. Sekitar 100 tahun kemudian Tuhan mengirimkan hamba-Nya yang lain, Nahum, untuk memberitakan peringatan Tuhan. Kali ini Niniwe tidak bertobat dan sebagai konsekuensinya, Negeri Asyur diserang dan ditaklukkan oleh Negeri Babel. Hukuman Tuhan jatuh atas Niniwe!

Tuhan panjang sabar dan senantiasa memberi kesempatan kepada kita untuk bertobat. Namun itu tidak berarti bahwa Tuhan buta keadilan. Ia akan menjatuhkan hukuman namun terlebih dahulu Ia akan mengaruniakan kesempatan. Tuhan mengerti bahwa kemarahan Yunus sesungguhnya merupakan cetusan rasa keadilannya yang terusik. Yunus—dan kita semua—dapat datang kepada Tuhan apa adanya. Ia mengerti isi hati kita.


Questions: