BETA
Kesalahan dalam Memilih Pasangan II
Sumber: telaga
Id Topik: 1081

Abstrak:

Kesalahan dalam memilih pasangan hidup memang kerap menjerumuskan kita ke dalam jurang kehancuran. Itu sebabnya kita mesti berhati-hati dalam memilih pasangan. Jangan menggampangkan tugas yang maha penting ini dan janganlah terlalu percaya diri. Kita selalu harus menyadari bahwa pengetahuan kita terbatas dan bahwa kita membutuhkan pedoman dari Tuhan sendiri. Pasangan seperti apakah yang Tuhan kehendaki dalam kita memilih pasangan yang sesuai kehendak-Nya, di sini dijelaskan 3 aspek yang memengaruhi dalam pemilihan pasangan hidup.

Transkrip:

Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami yang terdahulu yaitu tentang "Kesalahan dalam Memilih Pasangan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.

GS : Pak Paul, kita akan melanjutkan perbincangan tentang faktor-faktor yang bisa menimbulkan kesalahan dalam kita memilih pasangan dan salah dalam memilih pasangan hidup, akibatnya jauh lebih fatal dibandingkan kita salah dalam memilih pekerjaan atau memilih baju atau makanan dan sebagainya. Supaya para pendengar kita bisa mengikuti perbincangan kita selanjutnya dengan lebih utuh mungkin Pak Paul bisa menjelaskan secara singkat mengenai apa yang telah kita perbincangkan pada kesempatan yang lalu ?
PG : Kita mengangkat kisah Simson dan melihat betapa orang ini adalah orang yang sangat luar biasa, sebagai salah seorang hakim yang Tuhan tunjuk untuk memerintah Israel, dia diberikan keperkasaan dan dia mendapatkan begitu banyak kekhususan. Tapi akhirnya hidupnya tidaklah seperti yang kita harapkan dan tidak terlalu efektif dalam tugasnya karena dia bersama dengan perempuan dan menikahi orang yang tidak sama dalam hal latar belakang dan imannya, sehingga akhirnya itu menjadi duri yang mengganggu hidupnya dan pelayanannya. Jadi kita belajar bahwa dalam memilih pasangan, kita harus memerhatikan latar belakang seseorang dan harus memilih yang seiman. Kita harus memunyai kesamaan nilai hidup. Kita harus memiliki kesamaan tujuan hidup dan kita tahu tujuan hidup kita sebagai orang Kristen adalah untuk memuliakan Tuhan dan tidak hidup untuk diri kita. Hal-hal seperti itu yang nanti akan kita perhatikan sebelum memilih pasangan hidup.
GS : Selain kita perlu memerhatikan latar belakang dan iman seseorang yang akan kita pilih sebagai pasangan hidup kita, hal lain lagi yang sangat penting apa Pak Paul ?
PG : Hal penting kedua adalah karakter. Kita mesti mencari orang dengan karakter yang baik, memang tidak ada karakter yang sempurna, setiap orang sudah tentu memunyai kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Namun faktanya ada orang yang memiliki banyak kekuatan tapi ada juga orang yang memunyai banyak kelemahan. Dengan kata lain, ada yang memunyai banyak karakter yang indah tapi ada pula orang yang memunyai banyak karakter yang buruk, ini kenyataan hidup. Jadi sedapatnya jangan kita memilih orang dengan karakter yang buruk, carilah justru dengan karakter yang baik. Dan bagaimana caranya untuk bisa memastikan hal itu ? Carilah orang yang memang sudah dikenal sebagai orang yang berkarakter baik, jangan sampai orang berkata, "Orang tidak mengenalnya, hanya saya yang kenal" tapi masalahnya adalah semua orang di lingkungannya berkata, "Dia ini karakternya buruk" kenapa kalau semua orang berkata karakternya buruk, tapi kenapa kita sendiri yang berkata karakternya baik ? Itu juga mustahil. Jadi carilah orang yang memang dikenal sebagai orang yang berkarakter baik, karena ini nanti akan sangat berperan di dalam membangun rumah tangga.
GS : Jadi iman yang sudah dimiliki oleh seseorang itu tidak secara otomatis menunjukkan kalau dia pasti berkarakter baik, Pak Paul ?
PG : Sama sekali tidak, sebab kenapa ? Sebab seringkali kita harus menjalani sebuah proses pembentukan yang memang tidak mudah. Kenapa tidak mudah ? Sebab karakter yang sudah terbentuk tidak mudah berubah, jangan sampai kita berpandangan naïf dan kemudian menyimpulkan bahwa semua orang dapat berubah, sudah tentu betul semua orang dapat berubah namun perjalanan menuju perubahan itu sangatlah panjang dan makin banyak karakter yang harus berubah makin lama dan makin sulit proses perubahan itu. Yang harus kita terima adalah makin besar kerusakan yang harus ditanggung karena karakter yang buruk itu akan menghancurkan bukan saja pernikahan tapi seringkali menghancurkan jiwa orang yang ada di dekatnya. Misalkan karena kita berkarakter buruk, kalau kita marah maka kita melumat-lumat orang, kita memaki-makinya dan sebagainya. Ini berdampak buruk bukan saja pada pasangan kita, tapi juga pada anak-anak kita, bisa jadi nanti mereka bertumbuh besar dengan kemarahan, kebencian, bukan saja terhadap orang tua yang melumat-lumatnya dengan perkataan yang pedas dan kasar, tapi bisa jadi dia menjadi orang yang penuh dengan kebencian kepada semua orang di dunia kepada figur-figur otoritas, jadi dia maunya melawan memberontak. Sekali lagi kita bisa melihat bahwa mengubah karakter memang tidak mudah dan prosesnya panjang dan dalam perjalanannya akan ada kerusakan yang timbul akibat ulah orang tersebut.
GS : Susahnya juga kadang kita tidak bisa melihat secara jelas karakter asli dari orang yang kita mau pilih menjadi pasangan hidup kita, Pak Paul.
PG : Betul, kita tidak selalu bisa, itu sebabnya diperlukan waktu untuk bisa mengenal seseorang dan terbukalah terhadap pandangan orang lain atau terhadap pasangan kita ini. Jadi tadi saya tekankan carilah orang yang memang bereputasi baik, dikenal baik oleh semua orang yang dekat dengan dia. Itu jauh lebih aman daripada kita memilih orang yang sering dibicarakan orang sebagai orang bermasalah tapi tiba-tiba kita merasa seperti penyelamat yang bisa menyelamatkan dia dan berkata, "Sebetulnya di dalamnya terdapat diri yang baik" memang ada yang seperti itu, tapi kita harus ingat harga yang harus dibayar kalau kita bersama dengan dia, kita nantinya harus menanggung banyak sekali derita. Jadi orang yang begitu seyogianya mendapatkan pertolongan terlebih dahulu, sehingga dia mengalami perubahan barulah setelah itu dia menikah dengan orang.
GS : Memang referensi orang lain ini penting sekali di dalam kita menentukan pasangan hidup kita. Apakah ada contoh di dalam Alkitab untuk hal ini, Pak Paul ?
PG : Saya mengingat Ishak anak Abraham. Setelah Ishak dewasa Abraham berinisiatif untuk mencarikan pasangan baginya. Ia pun mengutus hambanya yang paling tua untuk pergi ke kampung halamannya di Aram Mesopotamia. Dalam kebingungan gadis mana yang harus dipilihnya, hamba Abraham berdoa kepada Tuhan untuk memberinya tanda, ia meminta agar Tuhan menyediakan seorang gadis yang bukan saja menawarkan jasanya untuk menawarkan air minum baginya, tapi juga akan menawarkan air minum bagi semua unta bawaannya. Sebagaimana kita ketahui semua berjalan sesuai doanya. Ribka gadis itu bersedia dipinang dan akhirnya menjadi istri Ishak. Coba kita perhatikan doa yang dipanjatkan oleh hamba Abraham ini, dia tidak meminta yang cantik dan menarik, ia meminta seorang istri yang berkarakter baik buat putra majikannya, seorang gadis yang bersedia bukan saja memberinya minum tapi juga bolak-balik ke sumur menimba air buat unta-untanya adalah seorang gadis yang berkarakter baik. Bukan saja Ribka seorang yang lembut dan berbelas kasihan, tapi dia pun seorang gadis yang murah hati dan rajin bekerja serta siap menolong orang. Jadi kita bisa simpulkan bahwa Ribka memang berkarakter baik dan doa hamba Abraham bukanlah doa supaya Tuhan mengaruniakan istri buat majikannya, yang tenar, yang cantik, yang populer. Tapi yang berkarakter baik dan ini yang Tuhan jawab.
GS : Hal seperti ini mungkin semakin langka kita jumpai pada zaman sekarang ini dimana kita orang tua menyuruh orang lain untuk mencarikan jodoh untuk anak kita. Anak-anak sudah berinisiatif mencari pasangannya, kalau pun dicarikan oleh orang tuanya maka belum tentu cocok. Maka bagaimana pengaplikasiannya pada zaman sekarang ini ?
PG : Memang kita tidak meminta ‘mak comblang’ untuk mencarikan jodoh bagi kita tapi kita harus mencarinya, maka bukalah mata lebar-lebar, tanyalah orang-orang tentang diri pribadi yang kita akan dekati, amatilah, bertemanlah dan lihatlah benar-benar apakah dia memang berkarakter baik dan apakah dia memang seseorang yang rela menolong orang lain serta memberikan bantuan kepada yang lain, murah hati, lembut, tidak kasar, menghormati satu sama lain. Lihatlah apakah orang itu berkarakter seperti itu. Pilihlah yang memang berkarakter seperti itu, karakter yang bersinar. Belum lama ini saya berbicara dengan seorang pemuda, menanyakan "Kenapa kamu tertarik dengan istrimu ?" Dia berkata, "Istriku itu orang yang sangat baik, selalu siap menolong orang bahkan kepada orang yang tak dikenalnya pun dia bisa duduk ngobrol dan membantu", itu yang buat dia sangat terkesan dengan istrinya. Jadi sekali lagi inilah orang yang kita harus cari.
GS : Selain latar belakang, iman dan juga karakter yang kita bicarakan, apakah ada faktor lain yang harus kita perhatikan, Pak Paul ?
PG : Faktor yang ketiga, dan untuk pembahasan ini kita batasi pada tiga saja yaitu berhikmat. Di dalam kitab 1 Samuel pasal 25 dicatat sebuah kisah yang menarik, pada waktu itu Daud belum menjadi raja sebaliknya dia menjadi buronan raja Saul yang berniat membunuhnya, karena Saul tahu kalau Tuhan telah mengurapi Daud untuk menjadi raja menggantikannya. Pada masa itu Daud harus berpindah-pindah tempat menyembunyikan diri dari kejaran Saul dan kebetulan Daud berkemah di Maon di dekat rumah seorang yang bernama Nabal dan istrinya Abigail. Nabal bukanlah seorang yang baik, Alkitab menyebut bahwa dia adalah seorang yang kasar dan jahat kelakuannya, sedang istrinya Abigail adalah seorang yang bijak dan cantik. Selama berkemah di Maon, Daud telah berbuat banyak kebaikan untuk Nabal. Misalnya Daud menjaga kawanan ternak Nabal dari serangan para perampok, bahkan para gembala ternaknya Nabal berkata bahwa Daud dengan pengikutnya seperti dinding yang mengelilingi mereka, jadi mereka merasa aman ditolong oleh Daud. Dalam kondisi kekurangan karena Daud harus lari berpindah dari satu tempat ke tempat lain, Daud memohon belas kasihan Nabal dan dia meminta dengan sangat halus, dia menyuruh bawahannya menggunakan kata memohon belas kasihan untuk memberinya bantuan, namun bukan bantuan yang diberikan Nabal tapi malah penghinaan. Daud marah dan berniat menyerang Nabal, dalam saat yang kritis itu datanglah Abigail membujuk Daud untuk mengurungkan niatnya dan akhirnya Daud mendengarkan nasihat Abigail dan tidak jadi menyerang Nabal. Jadi kita bisa melihat Abigail adalah seorang wanita yang berhikmat.
GS : Tapi kalau kita melihat cara Abigail menyalahkan suaminya dan menjunjung tinggi Daud, apakah itu sikap yang bisa dipertanggungjawabkan dari seorang istri kepada suaminya, Pak Paul ?
PG : Dalam hal ini kita akan mengupas satu persatu apa yang dilakukan oleh Abigail dan kita akan melihat bahwa orang ini adalah orang yang bijaksana. Memang kalau kita hanya lihat satu sisi, istri ini mengakui atau membicarakan kejelekan suaminya dan malah memuji-muji Daud. Jadi Abigail sepertinya tidak benar, tapi justru kita lihat dia bijaksana, sebab kenapa ? Kalau Abigail tidak berbuat hal-hal itu, tidak dengan bijaksana berbicara dengan Daud maka satu keluarga besar Nabal sudah mati semua. Jadi dengan kata lain, Abigail berhasil menyelamatkan Nabal. Jadi satu sisi kita lihat dia menjelek-jelekkan suami, tapi di sisi lain dia berjasa besar Nabal dari kematian. Jadi benar-benar kita melihat dia seorang yang bijaksana.
GS : Sikap apa yang menonjol dari diri Abigail itu, Pak Paul ?
PG : Kita bisa membacanya sendiri di 1 Samuel 25:23-31 namun kita akan coba petik beberapa dan kita akan soroti hikmat Abigail. Yang pertama adalah dia merendahkan diri. Abigail memerlihatkan hikmat yang luar biasa, dia tahu bahwa Daud tengah marah, itu sebabnya begitu melihat Daud maka Abigail turun dari keledainya lalu sujud menyembah Daud. Orang yang berhikmat tahu bagaimana menghadapi orang yang marah dan dia tahu ia tidak mungkin datang dengan sikap yang ingin berdebat atau sikap menggurui Daud, dia langsung merendah dan begitu dia merendah maka redalah kemarahan Daud. Orang yang tidak berhikmat justru akan berbuat sebaliknya, bukan merendah ia malah menantang orang yang marah. Sudah tentu sikap seperti itu makin mengobarkan api kemarahan. Jadi kita bisa belajar hal yang penting, orang yang berhikmat pasti tahu diri untuk bisa merendahkan dirinya di hadapan orang lain. Kalau kita berkata kita berhikmat tapi terus menyombongkan diri dan tidak bersedia merendahkan diri maka tidak bisa hikmat itu dibuktikan. Maka pertama yang bisa kita lihat dari Abigail adalah karena dia berhikmat maka dia bisa merendahkan diri.
GS : Jadi kalau kita mau mencari pasangan hidup kita dan mau memerhatikan dia berhikmat atau tidak, tentunya ketika masalah datang, bagaimana caranya dia menyelesaikan masalah itu, begitu Pak Paul ?
PG : Tepat sekali. Jadi kalau pasangan kita bukannya mendengarkan baik-baik mencoba membahas tapi malahan marah-marah, menuntut kita, menggurui kita, memarahi kita maka bagi saya itu adalah tanda awas bahwa pasangan kita bukanlah orang yang bijaksana. Kalau dengan kita dia begini, maka besar kemungkinan dia dengan orang lain berbuat sama. Jadi tidak bisa merendahkan dirinya, kalau ada masalah dia mesti menang, dia mesti sejajar tidak boleh di bawah orang lain, maka tidak bisa. Sebab kita tahu yang sudah menikah menyadari bahwa pernikahan itu tidak bebas dari konflik, mesti ada saja yang terjadi, kita berpikir kita sudah bertumbuh dan lebih baik tidak mungkin terkena konflik tapi ada lagi konflik yang baru. Syarat pertama adalah kesediaan merendahkan diri. Kalau kita menganggap kamu ini siapa dan tidak mungkin saya merendahkan diri, maka tidak akan ada penyelesaian sama sekali.
GS : Jadi kita sulit menilai apakah ini sifat dari Abigail atau hanya siasat dari Abigail supaya seluruh keluarganya terselamatkan, Pak Paul ?
PG : Rupanya karena memang dia dikenal sebagai orang yang berbudi, berhikmat jadi ini merupakan bagian dari kepribadiannya juga sebab Alkitab memuji dia sebagai orang yang bijaksana dan cantik. Itu berarti dia dikenal bereputasi begitu baik, memang tidak diketahui latar belakangnya Abigail tapi kalau melihat kondisi biasanya dia kemungkinan besar berasal dari keluarga yang kurang, akhirnya harus dinikahkan dengan orang yang begitu kaya dan akhirnya harus hidup dengan orang yang tidak bijaksana dan bahkan berkelakuan jahat.
GS : Selain dia adalah seorang yang bisa merendahkan diri, hal lain yang bisa kita lihat dari kehidupan Abigail ini apa, Pak Paul ?
PG : Orang yang bisa mengakui duduk masalah. Abigail di sini mengatakan sesuatu yang mengejutkan yang tadi Pak Gunawan sudah katakan, ia mengiyakan permasalahan yang sesungguhnya yaitu bahwa suaminya bukanlah suami yang baik dan bijak sebaliknya dia mengakui bahwa suaminya adalah seorang yang bebal, Abigail tidak membela diri dan dia tidak membelokkan persoalan, dia mengakui bahwa permasalahan memang berada di pihaknya. Orang yang bijak berarti bukan saja melihat permasalahan dengan tepat ia pun cepat mengakui duduk masalah kendati duduk masalah berada pada pihaknya. Dengan segera ia pun meminta ampun kepada Daud. Orang yang tidak berhikmat bukan saja lambat mengakui permasalahan, ia pun sukar meminta ampun. Orang yang tidak berhikmat justru berupaya untuk memindahkan masalah ke pihak orang yang benar. Akhirnya persoalan tidak selesai dan malah menyebar dan membengkak. Jadi orang yang bijak bisa melihat duduk masalah dan dia tidak peduli melihat duduk masalah ada pada diri saya atau pada pasangan saya, kalau pada diri saya berarti saya yang salah dan berarti saya harus minta maaf. Ada orang yang tidak bisa terima dan selalu menempatkan masalah harus apa pada pasangan atau orang lain. Jadi dia tidak bisa menanggung kesalahan, itu susah karena orang hanya ada dua pilihan yaitu mendiamkan dia atau mengakui kesalahan terus-menerus supaya dia menang dan akhirnya keributan bisa lebih dikurangi.
GS : Biasanya pada masa pacaran justru orang-orang yang seperti ini kelihatannya mengalah sekali.
PG : Bisa saja, jadi memang tidak kelihatan sebab pada masa berpacaran biasanya cepat mengalah, mungkin saja begitu. Jadi sekali lagi penting kita mengenal seseorang bukan saja dari kacamata kita, tapi dari kacamata orang-orang yang mengenalnya.
GS : Atau sebaliknya kita sendiri yang mengalami hal ini, baiklah kita mengalah terus karena masih pacaran kalau ada kesalahan minta maaf, jadi kelihatan seolah-olah kita rendah hati dan juga bisa mengerti pasangan kita.
PG : Ada yang begitu. Jadi kadang-kadang saya juga mendengar keluhan orang yang berkata, "Sebelum menikah atau awal-awalnya dia minder sekali, tapi sekarang bukan saja tidak minder tapi bisa menginjak-injak", akhirnya orang mengalami perubahan menuju kepada yang negatif bukan pada yang positif.
GS : Sifat lain yang harus kita pelajari dari kehidupan Abigail apa, Pak Paul ?
PG : Dia memahami perasaan orang. Setelah memahami, mengakui masalah ada pada pihaknya Abigail pun mengakui bahwa sudah selayaknya Daud marah. Dia tidak langsung mengatakan Daud tidak boleh marah, tidak seperti itu tapi dia mengakui dan dia berdoa buat Daud supaya Tuhan menghukum orang yang berbuat jahat pada Daud, jadi dia bisa mengerti Daud marah karena suaminya begitu kasar menghina Daud. Dengan kata lain, Abigail menempatkan diri pada posisi Daud yang dirugikan dan memohonkan pertolongan Tuhan untuk Daud. Tidak bisa tidak, Daud akhirnya reda karena orang ini bisa mengerti dirinya dan tidak menyalahkan dia, bahwa dia marah bukan tanpa alasan. Jadi sekali lagi kita melihat hikmat di sini. Misalnya waktu pasangan marah, maka jangan melihat kenapa kamu marah kepada saya tapi lihatlah kenapa dia sampai marah, itu penting sekali sehingga kita bisa mengakui kenapa dia marah. Akui dan katakan, "Aku mengerti kenapa kamu marah, karena begini…" betapa mudahnya kita berkata, "Kamu begitu saja marah….." akhirnya tambah marah.
GS : Seringkali sebagai istri, di sini kita melihat bahwa Abigail justru seolah-olah ingin menjatuhkan suaminya bahkan mendoakan supaya Tuhan menghukum suaminya itu. Apakah ini pantas, Pak Paul ?
PG : Sekali lagi ini adalah hikmat Abigail, karena dengan ini dia menyelamatkan keluarganya. Kalau Abigail berbuat salah dan tidak berhasil membujuk Daud maka suaminya akan dibunuh oleh Daud. Jadi sekali lagi kita melihat apa yang diperbuatnya berhasil meredakan kemarahan Daud. Abigail itu memang mengatakan hal-hal yang sebenar-benarnya dan tidak berbohong dan menunjukkan apa yang benar dan menegur yang salah. Abigail akhirnya mengingatkan Daud untuk tidak menumpahkan darah tanpa alasan dan untuk tidak bertindak sendiri dalam mencari keadilan, jadi dia akui suaminya bermasalah dan berkarakter buruk tapi pada akhirnya dia juga mengingatkan Daud, "Kamu sekarang mau mencari keadilan, tapi menggunakan kemauanmu sendiri", jadi dia mengingatkan Daud untuk tidak bertindak gegabah sehingga tidak harus pada akhirnya menyesali perbuatannya. Dengan kata lain, Abigail menasihati Daud untuk berpikir panjang jauh ke muka jangan melakukan sesuatu yang nanti akan disesali. Jadi dia bijaksana sekali, dia mengakui masalah suaminya tapi dia akhirnya menegur Daud bahwa, "Kamu ini gegabah dan kamu akan mencabut nyawa orang tanpa dasar".
GS : Dalam hal ini rupanya cara Abigail ini bisa diterima oleh Daud.
PG : Betul sekali sebab awalnya Abigail dengan terbuka mengakui duduk masalah ada pada pihaknya setelah itu barulah dia membahas tentang Daud itu sendiri. Biasanya kita terbalik, menyadari kesalahan kita paling akhir dan menunjukkan kesalahan orang nomor satu.
GS : Pak Paul, apakah masih ada sifat lain dalam diri Abigail yang baik ?
PG : Yang terakhir adalah Abigail mengingatkan Daud akan Tuhan bahwa Tuhan tahu kemurnian hati Daud dan bahwa Tuhan akan melindungi dan memberkati Daud dan bahwa Tuhan akan membalaskan kejahatan orang kepada Daud. Dengan kata lain, Abigail mengarahkan mata Daud kepada Tuhan agar Daud terlebih dahulu melihat pada Tuhan bukan musuhnya. Jadi lihat hidup dari teropong Tuhan, semua ini adalah karakteristik hikmat yang diperlihatkan oleh Abigail, kita pun perlu menerapkannya dalam mencari pasangan. Cari orang yang bersedia merendahkan diri, cari orang yang bersedia mencari duduk masalah dan meminta maaf, cari orang yang bisa memahami perasaan sesama, cari orang yang dapat menunjukkan apa yang benar dan menegur apa yang salah dan cari orang yang melihat hidup dan mengatur perbuatannya dari kacamata Tuhan.
GS : Jadi masa pacaran sebenarnya masa di mana masing-masing kita harus membuka mata lebar-lebar terhadap calon pasangan hidup kita ?
PG : Tepat sekali.
GS : Dan kita membutuhkan hikmat dari Tuhan. Apakah ada ayat firman Tuhan yang bisa memberikan dukungan kepada kita, Pak Paul ?
PG : Di surat Yakobus 1:5 firman Tuhan berkata, "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah,- yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit maka hal itu akan diberikan kepadanya." Mintalah hikmat dalam pemilihan pasangan hidup, berdoalah "Tuhan beri saya hikmat untuk memilih dengan tepat dan jangan sampai kita gegabah".
GS : Terima kasih, Pak Paul untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja menyelesaikan perbincangan tentang "Kesalahan dalam Memilih Pasangan". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telagatelaga.org kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.

Ringkasan:

Salah satu kesalahan yang kerap terjadi adalah kegagalan pernikahan atau perceraian. Sudah tentu ada banyak penyebab mengapa pernikahan berakhir gagal dan tidak selalu kitalah penyebab perceraian itu. Malah adakalanya kita justru menjadi korban sebab kita mesti menanggung tindakan pasangan yang salah. Singkat kata kita tidak bisa menyamaratakan semua kasus perceraian dan menyalahkan orang yang bercerai secara membabi buta.

Sekarang kita akan memelajari mengenai kesalahan dalam memilih pasangan dan kita akan belajar dari seorang tokoh di Alkitab. Mungkin di antara semua hakim yang pernah memerintah Israel, Simson adalah figur yang paling perkasa dan khusus. Kekhususannya berawal bahkan sebelum ia dilahirkan. Setidaknya ada empat kekhususannya.

1. Secara khusus Tuhan mengirim malaikat-Nya untuk memberitakan ihwal kelahiran Simson kepada orangtuanya, bukan sekali melainkan dua kali.

2. Secara khusus Tuhan pun melarang ibunya untuk makan sesuatu yang haram dan meminum anggur pada masa kehamilannya.

3. Secara khusus Tuhan mengharuskan Simson untuk memelihara rambutnya sebagai pertanda bahwa ia adalah nazir Allah.

4. Dan, secara khusus Tuhan mengaruniakan Simson dengan kekuatan fisik yang luar biasa besar.

Sayangnya semua kekhususan dan keperkasaannya yang luar biasa lumat bukan di bawah pedang melainkan di bawah tangan perempuan. Sejak awal Simson tidak memperhatikan kehendak Tuhan dalam hal pemilihan pasangan hidup. Berulang kali ia hidup bersama perempuan Filistin dan akhirnya perempuan Filistin yang bernama Delila yang berhasil menyerahkannya ke tangan musuhnya. Hidupnya berakhir tragis—Simson mati di dalam tahanan musuhnya, orang Filistin. Ironinya, dari antara semua hakim yang memerintah Israel, hanya dialah—hakim yang paling khusus dan perkasa—yang ditangkap dan mati dalam tahanan musuhnya.

Kesalahan dalam memilih pasangan hidup memang kerap menjerumuskan kita ke dalam jurang kehancuran. Itu sebabnya kita mesti berhati-hati dalam memilih pasangan. Jangan menggampangkan tugas yang maha penting ini dan janganlah terlalu percaya diri. Kita selalu harus menyadari bahwa pengetahuan kita terbatas dan bahwa kita membutuhkan pedoman dari Tuhan sendiri. Berikut adalah tiga panduan yang termaktub di dalam Firman Tuhan.

A.Kecocokan Latar Belakang dan Iman

Kisah Simson mengingatkan kita bahwa penyebab kegagalan pernikahan Simson adalah ketidakcocokan iman dan latar belakang kehidupan. Di dalam Hakim-Hakim 14 dicatat kisah pertemuan dan perkawinan Simson dengan seorang gadis Filistin. Pada pesta pernikahannya, Simson membagikan sebuah teka-teki kepada para tamunya, orang-orang Filistin. Sewaktu mereka gagal menemukan makna teka-teki itu, mereka pun mengancam untuk “membakar” istri Simson dan seisi rumahnya.

Dari sini kita dapat memetik sebuah pelajaran penting. Ternyata orang Filistin adalah orang yang tidak dapat menerima kekalahan dengan dada yang lapang. Daripada mengakui bahwa mereka tidak dapat menemukan makna teka-teka itu dan membayar harga pertaruhan, mereka memilih mengancam istri Simson. Dan, dalam ketakutannya, istri Simson bukannya menceritakan perbuatan mereka ini kepada suaminya, ia malah memanipulasi Simson untuk menyingkapkan makna teka-teka itu. Setelah Simson marah dan membalas perbuatan orang Filistin, ia pun pulang ke rumah orangtuanya. Tatkala ia kembali menemui istrinya, ternyata istrinya sudah diberikan kepada orang lain, tanpa sepengetahuan Simson. Dengan begitu mudahnya ayah perempuan itu memberikan putrinya kepada laki-laki lain padahal saat itu ia masih terikat dalam pernikahan dengan Simson.

Dari sini kita dapat melihat perbedaan latar belakang Simson dan orang Filistin, yang akhirnya bukan saja menimbulkan kesalahpahaman tetapi juga perceraian. Memang kita tidak akan dapat menikah dengan orang yang berlatar belakang persis sama dengan kita. Sudah tentu akan ada perbedaan di antara kita. Sungguhpun demikian kita harus sedapatnya berusaha mencari pasangan yang berlatar belakang paling serupa dengan kita. Alasannya sederhana: Latar belakang membentuk cara pikir dan cara hidup seseorang.

Pernikahan mesti didasarkan atas kecocokan iman dan latar belakang sebab semua tindakan dan keputusan yang kita buat, dipengaruhi oleh iman dan latar belakang. Di dalam kesesuaian iman, bukan saja kita akan dapat menyeleraskan perbedaan, kita pun akan dapat berpadu melakukan kehendak Tuhan dan membawa kemuliaan bagi nama-Nya. Tidak heran Tuhan menitipkan pesan ini kepada kita semua (1 Korintus 7:39), “ia bebas menikah dengan siapa saja yang dikehendakinya asalkan orang itu adalah seorang yang percaya.”

Alasan Tuhan sangat jelas kenapa Ia menghendaki kita untuk menikah dengan sesama orang percaya dalam Kristus, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab, persamaan apakah yang terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (2 Korintus 6:14)

B.Karakter yang Baik

Sedapatnya carilah orang dengan karakter yang baik. Carilah orang yang memang sudah dikenal sebagai orang berkarakter baik. Hal ini penting sekali sebab karakter yang terbentuk tidak mudah berubah. Jangan sampai kita berpandangan naïf dan berkata bahwa semua orang dapat berubah. Betul, semua orang dapat berubah namun perjalanan menuju perubahan sangatlah panjang. Dan, makin banyak karakter yang mesti berubah, makin lama dan sulit proses perubahan itu, dan makin besar kerusakan yang mesti ditanggung.

Setelah Ishak dewasa, Abraham berinisiatif untuk mencarikan pasangan baginya. Ia pun mengutus hambanya yang paling tua untuk pergi ke kampung halamannya di Aram-Mesopotamia. Di dalam kebingungan gadis mana yang mesti dipilihnya, hamba Abraham berdoa kepada Tuhan untuk memberinya tanda. Ia meminta agar Tuhan menyediakan seorang gadis yang bukan saja menawarkan jasanya mengambilkan air minum baginya, tetapi juga akan menawarkan air minum bagi semua onta bawaannya. Sebagaimana kita ketahui, semua berjalan sesuai dengan doanya. Ribka pun bersedia dipinang dan akhirnya menjadi istri Ishak. Doa yang dipanjatkan hamba Abraham menunjukkan kematangannya. Ia tidak meminta yang cantik dan menarik; ia meminta seorang istri yang berkarakter baik buat putra majikannya. Seorang gadis yang bersedia bukan saja memberinya minum tetapi juga bolak-bolik ke sumur menimba air buat onta-ontanya, adalah seorang gadis yang berkarakter baik. Ribka bukan saja seorang yang lembut dan berbelas kasihan, ia pun seorang gadis yang murah hati dan rajin bekerja, serta siap menolong orang.

Pada akhirnya faktor utama yang menopang pernikahan bukanlah kecantikan atau kekayaan tetapi karakter yang mulia. Orang bercerai bukan karena pasangannya kurang cantik tetapi lebih sering karena pasangannya kurang baik.

C.Berhikmat

Di dalam Kitab I Samuel 25 dicatat sebuah kisah yang menarik. Pada waktu itu Daud belum menjadi raja; sebaliknya, ia malah menjadi buronan Raja Saul yang berniat membunuhnya karena tahu bahwa Tuhan telah mengurapi Daud untuk menjadi raja menggantikannya. Nah, pada masa itu Daud harus berpindah-pindah tempat menyembunyikan diri dari kejaran Saul. Dan, kebetulan Daud berkemah di Maon di dekat rumah seorang bernama Nabal dan istrinya Abigail.

Nabal bukanlah seorang yang baik. Alkitab menyebut bahwa ia seorang yang “kasar dan jahat kelakuannya” sedang istrinya Abigail adalah seorang yang “bijak dan cantik.” Nah, selama berkemah di Maon Daud telah berbuat baik kepada Nabal—Daud menjaga kawanan ternak Nabal dari serangan para perampok. Di dalam kondisi kekurangan, Daud pun memohon belas kasihan Nabal untuk memberinya bantuan. Bukan bantuan yang diberikan Nabal, tetapi penghinaan. Daud marah dan berniat menyerang Nabal. Nah, dalam momen yang kritis itu, datanglah Abigail membujuk Daud untuk mengurungkan niatnya. Daud mendengarkan nasihat Abigail dan tidak jadi menyerang Nabal.

Hikmat Abigail ditunjukkan dalam pelbagai tindakannya. Coba kita lihat dan pelajari sikap wanita yang bijak ini sebagaimana dicatat dalam 1 Samuel 25:23-31,

  • Merendahkan diri.
  • Mengakui duduk masalah.
  • Memahami perasaan orang.
  • Menunjukkan yang benar dan menegur yang salah.
  • Melihat semua dari teropong Tuhan.

Questions: